Lingkungan

Badak Kalimantan Terancam Punah 10 Tahun Lagi, Tanpa Pejantan, Tersisa 15 Individu

person access_time 4 years ago
Badak Kalimantan Terancam Punah 10 Tahun Lagi, Tanpa Pejantan, Tersisa 15 Individu

Si Pahu saat diamankan dari pit trap pada 25 November 2018. foto: Kemen LHK)

Ada 15 badak kalimantan terdeteksi di Kubar dan Mahulu. Belum satupun pejantan ditemukan.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Jum'at, 15 November 2019

kaltimkece.id Badak di Kaltim dalam titik kritis. Risiko kepunahan tinggi. Diperkirakan tersisa 15 individu. Level perkembangbiakan rendah, membuat spesies ini terancam punah 10 tahun lagi.

Disebutkan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KKH KLHK), Indra Exploitasia, badak kalimantan adalah spesies Dicerorhinus sumatrensis harrissoni. Masih sejenis badak sumatera. Tapi untuk penyebutan diberi nama badak kalimantan. "Spesiesnya sama karena DNA-nya sama," kata perempuan yang akrab disapa Tasia itu.

Badak diketahui sejak lama di Kalimantan. Namun peneliti kesulitan membuktikan. Dari penyebaran hingga habitat. "Setelah dipasang kamera trap di beberapa tempat yang diduga ada di situ, baru kita temukan. Badak dikenal soliter. Kita sebut dengan dum spesies," ucapnya.

Kabar penemuan di Kalimantan ramai pada 2013. Tepatnya di Kutai Barat. “Pada 2015 baru kami pasang kamera trap. BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Kaltim berkolaborasi bersama tim penyelamatan berbagai mitra,” kata Kepala BKSDA Kaltim Sunandar, Kamis, 14 November 2019.

Penemuan tersebut membuat gempar. Sebelumnya badak sebatas cerita warga Dayak di pedalaman.  “Memang jenisnya satu gen dengan di Sumatra. Hanya saja lebih kecil Kalimantan," terang Sunandar.

Menurut Sunandar, badak tersebut jenis asli Kalimantan. Hanya gen yang serupa badak sumatra. "Karena memang tidak ada sejarah badak dibawa ke sini. Kalau gajah di Kaltara (Kalimantan Utara), mungkin masih bisa. Karena dulu ada hadiah dari Raja Tulang Bawang kepada Raja Kutai,” urai Sunandar. “Kalau badak tidak ada dalam sejarah didatangkan. Jadi badak ini asli Kalimantan. Sekaligus membuktikan bahwa Sumatra dulu pernah satu daratan dengan Kalimantan," jelasnya.

BKSDA Kaltim terus mencari keberadaan badak kalimantan. Pada 2016 kembali ada kemunculan yang sayangnya mati karena luka bekas terjerat.

“Fokus kami mencari dan mengamankan dulu. Jangan sampai terulang ada yang terjerat atau diburu orang. Mudah-mudahan habitatnya bisa dipertahankan,” sebutnya.

Menurut Sunandar, populasi badak minimal 20 ekor dalam satu wilayah. Dengan individu tersisa saat ini di Kaltim, populasinya berarti sudah sangat rawan. “Sekitar 10 tahun ke depan bisa benar-benar punah. Ditambah lagi badak ini pemalu, kemudian soliter. Bagaimana mereka mau kawin?”

BKSDA telah mendapatkan satu badak jenis kelamin betina. Telah diamankan di lahan bekas perusahaan PT Kelian Equatorial Mining (KEM) yang telah reklamasi. Dengan luas lahan 500 hektare di Kutai Barat.

Harapan penelitian mendalam terhadap badak kalimantan turut mengemuka. Berharap ditemukan DNA berbeda dengan badak sumatra. Sehingga ditetapkan menjadi spesies baru.

Kasat mata, perbedaan antara badak kalimantan dan sumatra adalah posturnya yang lebih kecil. Meski spesies di Sumatra termasuk badak terkecil di dunia, bobotnya bisa mencapai 1 ton. Sedangkan badak Kalimantan untuk ukuran dewasa hanya 380 kilogram

"Mungkin juga indikator lebih kecil karena jenis makanannya. Kalau dilihat, badak makin ke timur badak semakin kecil. Seperti di Afrika bobotnya besar. Mungkin faktor tempat memengaruhi pertumbuhan," imbuhnya.

Tanpa Pejantan

Perburuan cula, alihfungsi hutan habitat badak, dan rendahnya kesempatan reproduksi dinilai pangkal masalah Dicerorhinus sumatrensis yang kian terancam. Dalam 30 tahun terakhir, populasinya dari 800 menjadi kurang 100 di seluruh dunia (Francesco Nardeli, The Last Chance for the Sumatran rhinoceros?).

Di Pulau Sumatra, habitatnya tersebar di Taman Nasional Bukit Barisan, ekosistem Luser, Taman Nasional Way Kambas. Di Kaltim, populasinya diperkirakan tersisa 15 individu. Di Negeri Jiran lebih memilukan. Satwa yang sering disebut hewan purba tersebut dinyatakan punah di alam liar Malaysia pada 2015.

Berbagai upaya ditempuh menyelamatkan populasi spesies ini dari kepunahan. Pilihan menunggu badak kawin alamiah di hutan hampir tak memungkinkan. Populasinya sangat kecil dan terpisah di hutan yang makin menyempit. Intervensi manusia lewat pengembiakan di penangkaran dinilai satu-satunya alternatif yang memungkinkan dan disepakati banyak ahli.

Di Kaltim, baru si Pahu, seekor badak betina yang diselamatkan. Diamankan ke hutan perlindungan bekas konsesi pertambangan yang direklamasi. Pahu tengah menanti pejantan untuk memberinya keturunan.

Upaya itu cukup sulit. Tim World Wide Fund for Nature (WWF), BKSDA Kaltim, dan gabungan organisasi nonprofit lainnya belum menemukan pejantan tersisa di rimba Bumi Etam.

“Selama ini yang kami identifikasi masih badak betina. Belum ditemukan yang jantan. Mungkin masih ada,” kata Koordinator Nasional Badak WWF Indonesia, Kurnia Oktavia Hariani, kepada kaltimkece.id, Kamis, 12 September 2019.

Tim gabungan terus meriset genetika badak yang diamankan. Sekaligus melihat peluang mengawinkan badak kalimantan dengan badak sumatra. “Kami harus lihat punya kekerabatan genetik dekat apa tidak. Enggak sembarangan mengawinkan individu badak A dengan B,” kata perempuan yang juga dokter hewan tersebut.

Wacana Inseminasi

Pada Kamis siang, 14 November 2019, di Aula Kesbangpol Linmas, Kantor Gubernur Kaltim, dilakukan Deklarasi Perlindungan Badak Kalimantan. Dihadiri Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi; Direktur Konservasi Kenekaragaman Hayati, Indra Exploitasia; Kepala BKSDA Kaltim Sunandar Triguna Jasa; dan Kepala Seksi Pengendalian dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Kaltim, Sahar Al Haqq.

Hadi Mulyadi memastikan Pemprov Kaltim berusaha membuat lingkungan kondusif untuk kelestarian badak kalimantan. Selain penyiapan lahan, mengemuka program inseminasi atau teknologi untuk mendapatkan kehamilan badak betina dengan menyemprotkan sperma badak jantan.

"Kalau inseminasi perlu waktu. Mencari jantannya dan dilakukan dengan tenaga ahli supaya tidak menimbulkan masalah," sebutnya.

"Mudahan ini bisa menambah icon baru untuk Kaltim. Kami berbangga ada anugerah luar biasa. Bahkan di Kaltara ada gajah. Hal seperti ini harus ada tindakan," tutup Wagub Kaltim. (*)

 

Dilengkapi oleh: Nalendro Priambodo

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar