Terkini

Persiapan Ibu Kota, Jaringan Air Bersih Raksasa Rp 3 Triliun Dibangun dari Empat Kota

person access_time 5 years ago
Persiapan Ibu Kota, Jaringan Air Bersih Raksasa Rp 3 Triliun Dibangun dari Empat Kota

Jaringan air bersih ke Tahura turut disiapkan dari Samarinda. (arditya abdul azis/kaltimkece.id)

Dua IPA raksasa segera dibangun menyambut ibu kota yang baru di Kaltim. Kapasitas distribusi dari keduanya mencapai 2 ribu liter per detik.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 08 Agustus 2019

kaltimkece.id Dari sekian banyak keunggulan Kaltim sebagai kandidat ibu kota negara yang baru, terdapat poin minus bisa jadi ganjalan. Salah satu kelemahan itu adalah ketersediaan sumber daya air tanah yang rendah.

Dalam kajian pemindahan ibu kota, jumlah populasi DKI yang bakal diangkut maksimal 1,5 juta orang. Estimasi itu terdiri dari aparatur sipil negara, legislatif, yudikatif, TNI/polri, para keluarga, hingga pelaku ekonomi.

Angka eksodus yang masif, memunculkan keresahan soal pemenuhan air bersih. Diungkapkan akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Rustam, dari hasil kajian Kementerian PPN/Bappenas, komponen air bersih menjadi nilai minus Kaltim. Kandidat ibu kota didapati minim sumber air bawah tanah.

Bukit Soeharto sebenarnya bukan tanpa air bawah tanah. Riset Rustam mendapatinya di beberapa titik. Namun dari segi kualitas, kondisi air tak terlalu bagus untuk dikonsumsi.

Meski demikian, Rustam melihat persoalan tersebut bukan perkara besar. Kaltim memang tak mengandalkan air tanah. Operasional PDAM banyak bersumber air sungai. Dan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, memiliki tujuh daerah aliran sungai (DAS) dan sub-DAS yang bisa dimanfaatkan.

"Ada yang mengalir ke Sungai Mahakam, ada yang langsung ke laut," kata Rustam saat dihubungi kaltimkece.id, Kamis sore, 8 Agustus 2019.

Dari pendataan Rustam, ketujuh DAS/sub-DAS tersebut memiliki total luasan 61.850 hektare (selengkapnya lihat infografis). Meski demikian, dari hitung-hitungannya, sumber tersebut masih sangat rendah untuk warga ibu kota baru. Ketujuhnya termasuk kategori sungai kecil. Hanya memiliki lebar 3-5 meter.

Dengan demikian, dalam pandangannya, sumber air ibu kota di Bukit Soeharto, perlu menggunakan air baku dari Sungai Mahakam yang berlimpah. "Letaknya juga tidak terlalu jauh dari Sungai Mahakam," kata Rustam.

Tahura dan Sungai Mahakam berjarak sekitar 40-50 kilometer. Akses terdekat adalah Loa Kulu, Kukar. Sebagai antisipasi ekstra, pemerintah, lanjut dia, bisa bersiasat dengan membangun waduk tampungan di sekitar lokasi ibu kota.

Dengan kondisi itu, sumber air pun bukan masalah serius. Pembangunannya juga bisa bertahap. Apalagi dalam skenario pemindahan ibu kota, maksimal 1,5 juta orang yang diangkut terbagi beberapa tahap. Dimulai dari 400 ribu penduduk. Tahapan berikutnya didatangkan per 5 hingga 10 tahun setelahnya.

Baca juga:
 

Didukung Dua IPA

Mengenai keresahan sumber air bersih ibu kota yang baru juga mendapat atensi gabungan PDAM di Kaltim. Seperti diungkapkan Direktur Utama PDAM Tirta Kencana Samarinda, Nor Wahid Hasyim. Analisa pemenuhan kebutuhan air bersih 1,5 juta penduduk ibu kota sudah dimulai.

Mengacu standar nasional dan standar perusahan, 1 liter per detik air PDAM, menjangkau minimal 60 sambungan rumah. Dengan estimasi tiap rumah berisi enam kepala, 1 liter per detik air berarti mencakup 360 jiwa. Sehingga, kebutuhan 1,5 juta penduduk ibu kota memunculkan angka minimal 4.166 liter per detik.

Di Samarinda kini bergulir pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kalhold. Disiapkan berkapasitas 1.000 liter per detik. Sebagai pembanding, total 12 IPA PDAM Tirta Kencana Samarinda saat ini memproduksi rata-rata 280-380 liter per detik.

Dalam skenario PDAM, setengah produksi IPA Kalhold diperuntukkan kebutuhan air bersih pelanggan di Samarinda. Sedangkan 500 liter per detik sisanya, disalurkan ke Tahura untuk kebutuhan 180 ribu warga ibu kota. "Jalur distribusi dari Kalhold lewat jalan tol Km 40," ucap Wahid, Kamis siang, 8 Agustus 2019 di kantornya.

Setelah IPA Kalhold, pasokan berikutnya bersumber dari IPA Tebasabo yang mulai direncanakan. Nama tersebut merupakan akronim dari Tenggarong, Balikapapan, Samarinda, dan Bontang. Gabungan sumber air keempat daerah itu diperkirakan memiliki kapasitas minimal 1.000 liter per detik.

Proyek tersebut disiapkan dengan skema kerja sama antara swasta dan pemerintah. Nilai investasi mencapai Rp 3 triliun. "Airnya diambil dari Embalut (Tenggarong Seberang) dan langsung dialirkan ke Tahura," urainya.

Sayangnya, perencanaan tersebut belum dilengkapi analisis mendalam soal kebutuhan jarak pipanisasi antara sumber air dan kota tujuan. Namun, lanjut dia, secara teknis jarak bukan perkara serius. Dalam praktiknya di banyak daerah, pipa PDAM bisa membentang hingga 150 kilometer.

Yang masih jadi keresahan, gabungan IPA Kalhold dan Tebasabo memproduksi air 1.500 liter per detik untuk penduduk ibu kota. Mengambil standar PDAM, produksi tersebut berarti baru men-cover 540 ribu jiwa. Pemerintah masih harus putar otak memenuhi hampir 1 juta jiwa lainnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar