Mengenal Satpolair Polresta Samarinda, Amankan Kejahatan di Perairan hingga Pengolongan Ponton

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Jum'at, 25 September 2020

kaltimkece.id Satuan pengamanan di wilayah hukum Polresta Samarinda semakin lengkap. Satuan Kepolisian Perairan (Satpolair) resmi beroperasi di perairan Kota Tepian sejak Juni 2020.

Bertugas melaksanakan fungsi kepolisian perairan. Meliputi patroli perairan, pengawalan penegakan hukum di perairan, pembinaan masyarakat pantai dan perairan, serta SAR.

Satpolair dipimpin kepala Satuan Polair. Bertanggung jawab kepada kapolresta dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolresta.

Bermarkas di pelabuhan Sungai Kunjang, Jalan Untung Suropati, Satpolair berada di bawah komando Polresta Samarinda, dengan pembina fungsi Ditpolairud Polda Kalimantan Timur (Kaltim).

Markas Satpolair saat ini masih meminjam salah satu gedung milik Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda dengan status pinjam pakai. Guna menjadikan gedung tersebut sesuai standar kepolisian, renovasi tengah dilakukan.

Sebagai satuan yang baru berdiri, Satpolair dihadapkan kondisi serba kekurangan. Mulai fasilitas, armada, hingga personel. Namun perlahan kelengkapan maupun fasilitas terus ditambah. Guna menunjang tugas serta fungsi Satpolair.

Dari 48 personel yang diajukan, Satpolair baru memiliki delapan personel. Sedangkan armada air terdapat satu speedboat dan rubber boat. Belum ada armada darat dimiliki Satpolair.

"Untuk personel ada penambahan mulai tahun depan. Termasuk kelengkapan armada. Nanti juga ada tambahan speed boat. Pelan-pelan terus dilengkapi," ucap Kasat Polair Polresta Samarinda, Ajun Komisaris Polisi Iwan Pamuji.

Di Samarinda, wilayah tugas Satpolair meliputi seluruh kawasan perairan di Kota Tepian. Terutama di Sungai Mahakam. Juga Loa Duri dan Anggana, Kutai Kartanegara, jadi batas wilayah tugas Satpolair Polresta Samarinda.

Patroli perairan menjadi hal yang rutin. Wilayah sungai Mahakam memang dikenal cukup kompleks dengan sejumlah permasalahan. Mulai aksi premanisme, pencurian batu bara, kecelakaan air, orang tenggelam, hingga konflik sosial.

"Apapun bentuk laporannya, jika berada di wilayah perairan dan sekitarnya akan kami tindak lanjuti, termasuk tindakan melawan hukum tentu kami tindak. Untuk proses penyidikan tetap dilakukan di markas, setelah itu tersangkanya dititipkan di Polres," jelas AKP Iwan Pamuji.

Selain itu, aktivitas pengolongan ponton batu bara yang melintasi kolong Jembatan Mahakam maupun jembatan lainnya, juga menjadi tugas Satpolair untuk ikut serta melakukan pengawasan. Hal ini dilakukan sebagai upaya meminimalisasi terjadinya insiden tugboat ataupun ponton menabrak pilar jembatan. "Hal ini kami lakukan koordinasi juga dengan KSOP dan Pelindo," tambahnya.

Tantangan yang dihadapi saat yakni kurangnya armada air dan personel. Membuat Satpolair tidak dapat patroli maksimal. Walaupun demikian, sejak beroperasinya Satpolair dan bermarkas di pelabuhan Sungai Kunjang, aksi pencurian di kapal barang tujuan Kabupaten Kutai Barat maupun Kabupaten Mahakam Ulu dapat teratasi. Dulunya, aksi pencurian berupa sembako serta barang kebutuhan pokok lainnya kerap terjadi.

Jumlah barang yang dicuri memang tidak sekaligus banyak. Namun aksi tersebut kerap terjadi berulang kali. Jika anak buah kapal (ABK) selesai memasukan barang-barang ke kapal, setelah itulah aksi pencurian terjadi. Biasanya pelaku memanfaatkan kelengahan ABK saat sedang beristirahat.

"Sudah dua bulan kami bertugas di sini, aksi pencurian sembako sudah semakin kurang, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada lagi. Dalam upaya penindakan, kami dapat menggunakan UU Pelayaran, serta KUHP," pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: