Terkini

Mimpi Kaltim Jadi Ibu Kota Sebenarnya Tertanam sejak Empat Tahun Lalu

person access_time 5 years ago
Mimpi Kaltim Jadi Ibu Kota Sebenarnya Tertanam sejak Empat Tahun Lalu

Monumen Kapsul Waktu di Papua. (istimewa)

Jauh sebelum wacana memindahkan ibu kota bergulir, publik Bumi Etam sudah memunculkan mimpi tersebut dalam daftar keinginannya.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Sabtu, 17 Agustus 2019

kaltimkece.id Memindahkan ibu kota dari Jakarta adalah wacana lama yang rutin terulang. Tapi sejak April 2019, rencana itu makin diseriusi. Presiden Joko Widodo bahkan telah meminta izin segenap petinggi negara dalam Sidang bersama DPD dan DPR RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2019.

Mundur empat tahun sebelumnya, pada 2015, Jokowi meluncurkan Gerakan Nasional Ayo Kerja dari titik paling barat Indonesia di Kilometer Nol, Kota Sabang, Aceh. Menekankan pentingnya kerja keras secara total sebagai optimalisasi potensi bangsa.

Anak muda kreatif Indonesia pun menyambut gerakan tersebut. Digelar Ekspedisi Kapsul Waktu yang menjadi gagasan unik pertama sepanjang sejarah Indonesia. Mengumpulkan impian masyarakat dari setiap provinsi di Indonesia. Langkah awal sebagai motivasi untuk bekerja.

Kapsul Waktu Impian Indonesia 2015-2085 pun masuk bagian Gerakan Nasional Ayo Kerja dalam rangka 70 Tahun Indonesia Merdeka. Di Kaltim, Ekspedisi Kapsul Waktu berjalan mulai Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda, Bontang, Kutai Timur, hingga perbatasan Kaltim-Kaltara di Berau.

Mimpi Ketiga

Setiap provinsi di Indonesia mengirimkan mimpi rakyatnya. Tak ketinggalan Kaltim. Tujuh impian warga Bumi Etam dirangkum ke kapsul waktu untuk ditanam dalam Monumen Kapsul Waktu di Merauke, Papua. Yang unik dari ketujuh mimpi tersebut, ada di poin ketiga. Seperti wacana yang kini mengemuka, rakyat Kaltim ternyata menginginkan ibu kota negara pindah ke Kaltim.

Ide ekspedisi membawa kapsul mimpi berkeliling Indonesia bermula dari Gerakan Nasional Ayo Kerja pada 2015. Kapsul diarak di 34 provinsi dengan mengambil tujuh mimpi di masing-masing daerah. Selama 90 hari, mobil pembawa kapsul menempuh 24.089 kilometer dari Sabang sampai Merauke. Terkumpul total 238 mimpi yang dirangkum dari seluruh provinsi.

Baca juga:
 

Seluruh mimpi kemudian dituliskan dan diletakkan dalam kapsul berwarna perak mengilap dengan panjang setengah meter. Presiden Jokowi menanam kapsul sebagai monumen di Merauke dan baru dibuka 70 tahun kemudian atau pada 2085. Angka 70 dipilih sesuai tema HUT ke-70 RI saat itu.

Di Kaltim, Fitri Ekadinanti adalah sekretaris panitia daerah Gerakan 70 Ekspedisi Kapsul Waktu Kaltim. Kepada kaltimkece.id, Fitri menjelaskan tahapan hingga total mimpi yang dikumpulkan sepenjuru Bumi Etam, tersaring menjadi tujuh poin. Selain menyebarkan kuesioner, seminar diadakan untuk merumuskan ketujuh mimpi tersebut.

Dua mimpi teratas adalah Kaltim menjadi lokomotif ekonomi Asia Timur serta Kaltim tetap sebagai paru-paru dunia. Sedangkan yang ketiga, adalah menjadi ibu kota Indonesia. Tim perumus berasal dari lembaga berkompeten. Maka, hasil perumusan impian tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

“Panitia tidak bekerja sendiri. Kami didukung pemprov dan pemerintah pusat sesuai arahan menteri dalam negeri,” jelas Fitri.

“Dari ekspedisi kapsul waktu, bisa digambarkan bahwa masyarakat Kaltim justru menginginkan ibu kota dipindah ke sini,” tambahnya.

Dalam daftar mimpi lainnya, Kaltim mengharapkan masyarakat yang cerdas, profesional, dan beradab. Demikian pula infrastruktur yang modern dan ramah lingkungan. Sumber daya dari provinsi ini pun diharap maksimal untuk kesejahteraan rakyat. Diperuntukkan masyarakat Kaltim yang agamais dan berbudaya.

Rusmadi Wongso adalah pelaksana tugas sekretaris provinsi Kaltim ketika program tersebut bergulir. Cerita menarik turut diketahuinya setelah mimpi tersebut dimunculkan dalam kapsul waktu. "Entah kebetulan atau tidak, setelah penanaman kapsul waktu, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) mengkaji rencana pemindahan ibu kota," ujar Rusmadi ketika diwawancara media ini, Jumat, 16 Agustus 2019.

Gubernur Kaltim saat itu, Awang Faroek Ishak, menyambut rencana tersebut. Bahkan mengajukan sejumlah lokasi untuk menjadi pusat pemerintahan negara. Yang mengemuka adalah kawasan Teluk Balikpapan dengan proyeksi lahan tersedia di Penajam Paser Utara. Opsi lain, terang Rusmadi, di antara Balikpapan dan Samarinda. Pemprov mengajukan bantuan untuk membuat naskah akademik berkaitan ketersediaan lahan dan dampak lingkungan dari pembangunan ibu kota. "Tapi ternyata naskah akademik dari pemerintah pusat sudah mencukupi," jelasnya.

Saat itu, Pemprov masih tak buru-buru menetapkan titik koordinat calon ibu kota negara untuk diajukan. Bermaksud menghindari aksi spekulan lahan.

Empat tahun berselang, isu pemindahan ibu kota sudah lama menguap. Baru pada April 2019 kembali ramai dan makin diseriusi. Rusmadi pun merasa Kaltim selangkah lagi menjadi ibu kota. Dengan terwujudnya mimpi tersebut, dia berharap percepatan pembangunan di provinsi ini bisa ratusan kali lebih cepat.

"Semua pihak mesti bersiap juga. Terutama sumber daya manusia. Sebab, karena menyandang status ibu kota, perhatian seluruh Indonesia pasti ke Kaltim," ujarnya.

Dari kacamata mantan Kepala Bappeda Kaltim tersebut, Bumi Etam memiliki keunggulan tiga poin dari kandidat ibu kota lain, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Yakni dalam hal geografis, keamanan, dan masyarakat. Hanya dengan Kalteng Bumi Etam kalah dari sisi historis. Presiden Soekarno pada masa kepemimpinannya, pernah menyiapkan Kalteng untuk ibu kota negara yang baru. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar