Terkini

Di Balik Pintu Rumah Singgah Kanker, Layanan Gratis untuk Penderita Tanpa Batas Waktu

person access_time 3 years ago
Di Balik Pintu Rumah Singgah Kanker, Layanan Gratis untuk Penderita Tanpa Batas Waktu

Rumah Singgah Kanker di Samarinda. (giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Rumah Singgah Kanker ini telah disinggahi pasien-pasien kanker yang tak hanya berasal dari Samarinda.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Senin, 22 Februari 2021

 

kaltimkece.id Rumah Singgah Kanker di Samarinda telah menampung banyak pasien dengan kisah-kisah inspiratif perjuangan melawan kanker. Tak sedikit energi dan materi yang harus dikeluarkan. Namun semua tetap tersedia bagi para pasien secara cuma-cuma.

Sawiningtyas, seorang penjuang penyakit kanker payudara dan Sulastri seorang relawan kanker. Keduanya mendirikan Rumah Singgah Kanker pada April 2018. Berawal dari didirikannya Komunitas Support Kanker (KSK) pada 10 Oktober 2017.

Sulastri, 35 tahun, akrab disapa Astri, tergerak menjadi relawan kanker hingga mendirikan Rumah Singgah Kanker untuk memberikan pengetahuan terkait kanker kepada masyarakat. Astri sehari-hari ibu rumah tangga yang telah memiliki dua anak. Mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan masyarakat.

"Masalah kanker masih sangat tabu. Banyak orang mengira kanker itu menular. Dan edukasi mengenai kanker masih sangat kurang. Dengan rumah singgah ini, orang tahu jika kanker itu ada dan tidak untuk ditakuti," ucap Astri.

Terdapat dua Rumah Singgah Kanker di Samarinda. Keduanya berada di Jalan Delima Dalam, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu. Yang pertama adalah rumah utama sebagai pusat dari seluruh aktivitas. Sedangkan rumah singgah kedua yang hanya berjarak sekira 15 meter difungsikan sebagai rumah transit.

Rumah Singgah Kanker khusus anak juga terdapat di Balikpapan. Tepatnya di Perumahan Batu Ampar, Blok B No 17 Balikpapan. Baik dua rumah singgah di Samarinda dan satu di Balikpapan itu, sama-sama menerima pasien tumor.

Rumah Singgah Kanker di Samarinda merupakan tempat tinggal sementara pasien kanker/tumor yang rujukan pengobatannya ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS). Rumah sakit pelat merah tersebut merupakan pusat rujukan pelayanan kesehatan kanker (ankologi) di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian tengah.

"Di rumah singgah ini, kami sudah pernah menerima pasien dari luar Samarinda. Termasuk dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Palu, dan Makassar," ungkapnya.

Rumah singgah menyediakan fasilitas gratis kepada pasien. Mulai tempat tinggal, bahan makanan, hingga keperluan mencuci pakaian. Biaya operasional sepenuhnya dari swadaya masyarakat. Berasal dari para donatur, anggota komunitas support kanker, hingga para pasien kanker. Satu pasien diperbolehkan didampingi satu pendamping. Sedangkan untuk penyakit kanker atau tumor dengan kasus berat, diizinkan didampingi dua orang.

Terdapat 16 tempat tidur di rumah singgah utama. Sedangkan rumah singgah transit ada 12 tempat tidur. Saat terisi enam pasien dan enam pendamping.  "Selama masih dalam pengobatan, pasien dipersilakan tinggal di rumah singgah. Tidak ada batas waktu,” lanjutnya.

Terdapat kriteria bagi pasien yang bisa tinggal di rumah singgah. Ditetapkan berdasar kepesertaan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan kriteria diutamakan pasien kelas 3 pra-sejahtera.
“Kalau pasien dengan BPJS Kesehatan kelas 1 dan 2 juga bisa dengan syarat kami minta rekomendasi jika dari mereka membutuhkan tempat tinggal. Surat rekomendasi bisa dari mana saja," jelas Astri. 

Pasien kanker atau tumor di rumah singgah biasanya berusia 30 tahun ke atas dengan berbagai jenis kanker. Berbagai aktivitas disiapkan agar penghuni tak jenuh. Seperti tiap pagi melakukan olahraga ringan. Disiapkan juga mesin jahit untuk mereka yang bisa menggunakan. Ragam kegiatan lain seperti merawat tanaman untuk yang hobi menanam.

Kegiatan kumpul bersama juga dilakukan pada Sabtu dan Minggu. Dimanfaatkan untuk saling cerita terkait keadaan masing-masing pasien. Juga diberikan pengetahuan yang lebih terkait kanker oleh para relawan.

Dari Berbagai Latar Belakang

Banyak suka dan duka didapatkan Astri sejak jadi relawan. Rumah Singgah Kanker dianggap sebagai tempat keluarga baru. Banyak cerita ia dengar. Juga melihat langsung keadaan pasien dari berbagai latar belakang.

"Mendengarkan cerita mereka itu seru. Selain itu, ketika mau pergi ke kampung mana saja yang itu merupakan tempat pasien pernah tinggal di sini, kami disambut baik di sana," ucap Astri.

Astri juga banyak mendengar kisah pilu dari penghuni rumah singgah. Salah satunya seorang remaja yang mengidap kanker otak dan kanker darah namun sengaja ditinggal ayahnya tanpa identitas dan rekam medis yang jelas. Setelah diketahui, sang ayah ternyata ditinggal juga oleh istrinya. 

Ada pula kisah seorang pria yang ditinggalkan istrinya ketika sedang berjuang melawan kanker. Kisah lainnya seperti seorang preman pengidap kanker yang mempunyai semangat tinggi untuk sembuh namun sikap seenaknya tetap ada. Dari berbagai pengalaman dan berbagai karakter itu, Astri menjadi kian tertantang sebagai relawan kanker. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar