Lingkungan

Ketika Gubernur Isran Bawa-Bawa Hantu dan Suramnya Masa Depan Lingkungan

person access_time 5 years ago
Ketika Gubernur Isran Bawa-Bawa Hantu dan Suramnya Masa Depan Lingkungan

Foto: Dokumentasi

Sudah nasib, prihatin, dan hantu.

Ditulis Oleh: Fel GM
Rabu, 19 Desember 2018

kaltimkece.id Berkali-kali sudah, Gubernur Kaltim Isran Noor mengunggah pernyataan yang disebut sembrono. Tiga kalimat dilemparkan Isran kepada publik dalam tiga bulan pertama jabatannya. Seluruh pernyataan tersebut seputar tema yang sama; pertambangan batu bara di Kaltim.

Terbaru adalah ketika Gubernur Isran menjawab pertanyaan mengenai korban jiwa di lubang tambang. Sejak 2011 hingga 2018, nyawa yang melayang di Kaltim mencapai 32 orang, sebagian besar anak-anak. Kepada Kompas, Isran berkata, “Heran juga aku. Jangan-jangan ada hantunya. Kok, banyak korban anak-anak.” (Bahaya Lubang Bekas Tambang, Kompas cetak edisi 18 Desember 2018, hal 1 dan 15)

Kalimat itu keluar hanya berselang 17 hari setelah pernyataan Isran sebelumnya yang terburu-buru dan keliru. Pada 1 Desember 2018, mantan Bupati Kutai Timur itu menanggapi peristiwa longsor di Kampung Jawa, Kecamatan Sangasanga, Kutai Kartanegara. Dalam kejadian yang meruntuhkan enam rumah, Gubernur dengan yakin mengklaim, bukan disebabkan aktivitas tambang batu bara. 

“Jaraknya (aktivitas tambang) jauh, 200 meter. Jauh,” sebutnya. 

Belakangan, hasil investigasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim membuktikan fakta yang berbeda. Salah satu penyebab longsor Sangasanga adalah aktivitas tambang PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN). Pemprov Kaltim melalui Dinas ESDM pun menjatuhkan sanksi penutupan Pit 1 West yang dekat dengan kawasan permukiman.

Menurut hasil investigasi, lokasi pertambangan hanya berjarak 178 meter dari permukiman. Menurut aturan, hal itu salah karena aktivitas pertambangan dibatasi setidaknya 500 meter dari jarak aman permukiman dan fasilitas umum. 

Selanjutnya, kalimat ketiga Isran yang mengambil perhatian publik disampaikan pada 24 Oktober 2018. Di hadapan juru warta di Samarinda, Isran mulanya disodori pertanyaan mengenai korban lubang tambang. Saat itu, korban jiwa ke-30 baru saja jatuh di Kutai Kartanegara. 

Baca juga:
 

"Kenapa? Kolam tambang? Kapan 30 itu, hari Minggu? Kemarin itu 30 orang mati?" kata Isran membalik pertanyaan wartawan. Setelah dijelaskan bahwa jumlah korban jiwa 30 orang (per Oktober 2018) adalah akumulasi sejak 2011 hingga 2018, Isran melanjutkan kalimatnya. 

"Oh, gitu. Sikap apa? Oh, enggak masalah. Nasibnya kasihan. Ikut prihatin. Pastilah ikut prihatin. Korban jiwa itu di mana-mana terjadi. Ya namanya nasibnya dia, meninggalnya di kolam tambang. Kan gitu. Gitu aja, prihatin," sebut Isran.

Perkataan Menyakitkan

Bukan sekali, tetapi tiga kali Isran disebut “sembrono” memberikan pernyataan. Demikian suara para penggiat lingkungan hidup di Kaltim. 

Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang Kaltim, Pradarma Rupang, menilai bahwa pernyataan Isran sangat menyakitkan. Selain tidak berempati kepada ke-32 keluarga korban, Isran menunjukkan ketidakseriusan menyelesaikan teror lubang tambang di Kaltim. Rupang bahkan membalik kalimat Isran yang membawa-bawa kata “hantu.”

“Hantu yang sebenarnya adalah oligarki antara penguasa dan pengusaha tambang. Hantu inilah yang sesungguhnya meneror anak-anak Kaltim melalui lubang-lubang tambang yang dibiarkan menganga,” tegas Rupang kepada kaltimkece.id, Selasa, 18 Desember 2018.

Baca juga:
 

Jatam Kaltim juga pesimistis melihat masa depan Kaltim. Dari pernyataan Isran yang berkali-kali aneh dan keliru, nilai Jatam, hanya menunjukkan ketidakseriusan gubernur menangani permasalahan. “Lebih dari itu, (pernyataan Isran) menunjukkan bahwa lubang tambang bukan sesuatu yang penting di mata Gubernur Isran Noor,” tambah Rupang.

Padahal, dengan 32 nyawa yang telah melayang, sukar untuk tidak mengatakan bahwa Kaltim darurat lubang tambang. Penyematan status darurat itu seturut dengan hasil penelitian Jatam Kaltim sepanjang 2018. Melalui penginderaan udara yang dikompilasi dengan titik koordinat 1.404 izin usaha pertambangan di Kaltim, Jatam menghitung jumlah lubang bekas tambang. 

Di seluruh permukaan Kaltim, ditemukan 1.735 lubang tambang. Paling banyak ditemukan di Kutai Kartanegara yaitu 842 lubang diikuti Samarinda dengan 349 lubang. Di kedua daerah bertetangga inilah korban jiwa paling banyak berjatuhan, mencapai 29 orang. 

“Dari rangkaian pernyataan Gubernur yang seperti ini, masa depan lingkungan Kaltim bakal suram,” demikian Fathur Roziqin Fen, direktur eksekutif daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kaltim. Masalahnya, alih-alih menjelaskan langkah konkret menangani 1.735 lubang tambang se-Kaltim, Gubernur malah mengeluarkan pernyataan yang jauh dari esensi. 

“Bahkan (pernyataan Isran) lebih terlihat meremehkan permasalahan ini,” kritik Fathur. Dia mengingatkan, andaikata Kaltim dipimpin gubernur yang tak berorientasi kepada lingkungan hidup, bencana ekologi yang lebih besar bisa segera menerpa. Pasalnya, kewenangan tambang batu bara kini di tangan pemprov, dalam hal ini gubernur. 

Walhi mengambil peristiwa di Sangasanga sebagai contoh. Longsor di Kota Juang itu hanyalah contoh kecil ketika industri ekstraktif menghancurkan fasilitas umum. “Tanpa keseriusan seperti ini, peristiwa serupa akan kembali terjadi dan korban jiwa akan terus berjatuhan,” kunci Fathur. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar