Terkini

Wajah Suram Stadion Palaran, Ongkos Perbaikan Rp 160 Miliar, Alokasi Setahun Hanya Rp 1,3 Miliar

person access_time 4 years ago
Wajah Suram Stadion Palaran, Ongkos Perbaikan Rp 160 Miliar, Alokasi Setahun Hanya Rp 1,3 Miliar

Tribune utama Stadion Utama Palaran dilihat dari luar. (wahyu musyifa/kaltimkece.id)

Stadion Utama Palaran mestinya layak menggelar Piala Dunia U-20 dua tahun mendatang. Tapi tidak dengan kondisi saat ini.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 31 Oktober 2019

kaltimkece.id Kondisi Stadion Palaran begitu memilukan. Kemegahan hanya bertahan sekejap. Setelah belasan tahun, kejayaannya nyaris tak tersisa.

Arena olahraga tersebut berdiri di selatan Samarinda. Tepatnya Kecamatan Palaran. Waktu tempuh dari pusat kota sekitar 40 menit. Itupun bila tak dikepung macet.

Keberadaannya ditandai gerbang bertuliskan 'Stadion Utama Palaran'. Kondisi pun terbengkalai. Tiang pancang tampak kusam karena korosi. Belum lagi jalan masuk yang sudah tidak rata. Berhiaskan sejumlah lubang. Jalur ini kerap jadi lintasan truk-truk bermuatan besar. Dari gerbang utama, jarak tempuhnya sekitar 10 menit.

Dengan kapasitas 67.000 penonton, stadion terbesar di Kaltim tersebut harusnya layak untuk kejuaraan bertaraf internasional. Nyatanya, venue tersebut sudah terbengkalai setelah menyelenggarakan PON 2008. Jadi tuan rumah gelaran Piala Gubernur Kaltim pada Februari 2018 juga tak banyak menolong.

Hal itu diungkapkan Sayid Husein Sadly, kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO). Ketika dijumpai di Gedung Olahraga Akuatik oleh kaltimkece.id pada Rabu, 30 Oktober 2019.

"Ya, beginilah kondisinya sekarang," ucapnya, saat kunjungan kerja mengecek kondisi genset utama di komplek stadion.

Bangunan megah tersebut dulunya menelan biaya Rp 800 miliar. Dibangun dengan taraf internasional. Kondisinya kini dikelilingi tanaman belukar. Tembok yang retak bahkan telah ditumbuhi rumput liar. Dari pintu masuk menuju lapangan hijau, anak tangganya sudah terbelah. Tanahnya amblas. Bagian fondasi pun sudah sangat tak kokoh.

Bangunan penopang kursi tribune penonton sudah miring. Nyaris ambruk. Pengelola tak dapat berbuat banyak. Terbatas oleh anggaran.

Kepala Pengelola Stadion Utama Palaran, Hasbar, telah mengusulkan audit building atau pemeriksaan bangunan pada 2016. Bertujuan mengetahui tingkat kerusakan stadion. Juga anggaran yang harus disediakan. "Kira-kira sekitar Rp 160 miliar. Sudah semua. Termasuk memperbaiki pagar dan jalan," jelasnya.

Hanya, hasil audit itu tak mendapat tindak lanjut. Persoalan tetap sama. Anggaran tak mencukupi. Pengelola pun hanya mampu mempekerjakan 16 pegawai. Empat di antaranya PNS. Sisanya non-PNS. "Kalau petugas keamanan ada 26 orang dengan tiga shift waktu jaga," kata Hasbar.

"Beberapa tahun lalu perbaikan cuma cat. Yang benar-benar mendapatkan perbaikan hanya GOR Serbaguna," sambungnya.

Hasbar berharap pemerintah bisa memerhatikan bangunan lain. Seperti gedung bulu tangkis, lapangan tenis, softball, panjat tebing, kolam renang, dan lain-lain. Total ada 10 venue.

Posisi Strategis

Ketua PSSI Kaltim, Yunus Nusi, menyesalkan kondisi Stadion Utama Palaran. Kaltim harusnya memiliki kesempatan bergabung dengan sepuluh stadion yang diusulkan PSSI kepada FIFA untuk Piala Dunia U-20 pada tahun 2021 mendatang. "Kalau dari kapasitas kita sangat layak terpilih," sebut Yunus.

Sepuluh stadion yang diusulkan PSSI tersebut terdiri dari Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Stadion Pakansari Kabupaten Bogor, Stadion Manahan Solo, Stadion Mandala Krida Jogjakarta, Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, Stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekasi, Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, dan Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. FIFA kelak hanya memilih enam.

Menurut Yunus Nusi, Stadion Utama Palaran layak menjadi kandidat. Posisinya sangat strategis. Diapit dua bandara internasional. Yakni Bandara APT Pranoto di Sungai Siring, Samarinda, dan Bandara Sepinggan di Balikpapan.

"Apalagi kalau jalan tol sudah selesai. Sebentar saja aksesnya. Tapi itu kalau lapangannya layak, bangku tribune layak, akses jelas dan bagus. Tapi sekarang bisa dilihat bagaimana keadaannya," sesal Yunus.

Tanda Tak Mampu

Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Syafruddin, menyebut Stadion Palaran adalah tanda ketidakmampuan pemerintah merawat apa yang telah dibangun. Termasuk untuk memanfaatkannya menjadi potensi rupiah. "Ini berkali-kali kami sampaikan kepada pemerintah, khususnya yang bertugas menjaga aset-aset kita itu," sebut Udin, sapaan karib Syafruddin.

"Sampai hari ini kita tidak tahu Stadion Palaran, Stadion Madya Sempaja, hingga Convention Hall, kontribusi fasilitas itu terhadap PAD," sambung Udin.

Udin memastikan bakal membawa persoalan tersebut ke DPRD Kaltim. Dipertimbangkan membentuk panitia khusus atau pansus tentang inventaris aset daerah. "Kita punya banyak aset tapi tidak bermanfaat. Kita punya hotel atlet. Wacana pemerintah akan bekerja sama dengan pihak ketiga. Faktanya tidak ada," ungkapnya.

Menurut politikus PKB tersebut, anggaran pemeliharaan stadion bisa saja dinaikkan jika hal tersebut jadi pangkal permasalahan. Namun, mesti diingat pula bahwa pengelola berperan menghasilkan uang dari aset daerah yang dikelolanya. “Jangan sampai hanya bisa meminta uang tapi tidak bisa menghasilkan," imbuhnya.

Rusman Yaqub, ketua Komisi IV DPRD Kaltim, sudah lama memprediksi wajah Stadion Utama Palaran bakal jadi seperti sekarang. Ia mendesak perhatian serius pemerintah dalam pemeliharaan fasilitas olahraga tersebut. "Sama saja kita menghambur-hamburkan uang untuk dipakai sekali pas penyelenggaraan PON, setelah itu lalai dan membiarkan stadion tenggelam begitu saja," keluhnya.

Anggaran Minim pun Terbagi

Sayid Husein Sadly menegaskan pemerintah bukan tanpa perhatian untuk bekas kandang klub Putra Samarinda tersebut. Dalam setahun, APBD Rp 1,3 miliar diterima untuk pemeliharaan. Namun, alokasi tersebut masih jauh dari cukup. Apalagi digabung dengan perawatan Stadion Madya Sempaja. Pemerintah tak punya banyak opsi. Kondisi anggaran memang terbatas.

Stadion Utama Palaran memiliki luas 88 hektare. Berisikan 10 gelanggang olahraga. Rp 1,3 miliar yang terbagi, tentu tak akan cukup. Lebih-lebih mengembalikan wajah stadion seperti semula. "Kami berharap ada tambahan," tuturnya.

Nyatanya, untuk kebersihan stadion saja sudah memakan Rp 1 miliar dalam setahun. Selama ini pemeliharaan dilakukan pihak ketiga untuk bagian cleaning service. Stadion Madya Sempaja masih lebih baik. Tersedia sumber dana secara mandiri. Mengambil anggaran retribusi parkir. Didapat sekitar Rp150 juta. Itupun dibagi lagi dengan pihak ketiga.

Stadion Utama Palaran sempat mendapat perbaikan saat menggelar Piala Gubernur Kaltim pada 2016 dan 2018. Setelah setahun, kondisinya sudah rusak berat. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar