Olahraga

Gareth Bale dan Kaki Kirinya, Pernah Dilarang karena Terlalu Dahsyat

person access_time 6 years ago
Gareth Bale dan Kaki Kirinya, Pernah Dilarang karena Terlalu Dahsyat

Gareth Bale mencetak gol spektakuler di final Liga Champions, Ahad, 27 Mei 2018.

Dua gol penentu 
Dua sepakan kaki kiri

Ditulis Oleh: Fel GM
Minggu, 27 Mei 2018

kaltimkece.id Tidak satu gerundelan pun keluar dari mulut Gareth Frank Bale ketika guru olahraganya tiba-tiba menghardik. Bocah kidal berusia 13 tahun itu dilarang menggunakan kaki kiri untuk menendang maupun menggiring bola. Bale hanya mengangguk. Dia lalu kembali ke lapangan dengan berlari-lari kecil. 

Hanya beberapa menit kemudian, Bale sudah dikerumuni rekan-rekan setim. Mereka merayakan golnya yang, di luar kebiasaan, dicetak dengan kaki kanan. Ketika pertandingan berakhir, Bale menyalami guru olahraganya yang cuma bisa geleng-geleng kepala.

Bale masih duduk di sekolah menengah Whitchurch di Cardiff, ibu kota Wales, Inggris Raya, ketika tegah kaki kiri itu diberlakukan pada 2002. Larangan tersebut terbit karena kaki kiri Bale terlampau hebat. Bukan hanya tendangan, lelaki kelahiran 16 Juli 1989 itu sangat cepat berlari dan piawai menggocek bola. 

“Kami harus memberinya aturan khusus,” kata Gwyn Morris, guru olahraga yang melarang Bale tadi (Gareth Bale: World's Greatest, 2016). Morris adalah kepala pendidikan olahraga di sekolah Whitchurch. Dia sengaja membatasi kaki kiri sekaligus memastikan Bale hanya boleh satu kali menyentuh bola ketika menerima umpan. 

“Jika tidak demikian, dia akan berlari melewati semua orang lalu mencetak gol,” papar Morris. Pertandingan pun membosankan karena anggota tim yang lain tidak terlibat permainan.

Di belakang hari, larangan itu sangat berguna buat Bale. Pesepak bola Real Madrid yang pernah berseragam Southampton dan Tottenham Hotspur itu sudah mampu memakai kaki kanannya. Kemampuan kaki kanan Bale memang sangat buruk ketika remaja. 

Namun, Bale tahu bahwa kaki kanan tak akan pernah sanggup menyaingi kedahsyatan kaki kirinya sampai kapan pun. Dua gol Bale saat melawan Liverpool dalam partai final Liga Champions, Ahad dini hari, 27 Mei 2018, adalah buktinya. Sepasang gol itu, lahir melalui tendangan salto dan tembakan keras dari luar kotak penalti, tak lain ulah kaki kiri Bale. 

Baca juga: Yang Terjadi di Tiga Detik Mematikan saat Atraksi Maut

Di luar kekeliruan kiper Liverpool, Loris Karius, gol kedua Bale dari jarak 30 meter jelas bukan sembarang tembakan. Dengan kaki kirinya, Bale meluncurkan bola hanya dalam selang 0,8 detik. Kecepatan bola ketika mengenai punggung tangan Karius mencapai 110 kilometer per jam. Laju sedemikian hanya terpaut sedikit dari tembakan terkeras Cristiano Ronaldo yakni 130 kilometer per jam. Sebagai gambaran, tendangan paling keras menurut buku rekor Guinnes dipegang David Hirst yaitu 183,4 kilometer per jam. Tendangan geledek pemain Sheffield Wednesday itu terjadi di laga melawan Arsenal pada 1996. 

Inspirasi dari Paman

Sepak bola adalah olahraga nomor dua setelah rugby di Cardiff, kota kelahiran Gareth Bale. Namun, Bale sudah jatuh cinta kepada si kulit bundar sejak berusia tiga tahun. 

Musim gugur pada 1992 merupakan hari yang tak terlupakan. Sang ayah, Frank Bale, mengajaknya ke stadion. Cardiff City sebagai klub kebanggaan warga kota sedang melakoni pertandingan kandang. Ayah Bale, seorang kepala sekolah, tentu saja penggemar sejati Cardiff City. Lagi pula, anggota keluarga bernama Chris Pike, paman Gareth Bale, merupakan penyerang andalan klub berjuluk The Bluebirds tersebut. 

Dalam partai yang disaksikan Bale kecil, sang paman mencetak gol tunggal melalui sundulan pada menit akhir. “Itu pamanku. Itu pamanku,” teriak Bale kepada para penonton di sekitarnya yang sedang bersorak-sorai (Gareth Bale: The Boy Who Became a Galactico, 2015).

Baca juga: Ironi di Balik Posisi Lima Kaltim, Provinsi dengan Bandara Terbanyak

Bale segera ingin menjadi seperti pamannya. Sang paman tak keberatan bermain bola bersamanya di halaman rumah meskipun sering membuat ibu Bale marah karena tanamannya rusak. Kegilaan Bale terhadap sepak bola pun terus berlanjut hingga remaja.

Seorang pencari bakat bernama Rod Ruddick akhirnya menemukan kecakapan bocah Cardiff itu. Bale baru berusia 9 tahun ketika Rod mendengar kabar, mencari, dan mendapati anak dengan kaki kiri yang kuat. Melalui Rod, Bale kemudian menandatangani kontrak di tim junior Southampton. 

Memasuki usia belasan, karier Bale sempat terancam karena masalah tulang punggung. Dia melewati pertumbuhan luar biasa. Tubuhnya menjulang dan beratnya bertambah dalam masa yang singkat. Keadaan itu menimbulkan rasa sakit di punggung. 

Di luar itu, karier Bale makin cemerlang ketika dibeli Tottenham Hotspur. Pemain bernomor punggung 11, seperti idolanya yang juga dari Wales, Ryan Giggs, sempat menyandang status pemain termahal dunia ketika dijual ke Real Madrid. Dalam usia 24 tahun, Bale ditransfer dengan nilai Rp 1,5 triliun plus gaji per pekan Rp 5 miliar. Transfer Bale pada 2013 segera memecahkan rekor yang dipegang Cristiano Ronaldo ketika hengkang dari Manchester United. 

Menjadi pemain termahal dunia, Bale dikenal sebagai sosok yang tak suka hura-hura. Dia justru pria pemalu dan sederhana yang lebih suka menonton DVD bersama keluarga. Demikian pula untuk urusan pendamping hidup. Hatinya ditaklukkan seorang perempuan bernama Emma Rhys Jones. Perempuan berkulit cokelat yang memiliki senyum manis itu tak lain teman masa kecil Bale di sekolah. (*)

Senarai Kepustakaan
  • Oldfield, Tom, dan Oldfield, Math, 2015. Gareth Bale: The Boy Who Became a Galactico, 2015, London: John Blake Published. 
  • Worral, Frank, 2016. Gareth Bale: World's Greatest, London: John Blake Published. 
  • Guinnes World Record, website, diakses Mei 2018.

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar