Pariwara Mahakam Ulu

Bupati Perjuangkan Masa Depan Pangan dan Petani Mahulu ke Senayan Berbuah Banjir Dukungan

person access_time 3 years ago
Bupati Perjuangkan Masa Depan Pangan dan Petani Mahulu ke Senayan Berbuah Banjir Dukungan

Pertemuan antara Bupati Mahulu (kanan) dan Budisatrio Djiwandono. (nalendro priambodo/kaltimkece.id)

Senin, 19 April 2021, Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh, menemui Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budisatrio Djiwandono.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Rabu, 21 April 2021

kaltimkece.id Perjuangan Bupati Mahakam Ulu, Bonifasius Belawan Geh, merealisasikan komitmen politiknya mempercepat pembangunan di daerah yang ia pimpin terus berlanjut. Upaya mengetuk pintu para wakil rakyat Kaltim di Gedung DPR Senayan terus digencarkan.

Setelah bertandang ke perwakilan Komisi V DPR, rombongan yang dipimpin orang nomor satu di Pemkab Mahulu menggelar pertemuan kepada Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budisatrio Djiwandono beberapa hari kemudian.

Pertemuan berlangsung di Gedung Nusantara 1 kompleks DPR RI. Persisnya di lantai 17 ruang rapat Fraksi Partai Gerindra di DPR RI, Senin, 19 April 2021. Kedua politikus Partai Gerindra yang sama-sama concern di bidang pertanian tersebut larut dalam diskusi hangat dan serius. Membahas sinergi pengembangan dan masa depan pertanian di Mahulu. Duduk bersebelahan, keduanya berdiskusi diselingi humor kecil.

Bupati Bonifasius yang kembali terpilih pada periode kedua masa jabatan 2021-2024 itu membuka pembicaraan dengan sejumlah paparan potensi pertanian di kabupaten berjuluk Urip Kerimaan itu.

"Kami punya potensi lahan sawah 12 ribu hektare namun baru 300 hektare yang dibuka," ucap Bupati yang juga mengetuai Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Mahakam Ulu.

Untuk pengembangan sawah tadah hujan di Mahulu butuh bantuan sarana pengairan mengantisipasi kekeringan. Selain pertanian ladang basah, mayoritas masyarakat Mahulu turun temurun telah mempraktikkan pertanian padi ladang.

Pertanian dengan sistem ladang gilir balik itu menggunakan sistem pembukaan lahan dengan sistem membakar hutan sekunder secara terkontrol. Abu sisa pembakaran secara alami dimanfaatkan sebagai pupuk organik padi lokal.

Ketika tiba masa panen selama setahun sekali, ladang lama ditinggalkan beberapa tahun untuk pemulihan alami hingga kembali ditumbuhi. Para petani kemudian membuka lahan baru. Proses itu berlangsung terus-menerus hingga sampai siklus kembali ke ladang awal.

Bupati menilai perladangan sistem tersebut kurang relevan dengan kondisi kekinian. Selain produktivitasnya rendah, kebutuhan lahan pada masa mendatang akan semakin banyak seiring kian banyaknya petani dan kebutuhan beras.

Karena itu, ketika mencalonkan pada periode kedua, ia mengeluarkan program pertanian menetap modern, organik, dan ramah lingkungan.

Bupati yang juga berladang padi menilai sentuhan teknologi modern seperti teknik pengolahan lahan sangat dibutuhkan di Mahulu. Termasuk pemuliaan bibit dan tanaman, pemupukan organik, pengendalian hama sampai pemanenan dengan teknologi mutakhir.

Program tersebut pun sudah mulai direalisasikan. Mayoritas 50 kampung di Mahulu telah menyiapkan 10 hektare lahan padi yang nantinya dijadikan sentra sekaligus lumbung padi di tiap kampung. Mahulu bertekad menciptakan kemandirian pangan, utamanya beras organik yang dihasilkan petani lokal.

"Program kami mengubah pertanian tradisional ke modern, bertujuan meningkatkan produktivitas beras dan tidak merambah hutan. Lahan menetap dikelola secara modern," tutur bupati. "Apalagi Kaltim ditetapkan sebagai ibu kota negara (IKN). Mahulu ingin berpartisipasi menyumbang pemenuhan pangan di IKN," sambungnya.

Kakao Mahulu Kualitas Internasional

Selain potensi pertanian padi, Bupati menyampaikan Mahulu juga memiliki potensi kakao. Komoditas tersebut menjadi unggulan petani lokal di kabupaten paling selatan Bumi Mulawarman yang berbatasan Negeri Jiran Malaysia tersebut.

Menukil data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahulu (DKPP), Luas areal tanamnya meningkat setiap tahun. Pada 2018 tercatat seluas 857 hektare dan meningkat menjadi 1.692 hektare pada 2020. Dikelola sedikitnya 224 petani yang tersebar di hampir seluruh kecamatan.

Beberapa kecamatan menjadi sentra produksi di antaranya Long Pahangai dengan produksi 10,2 ton per bulan; Long Apari 8 ton per bulan; dan Laham 5 ton per bulan. Total produksi kakao di Mahulu mencapai 360 ton per tahun.

Biji kakao yang diproduksi petani Mahakam Ulu memiliki banyak keunggulan kualitas. Pertama, ditanam dengan perlakukan organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi. “Mutunya di grade A sampai A plus. A kualitas nomor 1 sedangkan A plus kualitas super, layak di pasar internasional,” ujar Kepala DKPP Mahulu, Saparuddin, kepada kaltimkece.id, September 2020, menceritakan hasil pengujian kualitas biji kakao Mahulu di sebuah laboratorium di Samarinda.

Walaupun memiliki kualitas kelas wahid dan super banyak, petani masih menemui kendala. Di antaranya rendahnya produksi karena pola tanam yang terlalu rapat. Begitu juga serangan seperti monyet dan tupai yang kerap menyerbu kebun warga ketika musim panen. Hal tersebut berpengaruh kepada kestabilan pasokan biji kakao. Menyulitkan kerja sama dengan distributor.

Selain didampingi penyuluh pertanian dari DKPP Mahulu, para petani mendapat pendampingan beberapa lembaga swadaya masyarakat. Termasuk dari program tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan segala keterbatasan itu, perputaran uang dari bisnis kakao kering di petani Mahulu tak bisa dipandang sebelah mata.

Produksi 360 ton per tahun dan harga jual rata-rata mencapai Rp 25 ribu per kilogram, perputaran uang bisa mencapai Rp 9 miliar per tahun atau Rp 750 juta per bulan.

Pemkab Mahulu juga berupaya meningkatkan nilai lebih biji kakao. Salah satunya dengan memberi pelatihan dan bantuan. Seperti mesin sederhana pengolah biji kakao menjadi bubuk coklat untuk minuman. Begitu juga lemak kakao menjadi bahan baku kecantikan. Bahan turunan tersebut dibuat Kelompok Tani Menguyun Urip IV bekerja sama BUMK Kampung Long Isun.

Produksi terbesar yang pernah dicapai sebanyak 11 kilogram bubuk olahan. Sementara masih diedarkan di sekitar kabupaten. Setiap ons bubuk coklat dihargai Rp 15 ribu atau Rp 150 ribu per kilogram. Sedangkan lemak kakao dijual Rp 30 ribu per ons atau Rp 300 ribu per kilogram.

“Kami coba mengubah pola pikir budidaya agar hasilnya semakin baik dan konsisten supaya dilirik distributor. Harapannya badan usaha milik kampung (BUMK) bisa berpartisipasi,” tandasnya.

Kembali ke pertemuan, Ketua DPRD Mahulu, Novita Bulan, sependapat, meskipun kakao Mahulu telah memiliki kualitas internasional, masih perlu pembinaan bagi petani. Ini agar produktivitas bisa ditingkatkan. Sehingga banyak industri turunan bisa memberi nilai tambah produk. Kelemahan pembinaan dan kekurangan biaya pembangunan infrastruktur pertanian juga harus segera ditambal.

"Jika hanya melalui APBD, kami kurang mampu membangun jalan usaha tani terus. Sementara banyak kebutuhan dan infrastruktur lain harus dibangun," ujar politikus Partai Gerindra tersebut.

Sinergi Hingga ke Pusat

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budisatrio Djiwandono, memahami benar sejumlah keluhan yang disampaikan pejabat daerah yang juga kolega partainya itu. Wakil rakyat daerah pemilihan Kaltim tersebut sependapat bahwa sudah seharusnya Kaltim tidak lagi bergantung pasokan pangan dari provinsi lain. Selama ini, pasokan logisitik pangan warga Bumi Etam sangat bergantung Pulau Jawa dan Sulawesi.

Ia mendukung penuh program ketahanan pangan yang digagas Bupati Mahulu. Kerena itu, dibutuhkan sinergi berbagai pihak. Semisal di level pusat, ia berjanji mengomunikasikan kepada mitra kerja komisinya, yakni Kementerian Pertanian serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membantu program tersebut.

Agar bisa berjalan mulus, Budi meminta Bupati Mahulu menyiapkan master plan pertanian modern menetap Mahulu kepadanya untuk dipelajari dan diperjuangkan. "Program Pak Bonifasius ke depan membangun pertanian di Mahulu biar saya bantu ke mitra kerja saya," ucap politikus berusia 39 tahun tersebut dengan nada lantang.

Budi juga langsung memerintahkan staf ahlinya mengomunikasikan hal tersebut kepada mitra kerja mereka. Untuk mengarahkan bantuan bibit padi, tanaman hortikultura seperti lada. Budi juga berkomitmen membantu bibit ayam kampung, sapi, dan babi untuk dikembangkan di Mahulu seperti tahun sebelumnya. Tak sampai di situ, untuk membantu kelompok tani di Mahulu juga akan diperjuangkan bantuan belasan alat mesin pertanian (alsintan).

"Banyak kelompok tani kakao di Mahulu butuh pendampingan dan penyuluhan. Harus diperkuat pembangunan sumber daya manusia. Usulkan bimbingan teknis satu program di Mahulu," perintah Budi kepada staff ahlinya tersebut. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar