Terkini

Demonstrasi Kaum Intelek, Cederai Polisi dan Tantang Jurnalis

person access_time 5 years ago
Demonstrasi Kaum Intelek, Cederai Polisi dan Tantang Jurnalis

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Kaum intelek menyuarakan kegelisahan. Tapi melibatkan urat dan otot.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Senin, 25 Maret 2019

kaltimkece.id Aksi demonstrasi 52 aliansi mahasiswa se-Kaltim berlangsung ricuh. Insiden mewarnai unjuk rasa pada Senin, 25 Maret 2019, tersebut. Kelompok ini menamakan diri Aliansi Masyarakat Peduli Karst Kaltim atau AMPK. Menyuarakan penolakan terhadap eksploitasi kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan Berau.

Aksi digelar depan Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda. Sayang, aksi massa yang awalnya damai, dicoreng kericuhan pengunjuk rasa. Selain bersinggungan dengan polisi, para demonstran sempat bersitegang dengan awak media yang meliput jalannya aksi.

Sebelum menjalankan aksi, mahasiswa dari Berau, Balikpapan, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur serta Samarinda yang jumlahnya 500 orang, berkumpul di Taman Samarendah. Dari kawasan terbuka itu, aksi jalan mundur dimulai dari titik kumpul ke kantor gubernur. Maksudnya menyindir Gubernur Kaltim Isran Noor sebagai kepala daerah yang berpikir mundur karena sepakat dengan Pemerintahan Zheijang, Tiongkok dan Hongshi Holding Groups. Dua kubu asing inilah yang akan membangun pabrik semen di kawasan karst pada 15 Maret 2019.

Ketegangan terjadi kala tak satupun perwakilan kegubernuran mendatangi pengunjuk rasa. Sekitar pukul 12.30 Wita, usaha masuk ke halaman kantor gubernur dilakukan. Aksi dorong pintu masuk berlangsung satu jam.

Namun, sekitar pukul 13.00 Wita, massa mulai memanas dengan membakar ban. Mahasiswa juga merusak pagar masuk kantor gubernur. Sekitar pukul 13.25 Wita, demonstran mulai melakukan pelemparan ke halaman kantor. Batu, rotan, hingga besi ujung pagar pintu masuk dijadikan alat melempar. Salah lemparan mengenai kepala Wakasat Binmas Polresta Samarinda, Iptu Hardi.

Hardi saat itu berada dekat awak media yang meliput jalannya aksi. Melihat hal tersebut, beberapa anggota polisi dibantu beberapa reporter melarikan Hardi ke ambulans. Namun, setelah satu korban diamankan, aksi lempar batu makin trengginas.

Beberapa awak media ikut terkena lemparan. Salah seorang reporter berusaha menarik mundur sesame peliput. Namun, sebuah bogem mendarat di wajahnya. Beruntung kala pasukan Dalmas Polresta Samarinda sigap melerai.

Namun, situasi panas menyeret awak media tak sampai di situ. Pukul 15.00 Wita, seorang pengunjuk rasa yang ditegur lantaran melempar batu dari lokasi wartawan berkumpul, malah menantang berkelahi. Setelah dilerai, si pengunjuk rasa mengungkapkan emosi lewat pengeras suara. Menyebut keraguan terhadap netralitas wartawan. Kerumunan massa ikut bersuara. Menuduh para jurnalis telah dibayar.

Awak media yang bertugas dibuat naik pitam karena profesi mereka dihina. Keributan tak terelakkan. Beruntung bisa dikendalikan oleh kedua pihak.

Pengunjuk Rasa Meminta Maaf

Tindakan mencemari nama baik profesi jurnalis menuai respons negatif. Humas aksi, Akbar, memohon maaf kepada jurnalis setelah insiden tersebut. “Kami memohon maaf kepada jurnalis karena situasi ini di luar kontrol kami. Adapun hinaan itu merupakan ulah oknum,” terang Akbar menyesal.

Isran: Saya Dengar Kok

Lebih dari enam jam Kantor Gubernur Kaltim dikepung mahasiswa. Hingga pukul 16.00 Wita, mahasiswa masih bertahan. Gubernur Kaltim, Isran Noor, akhirnya menanggapi. “Enggak apa bagus saja. Cuma tidak semua yang benar itu pas,” tandasnya. “Mereka minta didengarkan, saya sudah dengarkan dari tadi dari atas,” ucapnya.

Investor yang berminat membangun pabrik semen di Kutim adalah manajemen Hongshi Holdings dari Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Perusahaan tersebut adalah swasta skala trans-nasional di Tiongkok. Perusahaan ini juga bersumbangsih membangun pabrik semen di enam negara. Di Asia, baru Laos. Jika Kaltim bersedia, Bumi Etam mewakili Indonesia sebagai negara kedua di Asia.

Investasi awal diperkirakan USD 1-2,1 miliar. Atau, setara Rp 14,9-29,9 triliun. “Investasi kan bagus. Realisasi nanti secepatnya,” ucap Isran.

Isran menyebut, daerah yang akan dibangun pabrik semen tidak terkena karst. Hanya, ada pegunungan yang menjadi tempat sarang burung. Tapi proyek dijamin ramah lingkungan. Pemprov masih melakukan proses perizinan, khususnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). “Amdal itu ada tahapannya. Itu sudah lama izinnya, dari masa Pak Awang (Faroek Ishak, gubernur Kaltim periode sebelumnya),” tutup Isran.

Tentang Karst di Kutim dan Berau

Kawasan Karst di Sangkulirang, Kabupaten Kutim hingga ke Kabupaten Berau memiliki luas kurang lebih 2,1 juta hektare. Sebagai bahan baku membuat semen, marmer dan batu kapur, tentu kawasan karst di Kutim dan Berau menjadi daya tarik para investor. Bahkan kabarnya ada 13 investor antre mengeruk bentang alam unik itu.

Baca juga:
 

Hafidz Prasetyo dari Departemen Advokasi dan Kampanye WALHI Kaltim menyebut, ekosistem karst memiliki keunikan. Secara fisik ditandai dengan perbukitan, lembah-lembah terjal, gua dan sungai bawah tanah, maupun keanekaragaman hayati. Kawasan yang dikenal memiliki karakteristik relief dan drainase khas itu hasil dari derajat pelarutan batu-batuan yang intensif, terutama batuan gamping dan dolomit. “Uniknya ekosistem tersebut membuat karst berpotensi terutama sebagai pemasok ketersedian air tanah atau air bersih,” ujarnya.

Dengan perkembangannya, sebagian besar kawasan karst telah menjadi lokasi wisata alam, budaya dan ilmiah. Tetapi, tak luput dari ancaman kelestarian akibat adanya rencana investor mengelola SDA di sana.

Sebagai tandon air bersih di kawasan sekitarnya, Pemprov Kaltim justru memberikan jalan mulus untuk rencana eksploitasi. Sudah tiga izin lokasi diterbitkan untuk pengerukan. Ditambah adanya rencana pendirian pabrik semen di kawasan Kutim, membuat kehancuran karst semakin nyata di depan mata.

Padahal, lanjut Hafidz, tanpa harus masuknya industri ekstraktif, kawasan karst sudah memiliki nilai tinggi bagi warga sekitar. Potensi alamnya yaitu hutan kayu dan nonkayu, batuan mineral, potensi wisata alam, serta sarang burung walet cukup menjanjikan dan memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat setempat.

Kemudian, keanekaragaman hayati yang ditawarkan sangat kaya. Tempat ini dihuni hewan endemik seperti orangutan dan beberapa fauna endemik lainnya. Beragamnya flora seperti jamur mata sapi, anggrek kuping gajah, kantong semar, cemara gunung yang memiliki akar seperti pohon bakau, dan beragam jenis lumut. Penduduk setempat juga banyak menggantungkan hidupnya di kawasan karts itu.

Sehingga, Walhi menilai rencana pembangunan pabrik semen harus ditolak. Kehancuran lingkungan mengancam. Ditambah lagi, semua eksploitasi yang merusak alam selalu berseberangan dengan tujuan Walhi. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar