Pariwara DPRD Kukar

Cara Muara Muntai Ulu Cegah Kebakaran Saat Kemarau

person access_time 4 years ago
Cara Muara Muntai Ulu Cegah Kebakaran Saat Kemarau

Proses penyemprotan rumah warga sebagai antisipasi kebakaran di Kecamatan Muara Muntai. (istimewa)

2004 Silam Muara Muntai dihajar si jago merah. Ratusan rumah terbakar. Tak ingin terulang, warga melakukan pendinginan sebagai langkah antisipasi. 

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Selasa, 17 September 2019

kaltimkece.id Hujan tak kunjung mengguyur Desa Muara Muntai Ulu sejak 2019 lalu. Kekhawatiran terjadinya bencana kebakaran mulai menggelayuti warga. Apalagi kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan (karhutla) mulai menyelimuti daerah tersebut. Meski begitu, dibanding karhutla, ketakutan warga di sana adalah kebakaran pemukiman penduduk. 

Meski berada di atas piggir Sungai Mahakam, Muara Muntai rentan mengalami musibah kebakaran. Pasalnya, mayoritas bangunan di sana terbuat dari kayu ulin. Tak hanya bangunan, infrastruktur seperti jalan dan jembatan juga masih menggunakan kayu. Dan, masih jelas dalam ingatan warga, musibah kebakaran yang menghanguskan ratusan rumah di Kecamatan Muara Muntai pada 2004 lalu. Desa dengan bangunan khas terbuat dari kayu ulin itu luluh lantak dilalap si jago merah. Antisipasi pun dilakukan. Tak ingin kejadian serupa terulang, warga secara swadaya melakukan penyemprotan rumah-rumah dan infrastruktur. Satu per satu rumah warga dan jalan pun didinginkan. 

Tokoh masyarakat sekaligus legislator DPRD Kukar dari fraksi Gerindra Sopan Sopian menuturkan, saat ini pendinginan dilaksanakan minimal sepekan sekali. "Hal ini biasa dilaksanakan saat kemarau seperti sekarang," terangnya. Selain menggunakan pompa air, proses pendinginan juga menggunakan air dari hidran. “Hidran biasanya dimanfaatkan untuk menyiram lahan kering dan rumah warga saat kemarau seperti ini,” ujarnya. Rumah-rumah yang diberi perhatian lebih dalam proses pendinginan adalah yang atapnya berbahan sirap --kayu ulin tipis yang disusun bertingkat--. Menurut Sopian, sirap semakin kering semakin mudah terbakar. “Makanya disiram agar menimbulkan efek hujan buatan agar kayunya tetap mengandung air,” terangnya.

Sejak tahun 2015 telah dibentuk relawan pemadam kebakaran. Kini sudah ada lima titik hidran. Langkah antisipatif untuk menanggulangi bencana kebakaran seperti 2004 lalu. Secara teknis hidran merupakan langkah praktis karena memangkas kebutuhan selang yang panjang karena jauhnya dari ketersediaan air. Karenanya hidran dipasang di beberapa titik strategis. “Meski saban pekan kami bisa lakukan pendinginan, kami berharap hujan segera turun,” terangnya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait

Pariwara Mahakam Ulu

Diklat Paskibraka Mahulu Dimulai

access_time11 months ago

Pariwara Mahakam Ulu

Pesan Tegas Bupati Kepada 76 PNS Baru Mahulu

access_time11 months ago

Pariwara Mahakam Ulu

76 PNS Baru di Mahulu Diminta Hayati Sumpah Janji

access_time11 months ago

Tinggalkan Komentar