Terkini

Menggali Setiap Detail Terduga Pemakan Kucing-1: Sisa Bakaran dan Dinding Berlumur Darah

person access_time 6 years ago
Menggali Setiap Detail Terduga Pemakan Kucing-1: Sisa Bakaran dan Dinding Berlumur Darah

Foto: Arditya Abdul Azis (kaltimkece.id)

Kabar sepasang suami istri memakan kucing telah menghebohkan kota. Redaksi kaltimkece.id memeriksa seluruh detail sedari isu ini pertama kali mengudara.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Selasa, 25 September 2018

kaltimkece.id Sudah seperempat jam Shandi dan kelima temannya menanti ketika perempuan tua yang mereka awasi mulai beranjak dari kursi. Dari atas turap beton Sungai Karang Mumus, Shandi yang berusia 28 tahun cepat-cepat menyalakan mode rekam di telepon genggam. Dia hendak memastikan tak satu detik pun dari gerakan nenek tadi yang terlewatkan.  

Sabtu sore, 22 September 2018, Shandi dan kawan-kawan ingin membuktikan kebenaran isu menyiksa sekaligus memakan daging kucing. Nenek dengan rambut terurai sebahu itu, belakangan diketahui bernama Nana Abriana, 52 tahun, adalah terduganya. 

Nana tinggal di bawah Jembatan Kehewanan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir. Mengenakan baju hitam dan celana cokelat, dia pelan-pelan keluar dari bawah jembatan mendekati tiga anak kucing liar di tepi sungai. Tangannya segera menangkap anak-anak kucing tersebut. Semuanya dibawa ke kolong jembatan sebagaimana salinan rekaman video di telepon genggam Shandi yang diterima kaltimkece.id

“Cara memegang anak kucing itu tidak biasa. Dia (Nana) menggenggam kepala anak-anak kucing tersebut,” jelas Shandi ketika ditemui kaltimkece.id, Senin, 24 September 2018. Shandi dan kawan-kawan adalah anggota komunitas pencinta kucing Samarinda yang pertama kali menyelidiki dugaan ini. 

Setelah menyaksikan Nana membawa ketiga kucing, Shandi bergegas menemui ketua RT setempat. Begitu menerima penjelasan, ketua RT mendatangi Nana di kolong jembatan. Di sana, Nana hanya seorang diri. Suaminya, Wagimin, 72 tahun, belum pulang. Ketua RT dan Shandi lalu menyampaikan maksud kedatangan mereka. Benarkah Nana dan suami memakan daging kucing?

Nana tak perlu berpikir panjang untuk membantah tuduhan tersebut. Namun, selagi perempuan itu memberi penjelasan, terdengar suara kucing yang sangat nyaring. Shandi bergegas menuju asal bunyi. Di bagian lain di kolong jembatan, ditemukan empat anak kucing di dalam kotak kardus yang tertutup rapat. 

Nana masih sibuk menjawab pertanyaan Pak RT. Kesempatan itu dimanfaatkan Shandi dan kelima temannya memeriksa seisi kolong jembatan. Kecurigaan mereka jatuh kepada sebuah tempat pembakaran yang teronggok di sudut kolong. Sepotong daging dan pisau cutter kuning berlumuran darah kering tergeletak di sana. Shandi kemudian memeriksa sekeliling. Dia terkejut luar biasa. Nyaris di seluruh dinding di bawah jembatan berlumur bercak, diduga darah yang telah mengering. 

Kehadiran tim Shandi dan ketua RT mulai mengganggu Nana. Perempuan yang dinikahi siri oleh Wagimin, 16 tahun silam, itu mengusir tamunya. Sebelum pergi, Shandi sempat mengambil sisa daging di pembakaran. Sampel daging dibawa ke UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan Samarinda. Hasil uji diperkirakan keluar pekan depan. 

Setelah diusir, ketua RT menghubungi Dinas Sosial Samarinda. Kediaman Nana pun didatangi personel Dinas Sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja pada Sabtu malam, 22 September 2018. Nana dan Wagimin dibawa ke kantor Satpol PP di Jalan Cempaka. Mereka diamankan untuk menghindari risiko amukan warga yang sudah ramai berkerumun. Beberapa menit kemudian, isu pasangan suami istri memakan kucing karena kelaparan beredar ke sepenjuru kota. 

Di muka petugas, Nana dan Wagimin yang telah berurai air mata bersumpah bahwa tuduhan warga tidak benar. "Sungguh mati, saya tidak makan (kucing)," kata Wagimin. Ia mengulangi ucapannya kepada kaltimkece.id ketika ditemui pada Senin, 24 September 2018, di kantor Dinas Sosial Samarinda. Wagimin menyanggah seluruh tudingan warga. 

"Yang benar, ada kucing mati karena ditabrak. Saya mandikan, saya kubur. Enggak dimakan," terang Wagimin dengan mata berkaca-kaca.

Bantahan Pihak Terduga

Wagimin dan Nana sudah dua hari menginap di kantor Dinas Sosial Samarinda di Jalan Dahlia ketika seorang kerabat mereka tiba. Basri, 50 tahun, adalah keponakan Wagimin yang yakin pamannya tidak memakan atau menyiksa kucing. 

"Dari kecil, saya tahu paman (Wagimin) senang memelihara kucing,” terang Basri kepada kaltimkece.id. Wagimin awalnya adalah seorang tukang bangunan dan sekarang menjadi pemulung. “Paman tidak mau tinggal dengan keluarga sehingga hidup di kolong jembatan. Kalau soal makan kucing, saya tidak percaya itu," tegasnya. 

Pemkot Samarinda juga memastikan kabar penyiksaan dan konsumsi kucing adalah tidak benar. Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang bersama istrinya, Puji Setyowati, bahkan menemui Wagimin dan Nana. Menurut Jaang, sebagai Wali Kota dia merasa berdosa ketika ada warga yang kelaparan dan harus memakan kucing. Namun, setelah ditelusuri, Jaang mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar. 

“Orang tua ini (Wagimin dan Nana) baik-baik saja. Dari segi ekonomi juga baik," kata Jaang, Senin, 24 September 2018. Menurut Wali Kota, Wagimin dan Nana sebenarnya memiliki keluarga. Dia merasa iba karena kabar itu tidak benar. Wali Kota lantas mengajak keduanya tinggal dan bekerja di kebun miliknya.

Pada saat Jaang menemui Wagimin dan Nana di Dinas Sosial, Shandi dan kawan-kawan yang semula menyelidiki peristiwa ini kembali ke lokasi kejadian. Di bawah Jembatan Kehewanan, Shandi dan kolega tanpa diduga menemukan informasi yang sangat mengejutkan. (bersambung)

Baca berita selanjutnya: 
 

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar