Terkini

Jurnalistik Data, Senjata Baru Pewarta

person access_time 5 years ago
Jurnalistik Data, Senjata Baru Pewarta

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Kontribusi masyarakat dalam menyajikan produk jurnalistik, memicu para pewarta memberikan konten yang lebih berkualitas.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Sabtu, 22 Juni 2019

kaltimkece.id Perkembangan jurnalistik sudah berkembang pesat. Sejak era jurnalistik dengan saluran media cetak, kemudian ke penyiaran, hingga sekarang ke era media online.

Semakin cepatnya persebaran informasi era internet, saingan pewarta bukan lagi sesama wartawan. Saingan baru mereka adalah warganet. Maka istilah citizen journalism pun muncul. Dengan "pesaing" baru itu, jurnalis mesti putar otak. Belakangan dikenal lagi dengan istilah jurnalisme data.

Ya, kelengkapan data menjadi hal penting dalam kemasan berita era kiwari. Melihat pentingnya data, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Balikpapan Biro Samarinda mengadakan diskusi. Mengambil tajuk Pentingnya Jurnalisme Data Bagi Pewarta. Digelar Jumat siang, 21 Juni 2019. Acara dihelat di Kafe Pyramid Palace, Jalan Dahlia, Samarinda.

Pemantik diskusi siang itu ada Felanans Mustari, editor in chief kaltimkece.id. Selain itu M Rizkyawandi, koordinator tim riset Kaltim Post.

Dalam pemaparannya, Felanans menyebut bahwa pada era awal media online, informasi serba cepat dimulai. Nah, semakin berkembang, informasi serba cepat justru berada di tangan warganet. Dia mengambil contoh kasus ketika ada seorang begal di daerah A. "Tak perlu menunggu wartawan membuat beritanya, masyarakat sudah bisa membagikan informasi tersebut lewat media sosial," ujar pria yang akrab disapa Fel itu.

Nah, saat fungsi membagikan informasi "direbut" warga, tugas pewarta menjadi berkurang. Namun, di sisi lain, tugas juga bertambah. Selain melaporkan, pewarta mesti melakukan verifikasi atas informasi dari masyarakat tersebut. Tak selesai sampai verifikasi, pers mesti bisa mengolah data yang didapat. "Sehingga masyarakat bisa memahami sajian data tersebut lewat produk jurnalistik," ujarnya.

Dengan data yang begitu banyak, kala media massa menyajikan dalam bentuk data mentah, sifatnya tak akan terlalu berguna bagi pembaca. Pengolahan data menjadi sedikit diabaikan kala media online berlomba-lomba menerbitkan berita paling pertama. "Pakem cepat-cepatan ini yang mesti didobrak," tegasnya.

Fel menuturkan, analisis data menjadi kekuatan baru media massa Indonesia.

Tak Mesti Angka

Sementara itu, sisi teknis mendapatkan data untuk diolah disampaikan M Rizkyawandi. Koordinator Tim Riset Kaltim Post ini mengungkapkan bagaimana dia melakukan kerja statistik untuk menunjang pemberitaan. Seperti melakukan riset dengan berbagai metodologi, untuk mendapatkan gambaran data dari isu yang akan digarap.

"Enggak melulu data itu angka, tapi bisa opini atau biasa disebut data kualitatif," ujar alumnus Universitas Mulawarman tersebut.

AJI memang banyak memberikan perhatian terhadap penerapan jurnalisme data. Hal ini juga sebagai cara untuk menangkal masifnya peredaran berita bohong saat ini. Ketua AJI Balikpapan Devi Alamsyah juga menyebut AJI memberikan perhatian terhadap peningkatan kapasitas jurnalis. Maka dari itu, mereka mendorong terbentuknya  AJI Balikpapan Biro Samarinda untuk membantu melakukan program-program peningkatan kapasitas jurnalis. Hal ini pun direalisasikan dengan penyerahan SK biro dalam kesempatan yang sama.

"ini adalah program lama. Mendorong AJI ada di Samarinda. Akibat kesibukan akhirnya baru bisa genjot lagi. Samarinda jumlah wartawan lebih banyak dan tentunya dinamika lebih banyak," pungkas Devi. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar