Terkini

Meskipun Bikin Malu di Mata Dunia, Belum Ganti Logo Samarinda

person access_time 5 years ago
Meskipun Bikin Malu di Mata Dunia, Belum Ganti Logo Samarinda

Foto: Repro Instagram

Dari ribut-ribut warganet Samarinda, dugaan plagiat logo branding kota ini mengemuka di Amerika Serikat. Mencoreng wajah ibu kota Kaltim.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Senin, 04 Februari 2019

kaltimkece.id Samarinda jadi perbincangan hangat warganet mancanegara. Bukan dielukan karena prestasi. Tapi dikecam karena diduga plagiat.

Citra minus itu mengemuka lantaran logo branding Magnificent Samarinda, serupa karya desainer grafis asal Amerika Serikat, George Bokhua. Logo rancangannya bertajuk AA Bridge, memiliki keserupaan dengan aksara A, M, A dari kata Samarinda buatan Citiasia Inc.

George Bokhua mengungkapkan keluhannya itu lewat akun Instagram pribadinya, @george_bokhua. Dari post yang diunggah 4 Febuari 2019, sekitar pukul 14.00 waktu New York, George menyandingkan AA Bridge dengan Magnificent Samarinda.

Keterangan yang ditulis George, menyebut bahwa logo Magnificent Samarinda memiliki kemiripan dengan karya yang ia buat Mei 2013 silam. George juga mempersilakan pengikutnya memberikan tanggapan.

Hasilnya, unggahan tersebut dibanjiri ratusan komentar warganet mancanegara. Isi tanggapan menyudutkan Samarinda. Sebagian besar menyebut pemerintah mencuri karya desainer 40 tahun tersebut. Warganet menyarankan George mengambil tindakan somasi, dalam hal ini, kepada Pemkot Samarinda.

George Bokhua merupakan desainer grafis yang berdomisili di New York, Amerika Serikat. Pengalamannya lebih 10 tahun di bidang tersebut. Ia dikenal dengan jasanya merancang logo sejumlah perusahaan besar. Di antaranya The Walt Disney, New Balance, NFL, dan Wired Magazine.

Tak Diubah

Sekretaris Kota Samarinda Sugeng Chairuddin yang dikonfirmasi kaltimkece.id mengaku tak ambil pusing. Menurutnya, George salah sasaran bila menuding Pemkot sebagai pelaku plagiat. Pemkot sebatas pembeli logo branding dari Citiasia Inc. Perusahaan tersebut merupakan pemenang tender proyek rancangan cetak biru smart city Samarinda.

"Ada jutaan logo di dunia, mana mungkin kami tahu satu per satu. Kalau warga lebih tahu, harusnya kasih tahu di awal, dong. Sama-sama kada tahu (tidak tahu) kita, kayak apa?" sebut Sugeng

Menurut Sekkot, yang wajib tanggung jawab dan menjelaskan dugaan plagiat kepada George, ialah Citiasia Inc. "Jadi itu tanggung jawab mereka (Citiasia), selesai sudah," tambahnya.

Menurut Sugeng, meski reputasi Magnificent Samarinda sudah buruk di mata publik, langkah pengubahan belum tentu diambil. Malah mungkin tak diganti sama sekali. Kemiripan dari jutaan logo di dunia, sudah sering terjadi. Hal wajar, kata Sugeng. "Sepanjang itu ada izin dari yang punya, enggak masalah, dong."

Dari hasil pertemuan, Citiasia hingga saat ini mengelak dugaan plagiat. Atas pernyataan tersebut, Magnificent Samarinda masih digunakan. Apalagi branding tersebut bagian dari cetak biru smart city yang memakan anggaran Rp 600 juta.

"Biasa saja itu. Biasa branding ada yang Rp 1,5 miliar seperti di Jogjakarta. Itu terjadi di daerah manapun, biasa aja. Kalau ditanya kenapa mahal? Karya seni kan enggak bisa dihargai murah," urainya.

Menuai polemik di publik, Sugeng tak merasa Pemkot terdesak beraksi. Malah tak ada perasaan masyarakat Samarinda menolak branding yang saat ini mengemuka.

"Kalau di-polling dari 900 ribu warga Samarinda, berapa (menghendaki)? Netizen yang tidak menghendaki itu berapa? Jangan dibilang tidak menghendaki."

Founder CEO Citiasia Inc, Farid Subkhan, sebelumnya mengatakan bahwa logo branding yang dirilis Pemkot Samarinda pada 21 Januari 2019 sebagai hasil karya Citiasia. Farid membantah keras tuduhan mencuri desain Goerge Bokhua. Logo buatan Citiasia yang diluncurkan pada ulang tahun Kota Samarinda merupakan modifikasi gabungan dari ejaan A, M, dan A. Sebuah lengkungan kemudian digabung dalam satu huruf sehingga membentuk kata Samarinda.

Baca juga:
 

"Yang pasti, di dalam proses pembuatan logo, kami sudah melakukan kajian. Diskusi dengan beberapa orang. Kami juga mempelajari beberapa dokumen Samarinda. Secara proses akademik maupun profesional, itu sudah selesai dan terpenuhi," urai Farid.

Memalukan Samarinda

Wakil ketua DPRD Samarinda Siswadi prihatin dengan nama Samarinda yang dipersalahkan karena kemiripan logo. Memalukan menurutnya. Terlebih jadi perbincangan di Amerika Serikat. Yang menanggung malu pun bukan hanya warga kota. Nama Indonesia ikut tercoreng. "Saya sangat menyayangkan walaupun itu hanya di media sosial," ungkapnya.

Menurut Siswadi, polemik kian berlarut lantaran tidak adanya komunikasi dan konfirmasi Citiasia dengan George Bokhua. Saling tuding pun tak henti-henti. Terlebih klarifikasi yang dilakukan Pemkot bersama Citiasia pada Jumat 1 Febuari 2019, dirasa masih bias. Pertanyaan berkembang di masyarakat, belum sepenuhnya terjawab. Citiasia terkesan menepis tuduhan tanpa penjelasan detail serta bukti meyakinkan. "Jangan masyarakat ini dibiaskan dengan kejelasan."

Siswadi berharap langkah nyata Goerge Bokhua. Misalnya dengan somasi atau menuntut Citiasia. Hanya berkoar di media sosial, dikhawatirkan semakin merugikan warga Samarinda. "Kalau pemilik logo haknya sudah dipatenkan, digugat saja. Kan ada jalurnya," sebut politisi PDI Perjuangan itu.

"Keduanya (Citiasia dan George) bertemu saja, lah. Ini kan berkaitan seni. Keduanya punya penjelasan masing-masing. Yang satu merasa enggak jiplak, yang satunya merasa dijiplak. Ya kedua pihak harus melakukan pembuktian masing-masing. Kalau lewat medsos saja, enggak jelas dan enggak kelar. Kalau pasif begitu, ya, akhirnya babak belur di dunia medsos." imbuhnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar