Pariwara Mahakam Ulu

Cerita Istri Bupati Mahulu Pernah Ditolak saat Jual Cabai Petani Lokal, Pemkab Upayakan Dongkrak Produk Pertanian Lokal

person access_time 3 years ago
Cerita Istri Bupati Mahulu Pernah Ditolak saat Jual Cabai Petani Lokal, Pemkab Upayakan Dongkrak Produk Pertanian Lokal

Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh saat mengunjungi Pasar Tani. (humpro mahulu)

Bupati meyakinkan produk lokal di Mahulu tak kalah dengan produk sayur mayur dari luar.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Sabtu, 27 Maret 2021

 

kaltimkece.id Yovita Bulan menghela nafas panjang. Kulit putihnya memerah menahan rasa jengkel dan sedih. Beberapa orang pedagang sayur di pasar tradisional di Kecamatan Long Bagun, Mahakam Ulu belum bersedia membeli beberapa kilogram cabai milik petani Mahulu yang ia bantu panen dan pasarkan. Pedagang lebih memilih cabai pasokan petani luar Mahulu.

Kesedihan dan rasa dongkolnya beralasan. Saat itu para petani cabai lokal sedang gembira karena panen sayuran yang jadi bahan baku pembuatan sambal itu. Kepada Yovita, para pedagang hanya mau membeli dengan harga yang lebih rendah. Tak setimpal untuk mengembalikan ongkos produksi.

“Saya sedih, kenapa petani tidak mau tanam dan panen lagi? Karena tidak ada yang membeli. Akhirnya percuma dan petani jadi malas berladang, karena pembeli dan penjual tidak ada,” keluh Yovita kepada kaltimkece.id, Kamis, 25 Maret 2021, menceritakan pengalaman pahitnya ketika baru setahun menjabat ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Mahulu 2016 silam. Jabatan itu ia sandang berbarengan dengan pelantikan sang suami, Bonifasius Belawan Geh sebagai Bupati definitif pertama di Mahulu.

Yovita yang lahir dan besar di hulu Mahakam ini ingat benar, masyarakat kabupaten berjuluk Urip Kerimaan ini sejak dahulu kala memanfaatkan hutan dan ladang sebagai sumber penghidupan. Mulai daging buruan sampai sayur mayur yang ditanam sendiri. Hasil buruan dan sayur mayur yang melimpah, ditukar dengan kebutuhan lain. Belakangan, ketika mengenal uang, hasil bumi yang berlebih itu mulai diperdagangkan. Meski belum dalam jumlah yang banyak.

Berbagai jenis cabai, umbut rotan, sawi pahit, muul–selada lokal tanpa rasa, terong dan berbagai sayur mayur lain masih mudah dijumpai. Sisa-sisa pola perdagangan lokal masih terlihat di beberapa kampung. Setiap sore, akan mudah ditemui pedagang sayur atau daging ikan dan buruan lain berkeliling kampung menjajakan dagangan dari rumah ke rumah.

Jumlahnya memang tak sebanyak pedagang sayur dan daging yang berkumpul di pasar tradisional yang mulai terbangun di berbagai kampung. Pasar tradisional ini mulai menjamur beriringan dengan laju perekonomian Mahulu paska pemekaran tahun 2013 silam. Hadirnya para pedagang dan pasar tersentral ini ikut membawa berbagai komoditas baru. Berbagai sayuran hibrida, makanan dan bumbu kemasan siap saji sampai daging yang di bawa dari luar Mahulu.

Pemandangan ini bisa dilihat di berbagai pasar di Kecamatan Long Bagun dan Kampung Ujoh Bilang yang jadi ibu kota Kabupaten Mahulu. Berbagai komoditas bahan pokok ini rata-rata dibawa dari Kutai Barat, Jawa, Sulawesi. Bahkan wortel asal negeri Tirai Bambu Tiongkok tertata rapi di pasar tradisional di Mahulu.

“Para pedagang di Mahulu biasa pesan sayur dari Kubar dengan harga rendah,” ujar Yovita.

Beberapa pelapak sayur di Kecamatan Long Bagun menyebut berbagai alasan mengapa sayuran lokal relatif mulai kalah bersaing dibandingkan produk dari luar. Pertama, sayur lokal dari petani setempat bersifat musiman dan tidak konsisten dikirimkan. Itu pun kurang variatif. Begitu pula, harga sayuran lokal dan luar Mahulu margin harganya tidak terlalu jauh. Rata-rata satu ikat sayur lokal maupun luar Mahulu dijual Rp 5 ribu per ikat. Beberapa penjual sayur mengaku lebih tertarik menjual sayur dari luar Mahulu karena lebih bervariasi dan stok terjamin.

Kembali ke Yovita. Perempuan yang sudah dikarunia 5 anak ini menilai butuh kerja sama multi pihak melibatkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian untuk menggenjot produksi dan variasi sayuran lokal. Hal ini selaras dengan program ketahanan pangan yang diusung bupati dan PKK Mahulu. Yakni, menjadikan keluarga sebagai subjek mewujudkan ketahanan pangan.

Saat ini yang bisa PKK Mahulu lakukan adalah terus meyakinkan para warga melalui jaringan PKK tingkat kampung untuk mulai menanam sayur mayur mandiri di pekarangan rumah. Hal ini diyakini mampu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, mengurangi ketergantungan pasokan dan inflasi ketika harga meroket karena cuaca tak menentu.

“Bisa juga menjadi pendapatan tambahan keluarga. Kalau sayur berlebihan untuk konsumsi pribadi bisa dijual,” tandasnya.

Bangun Pasar Tani

Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu memberikan dukunya nyata terhadap petani. Hal ini diwujudkan dengan menggelar Pasar Tani di Simpang Tikah Kampung Ujoh Bilang. Pasar ini diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahulu.

Pasar ini sengaja dibangun sejak 6 Juni 2020 untuk menjembatani, memberdayakan produk perkebunan petani lokal kepada konsumen agar memperoleh harga yang layak tanpa melalui perantara pengepul. Pasar Tani diisi belasan petani dan pedagang sayuran lokal ini buka setiap hari Sabtu dan Rabu ini mulai pukul 08.00-12.00 Wita.

“Pasar tani ini akan memutus mata rantai pasokan komoditi pangan yang panjang, sehingga dapat mengendalikan harga sekaligus memberikan manfaat bagi petani secara langsung,” ujar Bupati Mahakam Ulu, Bonifasius Belawan Geh melalui keterangan tertulisnya kala itu.

Bupati meyakinkan produk lokal di Mahulu tak kalah dengan produk sayur mayur dari luar. Sebab, lebih segar karena langsung dipetik dari kebun. Ke depan, ia berupaya membangun pasar yang lebih moderen di Mahulu.

Antoni Ayoi, salah satu petani lokal yang berjualan di Pasar Tani mengaku senang dengan adanya pasar ini. Sebab, bisa menjadi wadah petani lokal menjual hasil kebunnya langsung. Ia berharap produk lokal semakin dikenal masyarakat luas sehingga memudahakan penjualan. “Jika sebelumnya saya menjual hasil kebun berjalan kaki ke rumah-rumah, sekarang saya sudah punya tempat berjualan,” ucapnya kala itu. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar