Lingkungan

Peringatan Hari Tani Nasional dan Fakta Merosotnya Produksi Padi Kaltim selama Dua Tahun Terakhir

person access_time 3 years ago
Peringatan Hari Tani Nasional dan Fakta Merosotnya Produksi Padi Kaltim selama Dua Tahun Terakhir

Aktivitas petani di Samarinda (foto: arsip kaltimkece.id)

Hari Tani Nasional jatuh hari ini. Diperingati di antara produksi padi Kaltim yang terus melorot.

Ditulis Oleh: Fel GM
Kamis, 24 September 2020

kaltimkece.id Hari Tani Nasional jatuh pada 24 September 2020. Sayangnya, hari itu diperingati di antara fakta bahwa produksi padi di Kaltim merosot sepanjang dua tahun belakangan. Bukannya menuju swasembada beras, Kaltim makin bergantung kepada daerah lain.

Sebenarnya, meskipun sempat turun pada 2016, produksi padi dari sawah dan ladang Kaltim meningkat pesat pada 2017. Jika pada 2015 Kaltim mencatat produksi 408.782 ton gabah kering giling (GKG) atau 261.212 ton beras, tahun berikutnya yaitu 2016, turun menjadi 305.377 ton GKG. Puncak produksi padi Kaltim lantas tercatat pada 2017 sebanyak 400.102 ton GKG.

Dua tahun belakangan, pada 2018 dan 2019, produksi padi di Kaltim melorot tajam. Menurut catatan Badan Pusat Statistik Kaltim yang dimuat di Kaltim dalam Angka (2020), produksi padi pada 2018 hanya 262.773 ton GKG atau 152.059 ton beras. Penurunan pada 2018 tersebut mencapai 34,5 persen dibanding produksi 2017. Produksi makin melorot pada 2019. Kaltim hanya mampu menghasilkan 253.818 ton GKG atau 146.877 ton beras. Dibandingkan dengan 2017, produksi tersebut sudah melorot 36,75 persen.

Salah satu penyebab produksi padi di Kaltim melorot adalah produktivitas yang menurun. Pada 2018, lahan panen padi (sawah dan ladang) adalah 64.961 hektare. Produktivitasnya sebesar 40,45 kuintal per hektare. Sementara pada 2019, luas panen justru meningkat menjadi 69.707 hektare. Namun demikian, produktivitasnya turun menjadi 36,41 kuintal per hektare. Penurunan produksi yang paling parah terjadi di lumbung padi Kaltim yakni Kutai Kartanegara. Pada 2019, produksi padi di Kukar 121.202 ton GKG atau turun 15 persen dari 2018 dengan produksi 144.048 ton GKG.

Di samping itu, masalah yang dihadapi pertanian di Kaltim --maupun Indonesia-- adalah usia petani yang semakin tua. Menurut sensus pertanian Badan Pusat Statistik pada 2013, rumah tangga usaha pertanian di Kaltim sebanyak 180 ribu. Dari jumlah itu, 101 ribu rumah tangga atau 56 persen rumah tangga di antaranya berusia di atas 45 tahun. Generasi penerus mereka, yang di bawah 35 tahun, hanya 12 persen.

Masa depan bisa tergambar dengan jelas dari data tersebut. Pada 2023, sepuluh tahun selepas sensus, sebanyak 38 ribu rumah tangga yang sekarang berusia di atas 55 tahun memasuki masa "pensiun". Padahal, pengganti mereka yang berusia di bawah 25 tahun tercatat hanya 1.401 rumah tangga. Itu bisa berarti Kaltim akan kehilangan 36 ribu rumah tangga usaha pertanian. Tanpa usaha yang berarti, jumlah petani Kaltim boleh terpangkas 20 persen setiap 10 tahun. Sebagai catatan, Kaltim telah kehilangan 16.220 rumah tangga pertanian sepanjang 2003–2013.

Aksi Hari Tani

Sejumlah aktivis dari Aliansi Kaltim Melawan (AKM) mengadakan aksi memperingati Hari Tani pada Kamis, 24 September 2020. Aksi diadakan di depan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim di Samarinda.

Menurut Denny Pri Anggara selaku koordinator aksi, kondisi yang dihadapi petani Indonesia sekarang adalah buah dari salah urus pemerintah. Petani menghadapi beragam krisis mulai kriminalisasi, kekerasan, pengerusakan lingkungan, penyerobotan, dan perampasan tanah.

“Fakta bahwa defisit pangan yang terjadi di Kaltim hingga melebihi minus 160 ribu ton beras di tahun 2018 adalah bentuk kegagalan penyelenggara negara menjamin kelangsungan konsumsi dan produksi 3,5 juta rakyat Kaltim,” tegasnya.

Padahal, petani adalah garda terdepan ketahanan pangan di negeri ini. Kenyataan itu dibuktikan pada masa pandemi Covid-19. Sayangnya, petani selama ini disebut tidak pernah mendapat perlindungan dan dukungan negara. Wilayah pertanian di Kaltim sering dihadapkan dengan perampasan tanah, kriminalisasi, dan penghancuran lingkungan hidup demi kepentingan investasi ekstraktif.

Kepala Bidang Konsumsi dan Ketahanan Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Fachrudin, justru menyatakan bahwa Kaltim memprioritaskan sektor pertanian. Sejumlah program prioritas diberikan kepada sektor pertanian. Pemerintah bahkan menargetkan menambah luas tanam setiap tahun.

“Pertanian tanaman pangan akan memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Lagi pula, aktivitas di sektor pertanian tetap berjalan selama pandemi. Aneh juga kalau didemo,” tutupnya. (*)

Dilengkapi oleh: Giarti Ibnu Lestari

Temui kami di Instagram!

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar