Kutai Kartanegara

Petani Kian Tua dan Upaya Pemkab Kukar Menarik Minat Milenial Lewat Sentuhan Teknologi

person access_time 3 years ago
Petani Kian Tua dan Upaya Pemkab Kukar Menarik Minat Milenial Lewat Sentuhan Teknologi

Foto: Ilustrasi

Sebesar 57,8 persen petani di Kukar berusia di atas 45 tahun. Bahkan, hanya 0,7 persen petani yang berusia kurang dari 25 tahun.

Ditulis Oleh: Fel GM
Sabtu, 28 November 2020

kaltimkece.id Sebagian besar petani di Kutai Kartanegara berusia tua. Padahal, sektor pertanian yang menyediakan bahan pangan bagi umat manusia sangatlah penting. Tanpa regenerasi petani, ketersediaan pangan bisa terancam. Pemkab Kukar yang menyadari persoalan tersebut berupaya agar remaja dan kawula muda tertarik untuk terjun ke sektor pertanian. 

Menurut salinan Badan Pusat Statistik Kaltim, ada 68.384 petani di sepenjuru Kukar. Sebanyak 6.432 orang (9 persen) berusia lebih dari 65 tahun, lalu 12.736 orang (18,6 persen) berusia 55-64 tahun, dan 20.650 orang (30,2 persen) berusia 45-54 tahun. Itu berarti, sebesar 57,8 persen petani Kukar berumur di atas 44 tahun.

Kelompok umur petani di Kukar selanjutnya adalah 19.879 orang (29 persen) berusia 35-44 tahun dan 8.158 orang (11,9 persen) berusia 25-34 tahun. Yang patut menjadi perhatian adalah hanya 529 orang (0,77 persen) petani Kukar yang berusia di bawah 25 tahun. Dari gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani Kukar didominasi kelompok berusia tua. Di sisi lain, sangat sedikit ditemukan petani muda yang berusia di bawah 25 tahun.

Hal itu diakui Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Sutikno. Sektor pertanian Kukar, sebagaimana juga terjadi di level provinsi dan nasional, tengah menghadapi persoalan regenerasi petani. “Menurut catatan kami, ada 2.400 kelompok tani dan 172 kelompok wanita tani di 18 kecamatan atau 193 desa dan 44 kelurahan di Kukar. Namun demikian, petani dari anggota kelompok tersebut didominasi usia tua, rata-rata 40 tahun ke atas,” demikian Sutikno.

Menurutnya, minat generasi milenial di sektor pertanian sangat minim. Di samping anggapan bahwa sektor pertanian tidak banyak menghasilkan uang, status sosial petani masih dipandang rendah. Kaum muda pun kehilangan gairah untuk bertani. Tanpa upaya bersama-sama, situasi tersebut dapat berimplikasi kurang baik terhadap target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.

“Perlu ditekankan bahwa melibatkan generasi muda adalah kuncinya. Solusi untuk menarik generasi muda agar terlibat dalam bisnis pertanian adalah dengan memperkenalkan pertanian modern,” terang Sutikno.

Baca juga:

 

Keterlibatan teknologi adalah salah satu faktor yang bisa mengangkat ‘status sosial’ petani. Dari sini, Sutikno mengatakan, ketertarikan generasi milenial bisa muncul. Langkah konkret dari upaya tersebut sudah dilakukan. Sejak beberapa tahun terakhir, Pemkab Kukar memfasilitasi petani agar mengelola lahan secara mekanisasi menyeluruh (full mechanics).  

“Bahkan, Bupati turun untuk memperkenalkan mekanisasi menyeluruh itu. Tujuan pemkab memodernisasi sektor pertanian ini untuk mengubah stigma yang memandang rendah status petani,” jelasnya.

Di samping itu, Pemkab Kukar melalui Dinas Pertanian dan Peternakan terus mengadakan pendekatan kepada generasi muda. Model yang digunakan adalah melalui sejumlah pelatihan. Distanak menggandeng pihak ketiga untuk membantu pelatihan dengan mengundang anak-anak muda sebagai peserta. Generasi muda yang diprioritaskan adalah para lulusan pertanian. Contoh pelatihan tersebut, jelas Sutikno, adalah pengiriman para petani jagung ke Pulau Jawa.

“Pelatihan ini terus-menerus namun agak terhambat belakangan ini karena pandemi Covid-19,” terang Sutikno.

Hasil dari upaya Pemkab Kukar tersebut mulai terlihat. Di Kecamatan Sebulu, petani-petani muda bermunculan. Sutikno mengatakan, ada petani berusia 30 tahun yang sudah mengelola 5 hektare sawah. "Memang belum di bawah 25 tahun tapi itu sudah bagus, dalam arti, masih 40 tahun ke bawah," urainya.

Pelaksana Tugas Bupati Kutai Kartanegara, Chairil Anwar, juga menjelaskan upaya pemkab mendorong regenerasi petani. Pemkab telah mengambil kebijakan mekanisasi pertanian. Sudah saatnya tenaga manusia dalam mengelola lahan-lahan pertanian mulai dikurangi dan digantikan dengan teknologi. Kebijakan tersebut penting agar para generasi muda siap terjun ke lapangan.

“Mekanisasi dalam mengolah lahan pertanian menjadi fokus pemerintah. Jadi, mereka yang muda-muda, ketika lulus (dari sekolah-sekolah pertanian), siap mengolah lahan tidur,” terang Chairil.

Plt Bupati juga berharap, program Distanak Kukar meregenerasi petani menjadi pioner untuk mewujudkan ketahanan pangan. Chairil mengingatkan agar pelatihan yang sudah sedemikian banyak benar-benar berguna dan diterapkan di daerah masing-masing.

“Jadi harus back to basic ke desa-desa,” kunci Chairil Anwar. (*)

Dilengkapi oleh: kontributor kaltimkece.id di Tenggarong

Temui kami di Instagram!

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar