Ekonomi

Ketika Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Peternak Sapi Kukar Bak Mendapat Durian Runtuh

person access_time 2 years ago
Ketika Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Peternak Sapi Kukar Bak Mendapat Durian Runtuh

Salah satu peternakan sapi di Kutai Kartanegara. (foto: aldi budiaris/kaltimkece.id)

Wabah tersebut telah mengerek harga jual sapi. Dari Rp 22 jutaan, kini mencapai Rp 30 juta per ekor.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Jum'at, 10 Juni 2022

kaltimkece.id Sebulan menjelang Iduladha 1443 Hijriah, harga sapi di Kutai Kartanegara melambung. Merebaknya penyakit mulut dan kuku di sejumlah daerah dan mahalnya biaya perjalanan sapi ditengarai sebagai penyebabnya. Kondisi ini menjadi berkah bagi para pedagang hewan kurban.

Jumat, 10 Juni 2022, reporter kaltimkece.id menemui salah seorang pedagang sapi di Tenggarong, Kukar, Abdulah. Pria berusia 44 tahun itu menjual dua jenis sapi yakni bali dan brangus. Saat ini, ia mematok harga sapi bali berkisar Rp 18 juta per ekor sedangkan sapi brangus sekitar Rp 25 juta per ekor. Harganya bisa lebih mahal jika bobot sapi semakin berat.

“Rp 18 juta itu paling murah. Kalau paling mahalnya Rp 30 juta per ekor,” sebut Abdulah. Ia mengaku, harga sapi tahun ini mengalami kenaikan. Pada 2021 lalu, ia menjual sapi bali paling murah Rp 16 juta. Sementara sapi brangus masih ada yang harga Rp 22 juta.

“Ya, naik sekitar 30 persen atau Rp 2 juta lebih,” imbuhnya.

_____________________________________________________PARIWARA

Pria kelahiran Mamuju, Sulawesi Barat, itu menjelaskan, pemicu harga sapi melambung adalah penyakit mulut dan kuku (PMK). Sejumlah sapi di daerah pemasok yang terpapar wabah tersebut membuat masa karantina sapi yang hendak dikirim ke luar daerah diperpanjang, dari sebelumnya empat hari kini menjadi 14 hari. Perpanjangan masa karantina ini membuat harga pengiriman sapi ke luar daerah melalui jalur laut menjadi naik.

Sapi-sapi milik Abdulah didatangkan dari Sulawesi Barat. Tiket kapal untuk satu truk berisi beberapa ekor sapi, kata dia, saat ini harganya Rp 24 juta. Padahal, tahun lalu, harganya Rp 21 juta. “Biasanya, sekali mendatangkan sapi, saya pakai dua truk,” sambungnya.

Ditemui di lokasi berbeda, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Kukar, Aji Gazali Rahman, meminta masyarakat tidak mencemaskan kenaikan harga sapi. Mengingat, tujuan kebijakan karantina 14 hari adalah meminimalisasi penularan PMK. Lagi pula, kenaikan harga ini dapat mendongkrak perekonomian peternak sapi Kukar.

“Pastinya ini menjadi angin segar untuk peternak lokal. Apalagi, ternak kita juga punya kualitas yang bagus,” katanya. Ia menyampaikan, Kementerian Pertanian dan Peternakan telah melarang sapi bibit atau berusia mudah dari daerah yang terdapat PMK dikirim ke daerah bebas wabah. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit tersebut.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Achmad Santoso, peternak sapi di Kecamatan Muara Badak, Kukar, membenarkan, kenaikan sapi dari luar daerah akibat kebijakan karantina 14 hari turut berimbas terhadap harga sapi lokal. Ia menganggap, tahun ini adalah tahun terbaik buat peternak lokal. Pasalnya, ia mendapat keuntungan banyak dari penjualan sapi.

“Tahun lalu, saya jual sapi bali Rp 12 juta, sekarang bisa Rp 15 juta. Tentu ini menjadi keuntungan untuk peternak lokal,” ucapnya. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar