Terkini

Empat Wacana Kadisdik setelah Mutasi Besar-besaran Pemkot Samarinda

person access_time 5 years ago
Empat Wacana Kadisdik setelah Mutasi Besar-besaran Pemkot Samarinda

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Pemkot Samarinda memiliki Kepala Dinas Pendidikan baru setelah memutasi 73 pejabat. Ada yang baru dipindah setelah tujuh tahun.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Senin, 01 April 2019

kaltimkece.id Mutasi besar-besaran terjadi di jajaran Pemkot Samarinda. Sebanyak 73 pejabat setingkat Pimpinan Tinggi Pratama, administrator dan jabatan pengawas, dilantik dan diambil sumpahnya, Senin pagi, 1 April 2019.

Pelantikan berlangsung di aula Rumah Jabatan Wali Kota Samarinda. Sejumlah pejabat dilantik terbagi dari eselon II,III, dan IV.

Dari data diperoleh, 73 pejabat terdiri dari 13 kepala dinas, empat kepala badan, dua staf ahli, lima pelantikan ulang. Sedangkan 12 pejabat setara kepala bidang, 10 setara kepala seksi, dan 22 jabatan lain.

Menurut Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang, setiap pejabat harus siap memberikan terbaik. Bekerja sesuai tupoksi masing-masing. Wali Kota menyoroti sejumlah ASN yang sudah terlalu lama di suatu OPD. Mutasi ke OPD baru diharap cepat beradaptasi.

“Saya dengar dari Pak Sekretaris Kota, ada yang bilang tidak mau dipindahkan. Ini sudah menjadi keputusan. Mutasi pun saya lakukan agar Bapak dan Ibu sekalian dapat menaikkan grade dan menambah saudara baru,” terang Jaang.

Menurut Wali Kota, pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan kali ini adalah yang terbanyak dalam kepemimpinannya. Dari pejabat yang dimutasi, ada yang sampai tujuh tahun tak berpindah. “Tapi rata-rata selama dua tahun.”

Jaang mengingatkan keadaan Samarinda yang tak kaya sumber daya alam (SDA). Maka, kewajiban seluruh pejabat adalah mengembangkan kreativitas. Berinovasi agar Samarinda semakin kuat sebagai kota jasa dan industri. “Kuncinya sama-sama memberikan pelayanan terbaik kepada investor yang mau membuka usaha di Samarinda. Membangkitkan usaha kerakyatan,” sebut Wali Kota.

Tersisa dua tahun sisa jabatan Jaang sebagai Wali Kota Samarinda. Mutasi kali ini, bertujuan membuat tim semakin solid. Di sisi lain, mutasi cukup mendesak karena tuntutan penyegaran. Ia menghindari pejabat yang terlalu lama di satu dinas. Keadaan yang membuat karier dan kemampuan tak berkembang. "Yang saya baru lantik itu pendidikannya S3 luar negeri semua. Sayang," tuturnya.

Janjikan Terobosan

Salah satu pejabat dimutasi adalah Ananta Faturozzi. Dari Kepala Dinas Perpustakaan, kini Kepala Bappeda Samarinda.  Misi pertamanya adalah penataan permukiman bantaran Sungai Karang Mumus yang tak kunjung usai.

Mantan Plt Asisten II dan Kabid Pembangunan Sekkot Samarinda tersebut menjadikan agenda tersebut prioritas. Bekalnya adalah pengalaman bersama mantan Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail dalam menata segmen Jembatan S Parman.

Jabatan Kepala Bappeda sebelumnya diisi Asli Nuryadin. Ia kini menduduki kursi Kepala Dinas Pendidikan Samarinda. Asli sudah tak asing dengan posisi ini. "Dunia saya memang di pendidikan. Selama 31 tahun di pendidikan," kata Asli yang menjabat Kepala Bappeda selama dua tahun tiga bulan.

Asli segera tancap gas. Empat terobosan disiapkan. Pertama optimalisasi rasio toilet dan jumlah kelas. Selama ini rasionya tak seimbang. Berdasar aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, satu kelas memiliki satu toilet. "Dari seluruh sekolah, hampir tidak ada yang sesuai rasio itu,” ungkap Asli.

Terobosan kedua adalah revitalisasi kantin sekolah. Kelak, makanan di kantin-kantin tak diperkenankan menggunakan zat pewarna. Termasuk kandungan pengawet. Disdik akan bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Terobosan berikutnya adalah penguatan karakter dan agama di sekolah. Asli berupaya mewajibkan sekolah memiliki musala. Minimal ruangan khusus untuk ibadah. Tujuannya adaalh menguatkan akhlak dan kepribadian siswa. "Masalah akhlak dan kepribadian anak-anak, kalau zaman sekarang tidak diimbangi, repot," sebutnya.

Yang tak kalah penting adalah mendorong keterlibatan orangtua. Asli berencana membentuk paguyuban orangtua. Dibuat per kelas di tiap sekolah. Bertujuan memicu interaksi dan komunikasi. Orangtua bisa mengetahui langsung informasi penting anaknya di sekolah.  "Jadi anak sekolah tak dilepas begitu saja. Ada tanggung jawab orangtua juga di sekolah," imbuhnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar