Humaniora

Getirnya Hidup Pera Khumairah, Gadis Piatu yang Sakit dan Setahun Menunggak BPJS

person access_time 4 years ago
Getirnya Hidup Pera Khumairah, Gadis Piatu yang Sakit dan Setahun Menunggak BPJS

Pera Khumairah (kanan) bersama "mamanya", Jariah. (Foto: giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Masih banyak orang tak berpunya yang hidup dalam derita. Kisah ini salah satunya. 

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 03 September 2019

kaltimkece.id Di sebuah ruang perawatan di Rumah Sakit Dirgahayu, Samarinda, gadis mungil berusia 10 tahun beranjak dari tempat tidur. Bibirnya melengkung sehingga menyebarkan senyum manis. Perempuan berkulit sawo matang bernama Pera Khumairah itu rupanya baru pulih dari maag dan radang tenggorokan. Ia sudah berlari-lari kecil ketika bercanda dengan kakak dan keponakannya. 

Ahad, 1 September 2019, Pera sudah bersiap-siap pulang setelah tiga hari dirawat. Murid SD yang duduk di kelas lima ini memang sering sakit-sakitan sejak kecil. Dalam sebulan, bisa dua sampai tiga kali dia sakit. Sebelum maag dan radang tenggorokan, Pera telah didiagnosis menderita usus buntu dan gangguan saluran kemih. 

“Dia gadis yang malang,” tutur Jariah, adik dari ibu Pera. Sejak kecil, Jariah telah menggantikan peran ibu. “Mama,” demikian Pera memanggil tantenya itu. 

Pera adalah bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya, berinisial AT, berpisah dengan ibunda Pera yang bernama Jainah ketika Pera baru dilahirkan. AT lalu menikah dengan perempuan lain. Jainah pun menjadi orangtua tunggal. Sebagai janda dengan lima anak, Jainah membanting tulang luar biasa. Kesehatannya perlahan menurun. Ketika Jainah mulai sakit-sakitan, Pera masih bayi berumur 3,5 bulan. 

Jainah sadar, kondisinya tak mampu merawat bayi. Pera pun dititipkan kepada adiknya, Jariah, untuk diasuh. “Kebetulan, saya juga hanya mempunyai satu anak,” kisah Jariah. Pera duduk di sebelahnya ketika Jariah melayani wawancara kaltimkece.id

Ketika berusia empat bulan, Pera sempat dibawa ibu kandungnya lagi. Setahun kemudian, sakit Jainah semakin parah. Pera akhirnya dirawat selama sembilan tahun di rumah tantenya, Jalan Sultan Hassanudin, Gang Rahmat Jaya 2, Samarinda Seberang. 

Pada 31 Juli 2018, akibat kesehatan yang makin memburuk, Jainah tutup usia. Ia berusia 42 tahun ketika pulang ke haribaan. Ayah Pera, AT, datang saat pemakaman. Itu pertama dan terakhir Pera melihatnya. Menurut Jariah, sang tante, ayah Pera tak pernah menafkahi kelima anaknya semenjak pergi 10 tahun lalu. Pera dan kakak-kakaknya bisa hidup karena kebaikan saudara dan masyarakat di sekitar tempat tinggal. Warga sering memberi beras dan uang untuk membantu kehidupan mereka. 

Pera jatuh sakit lagi mulai Senin, 26 Agustus 2019. Lima hari berlalu, kondisinya tak kunjung membaik. Jariah pun kebingungan. Bagaimanapun, dia juga bukan orang yang berada. Suaminya hanya seorang sopir di sebuah toko bangunan. 

Jariah tahu, keponakannya harus segera dibawa ke rumah sakit. Namun, setelah dicek, tunggakan BPJS Pera sudah lebih dari setahun. Gadis kecil ini juga tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat atau KIS. Di tengah kebingungan itu, dengan harapan besar, Jariah mengunggah keadaan Pera ke grup Facebook Bubuhan Samarinda

“Tolong kasih solusinya, Busam. Terima kasih. Wassalam," tulis Jariah. Kisah Pera kemudian viral dan bantuan pun berdatangan. 

Busam Peduli, sebuah gerakan sosial yang diinisiasi grup Bubuhan Samarinda, dibantu penuh Komunitas Berbuat Saja (Kombes) segera bergerak. Pera dibawa ke Rumah Sakit Dirgahayu pada Jumat, 30 Agustus 2019, pukul 10.00 Wita. "Menggunakan ambulans dari rumah zakat yang gratis dan siap mengantar orang yang tidak mampu kapan saja," terang Paman Doblang, relawan Kombes yang mengantarkan Pera ke rumah sakit. Iuran BPJS Pera sekeluarga, yang sepeninggal sang ibunda tidak terbayar, juga dilunasi lewat. Nilai tunggakan itu Rp 2,4 juta.

Mewakili Bubuhan Samarinda, Novian Nur selaku administrator grup mengatakan, komunitas sosial di Samarinda selalu berupaya membantu warga Samarinda yang sedang kesulitan. “Ini wujud kerja-kerja sosial dari Busam sebagai grup Facebook terbesar di Samarinda. Ini bentuk tanggung jawab kami,” jelasnya. 

Atas seluruh bantuan itu, Jariah mengaku begitu bersyukur. “Keluarga sangat berterima kasih atas bantuan para relawan dan dermawan kepada Pera. Semoga Allah SWT membalas kemurahan hati ibu, bapak, dan saudara-saudari sekalian,” tutur Jariah. Pera yang duduk di sebelahnya, menganggukkan kepalanya. (*)

Editor: Fel GM

Catatan: Redaksi melakukan sedikit ralat yang menimbulkan persepsi yang tidak tepat dalam berita terdahulu.

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar