Terkini

Cucu Profesor Unmul Itu Dipukul Gayung dan Disundut Kayu Terbakar

person access_time 5 years ago
Cucu Profesor Unmul Itu Dipukul Gayung dan Disundut Kayu Terbakar

Keluarga korban penganiayaan mengadakan konferensi pers, Jumat, 5 Juli 2019. (Ika Prida Rahmi/kaltimkece.id)

Keluarga belum sepenuhnya lega setelah Ah dipastikan selamat. Babak selanjutnya adalah memperjuangkan hak asuh untuk bocah malang tersebut.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Sabtu, 06 Juli 2019

kaltimkece.id Tangis seorang bocah pecah di ruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Samarinda, Jumat, 5 Juli 2019 pukul 00.15 Wita. Jeritan itu berasal dari Ah, bocah yang diduga mengalami penganiayaan oleh Riswan Narendra Putra, ayah tirinya.

Pada Kamis sore, 4 Juli 2019, Asri Wulandari, ibu kandung Ah, menyerahkan diri sembari membawa Ah ke Mapolresta Samarinda. Dia didampingi orang dekat dan adik Riswan. Keduanya sempat dibawa Riswan ke Balikpapan, kemudian dititipkan ke rumah kolega di Kelurahan Bukit Pinang, Samarinda.

Ah kini diamankan polisi ke rumah aman untuk mendapat penanganan secara psikologis. Perlu bujuk rayu agar bocah yang pada November 2019 nanti berusia delapan tahun tersebut bersedia. Keluarga besar turut mengantar. "Kalau mau, saya sebenarnya ingin langsung bawa ke rumah saya," ujar Afif Ruchaemi, kakek Ah.

Tapi Afif memilih mengikuti prosedur kepolisian. Yang terpenting, sang cucu telah ditemukan. Ia bisa sedikit lega. "Sebelumnya saya enggak bisa tidur memikirkan Ah," ujarnya.

Diungkapkan Afif, dari pengakuan Asri, penyiksaan terhadap cucunya dilakukan oleh Riswan. Asri berusaha melarang. Namun hanya bisa menangis atas kelakuan suami ketiganya itu. Yang Afif sesalkan, anak keduanya tersebut tak memberitahu kondisi sebenarnya. Motif Riswan pun tetap ditutup rapat Asri.

Sebelum kasus ini mencuat, Afif sempat kesulitan menemui Ah. Rasa khawatir membuatnya nekat menyambanginya toko ponsel Riswan, tempat Ah biasa berada. Segala keresahan mulai terjawab pada pertemuan 30 Juni 2019 itu. Kepada sang kakek, Ah sempat berkata: "Kalau saya diusir Papa (Riswan), saya mau ikut Aki (kakek dalam bahasa Sunda, Red.), boleh kan?"

Baca juga:
 

Kondisi Ah kini berangsur membaik. Sudah bisa senyum dan diajak bicara. Sebelum ini, pandangannya kerap kosong. "Ditanya pun terlihat ketakutan," terang Afif.

Sebagai informasi, Afif Ruchaemi adalah guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman atau Unmul. Dalam karier akademisnya, ia pernah menjabat pembantu rektor bidang akademik.

Gelar Konferensi Pers

Meski sudah ditemukan dan diumumkan lewat media sosial, belum banyak warganet mengetahui kabar terbaru Ah. Keluarga besar pun menggelar konferensi pers, Jumat siang, 5 Juli 2019. "Masih banyak orang menelepon atau menggirim pesan untuk membantu mencari," ujar Gusfian Nur, paman Ah.

Keluarga berterima kasih untuk perhatian publik. Namun, lantaran sudah ditemukan, Gusfi menyerahkan kelanjutan perkara ke polisi. Prioritas keluarga adalah keselamatan Ah.

"Beberapa luka sudah membaik. Hanya di kaki kirinya masih terlihat luka dan bernanah," ungkap Gusfi menjelaskan kondisi sang keponakan.

Kepada awak media, Gusfi mengungkapkan kekesalannya terhadap Riswan. Semula Ah dirawat olehnya sejak usia 3 tahun. Hal itu dilakukan untuk membantu Asri yang sempat menjadi orangtua tunggal. "Istri dan saya memutuskan merawat Ah karena kami juga belum punya anak," terangnya.

Baru pada September 2018 Ah kembali dirawat Asri. Tepatnya setelah dinikahi Riswan. "Dia kan ibu kandungnya, enggak mungkin kami larang Ah bersama dia," ujarnya.

Sebelum kejadian 30 Juni 2019, Gusfi melihat Ah baik-baik saja meski tubuhnya agak kurusan. Ia juga menerima laporan dari sekolah bahwa si keponakan kerap terlambat. Termasuk salah seragam saat masuk sekolah. Informasi soal Ah lebih sering didapat dari luar keluarga. Gusfi tak rutin berkomunikasi dengan Asri dan Riswan sejak keduanya menikah.

Kekesalan Gusfi makin menjadi karena tuduhan pelecehan seksual terhadap Ah yang dialamatkan kepadanya. Gusfi dilaporkan Riswan ke polisi pada Mei 2019. "Pertama, jelas saya bantah," tegasnya.

Banyak keanehan dalam tuduhan tersebut. Justru pelapor disebut minim komunikasi ke polisi. Malah Gusfi aktif menayakan perkembangan laporan. Dari komunikasi tersebut, diketahui total lima laporan dilayangkan kepadanya. Bahkan, pada November 2018 laporan yang sama juga ditujukan Riswan kepada seorang temannya.

Meski demikian, tak satupun bukti dan saksi dari segala laporan itu. Gusfi berencana menempuh jalur hukum jika fitnah terhadap dirinya masih disebarkan. "Saat ini tuduhan saya melecehkan Ah disebar melalui media sosial," ungkap dia.

Namun begitu, ditegaskan jika fokus keluarga saat ini adalah memperjuangkan pengasuhan Ah kepada kakek dan neneknya. Dengan demikian, kelak Ah berada dalam perlindungan keluarga besar.

Barang Bukti Gayung dan Bambu

Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono, menyebut dua barang bukti diamankan atas kasus penganiayaan Ah. Keduanya adalah gayung dan sebilah bambu. Dari keterangan Asri, Ah juga disundut menggunakan kayu yang dibakar. "Hasil visum sudah kami kantongi dan benar ada bekas penganiayaan di tubuh korban," ujarnya.

Dalam pemeriksaan, Asri menyebut pelaku penyiksaan adalah Riswan. Soal motif pelaku, kepolisian masih menunggu Riswan ditangkap. "Kami masih melakukan pengejaran terhadap pelaku. Baru bisa diketahui kemudian motifnya," kuncinya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar