Ekonomi

Sektor Pertambangan Memang Mendominasi Ekonomi Kaltim tapi Serapan Tenaga Kerjanya hanya 1,17 Persen

person access_time 2 years ago
Sektor Pertambangan Memang Mendominasi Ekonomi Kaltim tapi Serapan Tenaga Kerjanya hanya 1,17 Persen

Aktivitas pertambangan batu bara di Kaltim (foto: arsip kaltimkece.id)

Industri pertambangan batu bara adalah fondasi ekonomi Kaltim. Sayangnya, tak berbanding lurus dengan serapan tenaga kerja. 

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Rabu, 11 Mei 2022

kaltimkece.id Sudah dua dekade belakangan ini, sektor pertambangan dan penggalian menjadi tulang punggung ekonomi Kaltim. Sebagaimana industri ekstraktif padat modal yang lain, sektor ini tidak memerlukan tenaga kerja dalam jumlah besar. Laporan resmi terbaru menunjukkan, pertambangan dan penggalian di Bumi Etam hanya menyerap 1,17 persen angkatan kerja. 

Laporan itu disiarkan Badan Pusat Statistik Kaltim dalam survei Serapan Angkatan Kerja Nasional atau Sakernas. Survei tersebut berjalan pada Februari 2022. Serapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan penggalian hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2021 yang sebesar 1,03 persen. 

_____________________________________________________PARIWARA

Padahal, pertambangan dan penggalian merupakan sektor terbesar yang menyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim. Masih menurut perhitungan BPS Kaltim, sektor ini memberi andil 45,05 persen atau sebesar Rp 227 triliun dari total PDRB Kaltim pada 2021. Khusus pertambangan batu bara dan lignit, menyumbang 35,18 persen dari keseluruhan PDRB. 

Menurut akademikus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Samarinda, Hairul Anwar, serapan tenaga kerja yang rendah disebabkan oleh tipikal industri pertambangan. Industri ini padat modal. Ciri-cirinya berbeda dengan, misalnya, sektor pertanian. Meskipun kontribusi ekonomi dari bidang usaha pertanian kecil terhadap PDRB provinsi, sektor itu menyerap tenaga kerja. Makanya disebut padat karya. 

Fenomena serapan tenaga kerja yang rendah dari sektor penopang ekonomi adalah masalah klasik di Kaltim. Menurutnya, provinsi ini sudah seharusnya mengoptimalkan industri turunan batu bara alih-alih mengekspor mentah-mentah. 

"Tetapi perlu diperhatikan pula efek berganda dari pertambangan. Semisal jasa transportasi dan katering yang melayani pertambangan,” jelasnya. Menurut Hairul, serapan tenaga kerja dari sektor-sektor ikutan itu juga perlu dihitung apabila ingin mengetahui dampak industri pertambangan terhadap serapan tenaga kerja di Kaltim. 

Kembali ke siaran resmi BPS Kaltim, jumlah angkatan kerja di Bumi Etam terus bertambah. Pada Februari 2022, angkatan kerja di provinsi ini 1,91 juta orang. Sementara itu, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 129 ribu orang.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Dari data-data di atas, Hairul Anwar dari Unmul menilai, pemerintah perlu berperan dalam mendukung sektor lain di luar pertambangan dan penggalian. Ada beberapa bidang usaha yang dianggap menjanjikan. Yang paling penting tentu saja sektor pertanian. Komoditi pertanian diperlukan semua orang. Pemindahan Ibu Kota Negara Nusantara yang diiringi pertambahan penduduk berarti memerlukan tambahan pangan. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar