Ekonomi

Ciri-Ciri Hewan Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku serta Ancamannya Bagi Perekonomian Kaltim

person access_time 2 years ago
Ciri-Ciri Hewan Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku serta Ancamannya Bagi Perekonomian Kaltim

Perternakan sapi di Kutai Kartanegara: (foto: dokumen kaltimkece.id)

Bila penyakit ini tidak lekas diatasi, harga daging disebut bisa melambung. Kutai Kartanegara menutup pintu masuk ternak dari daerah wabah.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Rabu, 25 Mei 2022

kaltimkece.id Hewan-hewan ternak di sejumlah daerah di Indonesia dilaporkan terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Akan tetapi, penyakit menular ini belum masuk Kaltim. Meski demikian, Pemkab Kutai Kartanegara mulai mengambil ancang-ancang. Mereka menyatakan menolak ternak dari daerah yang ada wabah tersebut.

“Ternak dari daerah yang memiliki wabah PMK, saat ini, dilarang masuk ke Kukar,” jelas Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Aji Gozali Rahman, kepada kaltimkece.id Senin, 23 Mei 2022. Hewan yang dilarang itu di antaranya sapi, kerbau, kambing, hingga babi.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian yang dikutip dari media nasional, per 17 Mei 2022, penyakit mulut dan kuku terkonfirmasi mewabah di 15 provinsi dan 52 kabupaten dan kota. Penyakit tersebut menginfeksi sapi, kerbau, dan kambing.

Di Kalimantan, PMK mewabah di tiga provinsi. Sebanyak 14.186 ekor ternak di Kalimantan Barat dilaporkan terjangkit penyakit menular itu, Kalimantan Selatan 71.831 ekor, dan Kalimantan Tengah 26.993 ekor.

_____________________________________________________PARIWARA

Pelarangan ternak dari daerah wabah masuk Kukar dibuat agar penularan PMK bisa dibendung. Mengingat, kabupaten ini memiliki populasi ternak terbesar di Kaltim. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim dalam angka 2022, Kukar memiliki sapi sebanyak 30.247 ekor, kerbau 2.616 ekor, dan kambing 12.024 ekor.

Aji Gozali menjelaskan gejala-gejala ternak yang tertular PMK. Biasanya, hewan yang terjangkit virus tersebut mengalami demam tinggi dan mulutnya mengalami iritasi. Selain itu, hewan menjadi malas makan, kuku kakinya terkelupas, dan tubuhnya mengalami tremor atau bergetar. Jika tidak lekas diobati, hewan tersebut bisa mati.

Penularan penyakit ini disebut melalui udara dan kontak fisik antar ternak. Akan tetapi, PMK dipastikan  tidak menular ke manusia, hanya ke hewan seperti sapi, kambing, kerbau, dan babi. Dengan begitu, Aji Gozali menjamin, daging ternak yang terpapar PMK masih layak dan aman untuk dikonsumsi. “Karena tidak ada efeknya untuk manusia,” paparnya.

Distanak pun dipastikan telah memeriksa ternak-ternak di Kukar yang berasal dari Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat (NTB). “Hasilnya, PMK belum ditemukan di Kukar,” beber pria berusia 53 tahun itu.

Saat ini, sambung dia, Kukar hanya menerima ternak dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi. Kedua daerah tersebut bisa memasok ternak ke Kukar karena memiliki surat rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten serta provinsi. Pasokan ternak yang ada saat ini disebut hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi seluruh warga Kukar.

“Warga membutuhkan setidaknya 10 ekor sapi per hari,” sebut Aji Gozali. Dia mengimbau, petugas pelabuhan dan karantina hewan memperketat pengawasan hewan masuk Kaltim. Ternak yang terdekteksi mengalami PMK dianjurkan dipisah dengan hewan sehat. Dengan begitu, penularan PMK bisa diminimalisasi.

Di lokasi berbeda, Ketua Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda, Suhardi, menjelaskan tentang penyakit mulut dan kuku. Penyakit ini disebabkan virus tipe keluarga yaitu Aphtaee epizootecae. Sebelumnya, PMK muncul di Tanah Air pada 1996.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Suhardi menduga, PMK yang ditemukan saat ini dibawa ternak impor asal India dan Brazil. Mengingat, PMK masih ditemukan di kedua negara tersebut. “Penyebaran virus ini tergolong cepat karena menyebar melalui udara,” jelasnya. Pendapat Suhardi pun sama seperti Aji Gozali Rahman bahwa PMK tidak menular ke manusia.

Dia meyakni, jika PMK tidak segera diatasi akan berdampak terhadap perekonomian. Harga daging ternak disebut akan melambung tinggi karena suplai daging dan permintaan tidak akan seimbang. Kondisinya semakin parah mengingat masyarakat Indonesia sebentar lagi merayakan Iduladha 1443 Hijriah. “Kita (Kaltim) masih mengandalkan hewan kurban dari luar daerah karena produk lokal kita tidak bisa memenuhi,” urainya.

Untuk mencegah masalah tersebut, Suhardi menyarankan, pemerintah provinsi segera melarang ternak dari luar daerah masuk Kaltim. Pemprov juga diminta memperketat pengawasan di pintu-pitu masuk Kaltim, baik dari darat maupun laut. Bila menemukan hewan bergejala PMK, diimbau segera melaporkan kepada pemerintah setempat.

“Pemerintah harus mengarantina hewan tersebut untuk mencegah penularan virus ini,” tandasnya. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar