Terkini

Pelajaran dari Kisah Kasih Oknum TNI dan Guru Berujung Maut, Hindari Pasangan Agresif

person access_time 3 years ago
Pelajaran dari Kisah Kasih Oknum TNI dan Guru Berujung Maut, Hindari Pasangan Agresif

Patria Rahmawaty Dosen psikologi pelayanan, Politeknik Negeri Balikpapan. (istimewa)

Sebelum berhubungan lebih jauh, setiap orang harus menegaskan hubungan yang sedang dijalani.

Ditulis Oleh: Surya Aditya
Sabtu, 17 April 2021

 

kaltimkece.id Kisah kasih sepasang kekasih prajurit TNI dan guru honorer di Balikpapan berakhir tragis. Prajurit TNI berpangkat Praka dengan inisial MAM tersebut, justru merenggut nyawa pasangannya karena merasa frustrasi terus didesak menikah. Pelajaran penting bisa diambil publik dari pengalaman kelam itu.

Lima hari lalu, Polisi Militer Kodam VI/Mulawarman menemukan tulang belulang di hutan dekat Jalan Proklamasi, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Kepada Pomdam, MAM yang berusia 32 tahun, mengakui tulang-tulang tersebut adalah pacarnya, Riski Rahmadhini, perempuan 30 tahun.

MAM lantas menceritakan soal tulang-tulang itu kepada polisi militer. Pada 1 Maret lalu, lelaki berpangkat prajurit kepala itu membawa Riski ke hutan tersebut. Di situ, di tengah kesunyian, MAM menghabisi nyawa guru berstatus honorer tersebut dengan tangan kosong.

“Setelah itu, jenazahnya ditinggal begitu saja,” terang Kepala Seksi Penyelidikan, Polisi Militer Kodam VI/Mulawarman, Mayor Infanteri A Syaf'I, Jumat, 16 April 2021.

Berdasarkan keterangan keluarga korban, MAM kembali lagi ke lokasi tersebut dua pekan setelah peristiwa pembunuhan terjadi. MAM lalu menguliti mayat Riski.

Dari hasil penyelidikan Kodam VI/Mulawarman, motif pembunuhan ini dilatarbelakangi rasa frustasi MAM. Riski disebut selalu mendesak MAM untuk segera dinikahi. Padahal, MAM belum siap untuk menikah. Desakan tersebut membuat MAM berbuat brutal hingga akhirnya membunuh Riski.

“Pengakuan Praka MAM, dia ini mau Secaba (Sekolah Calon Bintara Angkatan Darat) dulu. Tapi, korban selalu mendesak tersangka untuk segera menikah,” kata Kepala Penerangan Kodam VI/Mulawarman, Letnan Kolonel Infanteri Taufik Hanif, menjelaskan duduk permasalahan yang terjadi.

Hindari Pasangan Berbuat Barbar

Seseorang hendaknya tidak menelan mentah-mentah janji yang diucapkan pasangannya. Karena mesti disadari, kekasih tetaplah manusia yang bisa berdusta. Maka, mengenal karakter pasangan menjadi bagian penting dalam merajut asmara. Jika tidak, bersiaplah menerima kenyataan pahit.

Psikolog asal Balikpapan, Patria Rahmawaty memberikan pesan kepada setiap orang yang sedang menjalin hubungan. Sebaiknya, sebelum berhubungan lebih jauh, setiap orang harus menegaskan hubungan yang sedang dijalani. Apakah hubungan tersebut hanya sebatas pertemanan atau percintaan.

Setiap pasangan juga harus mengetahui masa depan hubungannya. Jika salah satu pasangan berjanji mengajak ke pelaminan, pasangannya harus diberi hak untuk menerima janji tersebut. Jika telah disepakati bersama, kedua belah pihak harus menjalani komitmen tersebut dengan dewasa. Jangan ada yang menyalahkan jika salah satu di antaranya menagih janji tersebut.

“Kalau itu merupakan tujuan awal dari hubungan tersebut, maka, wajar-wajar saja kalau ada yang mengingatkan,” kata Patria kepada kaltimkece.id via telepon, Sabtu,17 April 2021.

Setiap orang juga diminta untuk tidak menelan begitu saja janji yang disampaikan pasangannya. Karena harus disadari, pasangan tetaplah manusia yang bisa berubah pikiran setiap saat. Dengan begitu, untuk menghindari konflik imbas perubahan tersebut, Patria berpesan agar setiap orang yang ingin menjalani hubungan harus memiliki kedewasaan. Karena masalah besar kerap hinggap kepada orang yang tidak dewasa.

“Tanpa ada kedewasaan akan sangat sulit menghadapi konflik-konflik dalam berhubungan,” jelas dosen psikologi pelayanan di Politeknik Negeri Balikpapan itu.

Setiap orang juga diingatkannya untuk meneliti karakter pasangannya. Sebaiknya, ingat Patria, seseorang menghindari pasangan yang memiliki perilaku agresif. Sebab, orang seperti itu cenderung tidak dapat mengatasi masalah dengan bijak. Cara-cara brutal kerap diambil orang berkarakter agresif untuk mengatasi masalahnya.

“Jadi bukan solusi yang dicari, tapi mencari-cari kesalahan orang lain, menyangkal atau mungkin marah. Karena kematangan emosionalnya masih kurang,” terangnya.

Keterbukaan komunikasi juga menjadi bagian penting dalam menjalin hubungan. Namun, Patria memberikan pesan penting dalam hal ini. Setiap ingin berkomunikasi dengan pasangan, seseorang hendaknya melihat kondisi pasangannya. Karena hal tersebut akan menentukan hasil komunikasi. Apalagi, isu yang dibicarakan menyangkut hal-hal sensitif. Maka kehati-hatian sangat diperlukan. “Mereka ’kan pasangan, pasti tahulah momen apa yang pas untuk diajak bicara,” kunci Patria. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar