Terkini

Wajah Mirip Mantan Suami, Bocah Tiga Tahun Disiksa Kayang Ibunya hingga Patah Kaki

person access_time 4 years ago
Wajah Mirip Mantan Suami, Bocah Tiga Tahun Disiksa Kayang Ibunya hingga Patah Kaki

Kondisi Tono kian membaik setelah perawatan selama belasan hari di rumah sakit. (arditya abdul azis/kaltimkece.id)

Seorang ibu kandung diduga membiarkan anak kandungnya kekurangan gizi. Dianiaya hingga luka-luka dan patah kaki.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Rabu, 20 November 2019

kaltimkece.id Budi tengah menyantap makan siang ketika firasat buruk akan kondisi anak angkatnya muncul tiba-tiba. Kepada sang istri yang saat itu di hadapannya, pria 40 tahun tersebut mengungkapkan kekhawatirannya. Insting sebagai ayah angkat merasakan hal buruk menimpa anak angkatnya.

Sabtu, 9 November 2019, Budi dan Mawar, istrinya—keduanya nama samaran, sudah sebulan tak bertatap muka dengan Tono—juga bukan nama sebenarnya, si anak angkat. Biasanya, bocah tiga tahun tersebut dititipkan ibu kandungnya, yang tak lain saudara angkat Budi, sebut saja Melati. Kontak Melati yang tak bisa dihubungi bikin perasaan makin runyam. “Akhirnya kami coba pergi cek,” terang istri Budi kepada kaltimkece.id, 19 November 2019.

Keduanya langsung bertolak ke kediaman Melati. Beralamat di sebuah gang Kecamatan Samarinda Ulu. Dari luar rumah, aktivitas di dalam tempat tinggal Tono dan ibunya bisa terdengar. Tapi rangkaian panggilan dan ketukan pintu tak segera mendapat respons. Situasi itu berlangsung hingga sekitar 15 menit.

Budi dan istrinya jadi penasaran. Mengapa lama sekali pintu terbuka? Melati tak juga langsung menjawab setelah membukakan pintu. Si orangtua angkat makin curiga. Terlebih saat tangisan Tono pelan-pelan terdengar. Membawa keduanya ke pojok rumah dan melihat kondisi Tono yang terbaring di lantai dengan berlinang air mata.

Di atas dinginnya lantai rumah, Tono terbaring hanya menggunakan popok. Tanpa baju, tanpa celana. Sebulan tak bertemu, kondisinya sudah kurus kering. Seperti bocah kekurangan gizi.

Ditemukan pula sejumlah luka di bibir, pipi, hingga dada. Bekas luka di bibir paling mencolok. Jontor dan seperti bekas luka bakar. Masih belum mengering. Sisa luka di dada seperti bekas gigitan.

"Saya tanya, dia (Melati) bilang luka itu gara-gara Tono minum teh panas. Terus bekas gigitan itu dia bilang luka digaruk Tono," terang Mawar.

Tono hanya bisa terduduk saat Budi dan Mawar tiba. Balita tersebut sudah tak lagi bisa berjalan. Pasangan suami istri itu lalu meminta izin Melati membawa Tono ke rumah sakit. Niatan itu ditolak mentah-mentah. Melati tak memberi alasan atas sikapnya.

"Jadi kami bilang, kalau enggak boleh bawa ke rumah sakit, kami lapor polisi. Setelah itu baru dia bolehkan. Tono kami bawa atas pengetahuan Pak RT dan ditandatangani kalau kita diperbolehkan membawa Tono untuk dirawat ke rumah sakit," kata Mawar.

Malamnya, Tono dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Dengan segera mendapatkan perawatan intensif. Kondisi Tono yang kekurangan gizi diketahui dari hasil pemeriksaan. Namun bukan vonis itu saja yang mengkhawatirkan.

"Setelah dirawat tiga hari, ketahuan kalau kaki Tono patah di bagian paha. Karena itu dia enggak bisa berdiri," tambah Mawar.

Saat Tono dirawat, Melati dilaporkan ke Tindak Pidana Kekerasan (Tipiker), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang menangani anak-anak dan perempuan korban kekerasan. Dari situ, persoalan tersebut masuk meja jajaran Reskrim Polsekta Samarinda Ulu yang kemudian mendatangi Tono pada 13 November 2019. Budi dan Mawar turut dimintai keterangan. Namun Melati tidak di tempat saat kediamannya disambangi.

Polisi akhirnya meminta keterangan suami Melati. Dari situ terungkap jika Melati kerap menyiksa putra kandungnya tersebut. Beralasan membenci wajah Tono yang mirip mantan suaminya. Dugaan sementara, Melati memiliki gangguan kejiwaan.

Selama Tono dititipkan ke keluarga Budi, Mawar kerap mendapati bekas luka di tubuh bocah malang itu. Tapi sama sekali tak menduga lebam hingga bekas cakar tersebut sisa-sisa penganiayaan ibunya.

"Kami selama ini enggak ada yang mau buruk sangka kalau itu gara-gara dianiaya. Karena enggak ada buktinya," ucap Mawar.

Kepada media ini, Budi mengungkapkan bahwa antara ia dan ibu Tono telah bersaudara angkat sejak lama. Melati diangkat orangtua Budi setelah ditelantarkan orangtua kandungnya. Keduanya tinggal bersama sedari kecil. "Setelah menikah, Melati ikut suaminya. Mengontrak rumah," terang Budi.

Melati dulunya korban kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Puncaknya adalah ditelantarkan kedua orangtuanya. Budi benar-benar tak menduga kekerasan yang dulu dialami Melati, diduga dilakukan juga kepada anak kandungnya.

Tono merupakan anak kedua Melati dari pernikahannya terdahulu. Sedangkan anak pertama ikut dengan ayahnya. Melati telah kembali menikah dan dikaruniai satu anak. "Sekarang mereka tinggal berempat. Ada suami sama anak dari pernikahannya yang sekarang. Suaminya baik tapi enggak berani sama Melati. Kalau Tono disiksa, dia hanya bisa diam," kata Budi.

Setelah belasan hari dirawat, kondisi Tono telah membaik. Tubuhnya mulai berisi. Luka di bibir dan pipi telah mengering. Tapi kakinya yang patah masih dalam penanganan. "Sempat trauma berat. Takut ketemu orang. Sekarang sudah enggak. Nafsu makannya bagus,” urai Mawar.

Adapun biaya perawatan Tono dibantu oleh Mulyadi, seorang relawan yang menggalang dana dari sejumlah donatur. Tono akan dirawat di rumah aman setelah pulih dan keluar dari rumah sakit.

Biaya perawatan dari hasil galang dana terkumpul Rp 10 juta. Sumbangan dari anggota member grup Facebook Bubuhan Samarinda. Juga channel YouTube miliknya. Mulyadi memang dikenal sebagai relawan mandiri. Kerap melakukan penggalangan bantuan untuk orang yang kesusahan berobat.

Disebutkan Mulyadi, dari keterangan Melati saat dipanggil pihak rumah sakit, mengakui patah tulang kaki Tono diakibatkan penganiayaannya. Dilakukan dengan menekuk tubuh Tono ke arah belakang hingga tulang paha patah.

"Ngakunya anak ini disiksa dengan cara dilipat. Maksudnya dilipat dalam keadaan posisi seperti kayang. Kemudian ditekuk hingga kaki patah," ungkap Mulyadi.

Setelah pengakuan tersebut, disepakati untuk Melati diperiksakan kejiwaannya. Apabila mengalami gangguan kejiwaan, tidak akan diproses aparat kepolisian. Jika sebaliknya, diharapkan berlanjut ke meja hijau. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar