Terkini

Nostalgia Samarinda di Film Layar Lebar Nasional

person access_time 5 years ago
Nostalgia Samarinda di Film Layar Lebar Nasional

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Ragam cara digunakan mengingatkan warga akan kondisi lampau kotanya. Termasuk lewat film layar lebar yang sempat populer.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Jum'at, 08 Maret 2019

kaltimkece.id Seharusnya Museum Samarinda di Jalan Bhayangkara, Kecamatan Samarinda Kota, dibuka 25 Februari 2019. Namun, rencana bergeser jelang hari-H. Realisasinya Masih misteri hingga kini. Sejumlah kendala belum tuntas. Salah satunya museum yang belum terisi penuh.

Pembangunan museum menghabiskan anggaran sebesar Rp 12 miliar. Saat ini hanya terisi foto-foto masa lampau Samarinda. Selebihnya sebatas monitor layar sentuh. Terpasang aplikasi yang kelak menampilkan foto dan benda sejarah dalam bentuk digital.

Museum Samarinda ditenggarai sulit mendapatkan benda bersejarah. Apalagi yang berkaitan dengan kota ini. Museum inipun diperkirakan buka akhir 2019.

Baca juga:
 

Pemkot Samarinda mengambil langkah. Warga pemilik benda sejarah diajak menyumbang. Setidaknya meminjamkan atau menjual koleksinya ke pengelola museum.

Diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Samarinda Abdul Aziz, pemilik benda bersejarah di Samarinda bisa menjual atau sukarela menghibahkan ke pengelola museum. Hal ini disebut lumrah dan memiliki aturan. Yang terpenting, pemilik barang dan pengelola menemui kesepakatan, terutama soal harga. "Harga bisa dinegosiasi," kata Aziz, Rabu siang, 6 Maret 2019.

Sejak kabar pembukaan museum ditunda, Aziz mengaku mendapatkan beberapa kiriman benda sejarah dari sejumlah tokoh di Kaltim. Contohnya, beberapa foto Samarinda tempo dulu. Salah satunya dari Awang Dharma Bhakti yang bahkan mendapatkannya dari Den Haag, Belanda.

"Museum itu ada macam-macam. Di Samarinda dikombinasikan dengan teknologi. Mungkin barangnya tidak ada, tapi kami tampilkan dalam bentuk digital," terangnya.

Pada 2019 ini, pengadaan barang Museum Samarinda oleh Dinas Kebudayaan, dimodali anggaran sekitar Rp 1 miliar. Namun, apa saja yang ditampilkan dalam museum ini, tak mentok hanya dalam satu tahun anggaran. "Anggaran yang dibutuhkan museum unlimited. Kami pasti akan lakukan terus perkembangan, memperkaya terus isi museum."

Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang antusias dengan pengayaan isi museum. Tak sekadar berharap partisipasi warga, Jaang ikut mempertimbangkan koleksinya masuk museum tersebut. "Saya imbau warga Samarinda, mungkin ada yang koletor barang-barang tua masa lalu Samarinda, atau gambar masa lalu sebelum kemerdekaan atau setelah kemerdekaan, bisa kita tampilkan sebagai sejarah bagi anak bangsa," katanya.

"Saya ‘kan punya tombak yang kalau dilempar ke binatang dari jarak jauh bisa mati. Saya pertimbangkan secara keamanan, apakah boleh," sambung Wali Kota.

Nostalgia dengan Film

Museum Samarinda akan menampilkan seluruh tentang kota ini. Nostalgia dalam bentuk foto maupun video, rencananya turut ditampilkan dalam bentuk digital. Salah satu yang mengemuka adalah pemutaran film Jeram Cinta.

Samarinda pernah sukses sebagai destinasi film layar lebar berjudul Jeram Cinta. Film ini garapan Wahab Abdi. Diproduksi pada 1987, tayang di bioskop mulai 1989.

Film tersebut mengambil set Kota Tepian. Sejumlah adegan mulai aksi baku tembak dan kejar-kejaran, mengambil beberapa lokasi Samarinda.

Samarinda masih tahap pembangunan kala itu. Terlihat jelas dalam film berdurasi 114 menit tersebut. Jeram Cinta mengangkat genre action dan percintaan. Tak sedikit adegan berbahaya dipertontonkan.

Tak main-main, film ini diperankan aktor papan atas era 1980-an. Roy Marten memerankan Roni, Matahari atau Hari diperankan Harry Capri, dan Oki diperankan Athina Fransisca.

Ketiganya terlibat aksi akrobatik dan kejar-kejaran mulai dari Jalan Bhayangkara, tepi Sungai Mahakam. hingga sampai di Kompleks Citra niaga. Pada masa itu, Citra Niaga baru menerima penghargaan Agha Khan.

Dari pusat keramaian tersebut, ketiganya melanjutkan pelarian ke Jalan Yos Sudarso. Tampak suasana Pasar Pagi dan Pelabuhan Samarinda dalam adegan itu. Aksi kejar-kejaran berlanjut di Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus. Perairan Samarinda masih penuh tumpukan kayu raksasa besar.

Aktor papan atas lainnya ikut tampil di Jeram Cinta antara lain Cok Simbara, Ida Iasha, Zainal Abidin, Dian Nitami, Indah Cahyani, dan Johan Saimima. Film tersebut masuk nominasi Festival Film Indonesia 1990 untuk kategori sinematografi. Jeram Cinta ditampilkan dalam bentuk digital di Museum Samarinda. "Bisa kami tampilkan juga, di sini ada tempat digital. Film keren lah itu," tutup Jaang. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar