Terkini

Lab Pemprov Kaltim dan Alat Unmul Bisa Diagnosis Covid-19, Tapi Belum Standar WHO

person access_time 4 years ago
Lab Pemprov Kaltim dan Alat Unmul Bisa Diagnosis Covid-19, Tapi Belum Standar WHO

Deteksi virus SARS-Cov2 diklaim memungkinkan dengan fasilitas yang tersedia di Kaltim saat ini. (freepik)

Menurut pelaku Ketua IDI Kaltim, provinsi ini memiliki kemampuan mendiagnosis Covid-19 secara mandiri.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Selasa, 24 Maret 2020

kaltimkece.id Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr Nataniel Tandirogang mengusulkan laboratorium pengujian virus SARS-Cov2 di Kaltim. Keberadaannya sudah sangat mendesak. Agar diagnosis Covid-19 tak lagi memakan waktu.

Hal ini dinilai memungkinkan. Sejumlah fasilitas medis di Kaltim memadai dikombinasikan. Seperti ruangan laboratorium berstandar bio safety level 2. Khusus memeriksa penyakit dan virus menular. Ada sejumlah standar ketat yang harus dimiliki laboratorium jenis ini.

Di antaranya, wajib memiliki pekerja laboratorium khusus. Dilatih menangani agen-agen patogenik di bawah ilmuwan berkompeten. Akses laboratorium dibatasi ketika pekerjaan berlangsung. Ada juga penanganan khusus bagi benda tajam dan prosedur khusus bagi pekerjaan dengan gas atau tumpahan mengandung agen berinfeksi di wadah khusus.

“Ruangan laboratorium itu, kita punya di UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim,” kata dr Nataniel pada kaltimkece.id.

Fasilitas di Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, Samarinda, tersebut, kata dosen mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unmul ini, sering digunakan meneliti sampel kuman Mycobacterium Tuberculosis Resistance—virus penyebab tuberkulosis yang kebal terhadap obat tahap awal.

“Mereka ada ruangan berstandar tapi enggak punya alat,” kata Nataniel. Alat dimaksud adalah mesin Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Alat itu, lanjut dia, berada di laboratorium microbiology Fakultas Kedokteran Unmul, tempat ia mengajar. Secara singkat, ia menjelaskan, teknis pemeriksaannya, dimulai mengambil sampel cairan liur, atau dahak. Dimasukkan ke viral transfer media. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium dan diekstraksi struktur genom virus RNA-nya. Setelah itu, diperbanyak dan digunakan mesin RT-PCR untuk mendiagnosis cepat saat itu juga.

 “Saya usulkan dikombinasikan. Alatnya bisa (dipinjam) dan dilakukan pemeriksaan di laboratorium kesehatan Provinsi Kaltim,” saran dia.

Dia meyakini, jika Kaltim bisa memeriksa mandiri virus mematikan ini, tenaga medis setidaknya bisa lebih dahulu mengetahui hasil pemeriksaan sambil menunggu hasil resmi dari pusat. Tidak seperti sekarang, yang harus menunggu hasil uji sampel berhari-hari setelah dikirim ke pusat. “Kalau ada pemeriksaan internal, kita tahu duluan, dan kita bisa kelola pasien lebih baik,” ujarnya.

Sudah Dipertimbangkan

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Andi M Ishak, jauh sebelum usulan dr Nataniel tersebut, pihaknya sudah menjajaki kemungkinan itu. Hanya saja, persyaratan Badan Kesehatan Dunia (WHO), termasuk Kementerian Kesehatan, begitu ketat. Sejauh ini, untuk pemeriksaan virus SARS-Cov2, laboratorium di Kaltim belum memenuhi standar.

“Dalam waktu dekat belum bisa kita penuhi. Perlu sertifikasi, peralatan, dan standardisasi. Ke depan kami lengkapi itu. Sudah kami identifikasi,” kata Andi di Kegubernurnan Kaltim, Senin, 23 Maret 2020.

Lantas, bagaimana opsi mengkombinasikan peralatan dan gedung dua institusi? Tepatnya mesin RT-PCR Fakultas Kedokteran Unmul dengan laboratorium milik Bapelkes Kaltim.

“Kalau diperiksa mungkin. Tapi hasilnya tak memenuhi standar. Harus penuhi protokol WHO,” katanya. Sejauh ini, baru 12 laboratorium pemeriksaan virus SARS-Cov2 di Indonesia diakui Kementerian Kesehatan. “Jadi, kita masih bergantung hasil tes di pusat,” katanya.

Kapan Rapid Test di Kaltim?

Presiden Joko Widodo, pekan lalu meminta tes massal mendeteksi sebaran Covid-19 di Indonesia. Sudah dilakukan pengadaan alat tes cepat Covid-19 (rapid test). Alat pendeteksi awal dengan hasil awal tak sampai 15 menit, tiba pekan lalu. Bersiap disebar ke rumah sakit pemerintah. PT RNI (persero) ditugaskan mendatangkan 500 ribu unit alat tersebut dari Tiongkok.

Andi M Ishak, mengibaratkan rapid test seperti jaring. Menjaring sebanyak mungkin orang yang diduga terpapar Covid-19. Diutamakan keluarga terdekat pasien positif. Setidaknya, lewat alat ini, bisa cepat diambil tindakan apakah orang dalam pemantauan (ODP) segera dinaikkan statusnya ke pasien dalam pengawasan (PDP). Meskipun, hasil resmi harus melalui uji laboratorium yang ditunjuk pemerintah.

Ia mengaku belum mengetahui apakah Kaltim bakal kebagian. Informasi yang ia dapat, alat ini, difokuskan ke daerah episentrum Covid-19, Jakarta. Persisnya Jakarta Selatan. “Untuk saat ini, Kaltim belum mendesak (rapid test),” ujarnya.

Belum mendesaknya rapid test di Kaltim, lanjut dia, karena proses penelusuran warga yang diduga terpapar Covid-19, masih berjalan baik. Belum ditemukan kasus transmisi lokal atau penyebaran meluas tak terkendali. Sejauh ini, diklaim tenaga medis dan fasilitas masih mampu menampung PDP dan pasien positif Covid-19.

Hanya saja, ia menegaskan, tak menutup kemungkinan, jika masyarakat abai dan tak patuh anjuran pemerintah menjaga jarak sosial, ledakan kasus bisa terjadi. “Tolong kami petugas medis, supaya tak banyak korban. Stay at home, social distance ketat dilaksanakan untuk kurangi cepatnya penyebaran. Supaya kalau ada penularan ditekan, dan kemampuan kami bisa melayani mereka,” tuturnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

 

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar