Terkini

Hingga 42 Penerbangan Batal dan Dialihkan, Operasi Bandara APT Pranoto Masih Belum Pasti

person access_time 4 years ago
Hingga 42 Penerbangan Batal dan Dialihkan, Operasi Bandara APT Pranoto Masih Belum Pasti

Perbaikan taxiway Bandara APT Pranoto masih berlangsung hingga7 September 2019. (Foto: Salman Lumoindong untuk kaltimkece.id)

Kerusakan taxiway yang berulang, diduga dipicu kondisi Bandara APT Pranoto yang kelebihan beban.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Senin, 07 Oktober 2019

kaltimkece.id Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda kembali ditutup. Dipicu kerusakan di jalur taxiway. Puluhan penerbangan dialihkan. Dari semula mendarat di Samarinda, terpaksa ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan.

Taxiway merupakan jalur penghubung landasan pacu dan pelataran pesawat (apron). Di Bandara APT Pranoto, panjang 2.250 meter dengan lebar 45 meter. Sementara, taxiway yang lokasi persisnya di titik awal dan ujung landasan pacu, memiliki panjang 173 meter dan lebar 23 meter. Adapun untuk apron dimensinya 300x123 meter.

Informasi awal kerusakan taxiway dilaporkan pilot maskapai Garuda Indonesia GA581. Melintas Minggu, 6 Oktober 2019 sekira pukul 15.11 Wita. Pilot melaporkan benda asing yang berpotensi merusak mesin. Dari situ pengelola bandara menelusuri kondisi di lapangan.

“Kondisi taxiway mengalami kerusakan. Berupa titik lendutan dan retakan,” kata Kepala Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto, Dodi Dharma Cahyadi.

Jika dibiarkan, kerusakan mengancam keselamatan penerbangan. Jajaran UPBU pun mengusulkan Notice to Airmen penutupan taxiway. Permintaan segera direspons Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNI) Wilayah Balikpapan. Sekira pukul 16.29 Wita, keluar Notam bernomor D0327/19/NOTAMN perihal penutupan sementara penerbangan di APT Pranoto. Ditetapkan mulai pukul 16.23 sampai 23.00 Wita. Selama proses itu, taxiway diperbaiki.

Sejumlah penerbangan terdampak yakni maskapai Batik Air 7280 yang tak bisa lepas landas dan kembali ke Apron. Sementara Lion Air dari Surabaya dialihkan ke Balikpapan. Sembilan penerbangan lain juga dibatalkan. Yakni lima maskapai Batik Air dari Cengkareng, Ujung Pandang, dan Denpasar. Ada juga dua pesawat Lion Air dari Surabaya dan Jogjakarta. Terakhir adalah Citilink dari Cengkareng.

Direktur Jendral Perhubungan Udara, Polana B Pramesti, mengimbau seluruh pengguna jasa transportasi memahami kondisi tersebut. Tindakan ini sudah sesuai PM 98/2015 tentang Penanganan Keterlambatan Penerbangan. “Karena keselamatan, keamanan, dan kenyamanan adalah hal utama,” kata Polana melalui siaran pers yang kaltimkece.id terima pada Minggu, 6 Oktober 2019.

Lion Air Group sebagai salah satu terdampak pengalihan, belum merinci total penumpang terdampak penutupan bandara. Kendati demikian, para penumpang difasilitasi untuk proses pengembalian dana. “Begitu juga perubahan jadwal keberangkatan sesuai ketentuan dan aturan berlaku,” kata Corporate Communication Strategic Danang Mandala Prihantoro.

Celakanya, penutupan bandara mesti berlangsung lebih lama. Perbaikan taxiway tak rampung dalam semalam. Sejumlah titik belum tuntas diperbaiki. Masih ditangani Dinas Perhubungan Kaltim melalui kontraktor PT Waskita Karya. “UPBU APT Pranoto memutuskan memperpanjang Notam Aerodrome close due to taxiway unserviceable sampai 7 Oktober 2019 pukul 23.00 Wita,” lanjut Dodi, Senin, 7 Oktober 2019.

Informasi yang didapat dari pengelola bandara, ada 42 penerbangan dari dan menuju APT Pranoto dibatalkan atau dialihkan ke Bandara SAMS Sepinggan. Rinciannya, 14 penerbangan Batik Air yang pindah ke Sepinggan. Delapan lainnya dari Lion Air, enam penerbangan Xpress Air, juga masing-masing empat penerbangan Garuda Indonesia dan Susi Air. Ada pula dua penerbangan masing-masing dari Wings Air, Citilink, dan Nam Air. Rata-rata berasal dari rute Cengkareng, Halim Perdanakesuma, Ujung Pandang, Jogjakarta, Denpasar, Surabaya, Berau, Kutai Barat, dan Datah Bilang.

Hingga Senin siang, 7 Oktober 2019, sekira pukul 13.00 Wita, perbaikan masih berlangsung. Paling cepat, bandara diperkirakan kembali beroperasi keesokannya.

Bukan yang Pertama

Kerusakan taxiway Bandara APT Pranoto bukan baru kali ini saja. Kejadian pertama tercatat pada 16 Maret 2019. Sedangkan kejadian kedua 2 Oktober 2019.

Disebutkan Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, Salman Lumoindong, dari peristiwa kerusakan taxiway ketiga ini, terdapat sedikitnya tujuh titik ledutan dan retakan. “Ukurannya ada yang semeter kali setengah meter. Ada yang dua meter,” kata Salman, Senin, 7 Oktober 2019.

Indikasi awal penyebab retakan dan ledutan masih diselidiki. Tim gabungan melibatkan Dinas Perhubungan serta tim ahli dari berbagai instansi. Juga kontraktor PT Waskita Karya.

Dari Penilaian awal, Salman menilai kecil kemungkinan kerusakan disebabkan air yang meresap ke permukaan aspal. Beberapa bulan terakhir, kondisi Samarinda panas terik. Baru beberapa hari terakhir diguyur hujan. “Waktu kami bongkar dan gali, tidak ada air,” kata Salman.

Salman menduga kerusakan dipicu aspal yang sudah tak kuat menampung beban. Terutama pesawat jet berbadan jumbo. Alias melebihi daya dukung landasan pacu dan taxiway.

Bandara APT Pranoto didesain sebagai pengganti Bandara Temindung, Samarinda yang melayani pesawat baling-baling. Kalaupun melayani pesawat jet, APT Pranoto hanya didesain untuk 1-2 pesawat jet per hari.

Namun, beberapa saat setelah diresmikan Presiden Joko Widodo, 25 Oktober 2018, bandara yang pengelolaannya diserahkan kepada Kementerian Perhubungan, langsung kebanjiran rute. Baik dalam maupun luar Kaltim.

Kementerian Perhubungan memperbolehkan landasan pacu didarati lima pesawat jet per hari. Atau mencapai 1.825 pesawat jet per tahun. Mulai jenis Airbus 320 dan Boeing 737-800 NG. Sementara, berdasar data resmi penerbangan gagal dan dialihkan dari APT Pranoto pada Senin, 7 Oktober 2019, dari 42 yang batal, tercatat 30 di antaranya pesawat jet.

Pesawat jet yang familier dioperasikan di APT Pranoto di antaranya Boeing 737-800 NG. Memiliki berat maksimum saat tinggal landas 79.010 kilogram alias 79 ton. Sebagai pembanding, pesawat berbadan kecil dan berbaling-baling seperti Cessna 208 yang dioperasikan Susi Air untuk penerbangan perintis ke pedalaman Kaltim, memiliki bobot hingga 3.629 kilogram. Sedangkan ATR-72 yang dioperasikan Xpress tujuan Berau, berkapasitas 69-74 kursi, punya daya angkut maksimal 7 ton (data disadur dari laman resmi kedua maskapai).

Aktivitas pesawat jet berbadan jumbo yang kelewat berat, melebihi kemampuan aspal Bandara APT Pranoto. Salman menduga, hal itulah yang jadi penyebab kerontokan aspal taxiway dan runway berulang kali. Kejadian terkelupasnya landasan pacu tercatat pada 22 Juni 2019.

Baca juga: 

Kala itu, aspal yang digunakan masih berjenis aspalt treated base. Ketebalannya 10 sentimeter. Dinilai kurang kuat dilandasi terus-menerus oleh pesawat jet. Apalagi untuk bandara yang melebihi kapasitas. Jenis aspal itulah yang juga melapisi taxiway.

Menurut Salman, pada 2020 Pemerintah Pusat akan meningkatkan material landasan pacu dengan penambahan ketebalan 10 sentimeter. Menggunakan material aspal tahan air atau biasa disebut asphalt concrete. Plus, 5 sentimeter lagi lapisan aspal halus yang biasa disebut wearing course.

Adapun untuk perbaikan kali ini, masih menjadi tanggung jawab pemeliharaan kontraktor. Masa pemeliharaan berakhir November 2019.

Tak mau kejadian berulang, Pemprov Kaltim mengguyur Rp 3 miliar untuk peningkatan dan perbaikan. Bersumber dari APBD perubahan. Material sama masih digunakan untuk lapisan landasan pacu.

Meski demikian, masih didiskusikan pola penguatan material taxiway tanpa mengganggu penerbangan. Pengerjaan diprediksi memakan waktu berminggu-minggu. “Ini sudah kontrak, kami harapkan minggu depan selesai kontraknya. Persiapan minggu depan dikerjakan,” kata Salman. (*)

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar