Lingkungan

Yang Harus Dilakukan saat Gempa dan Tsunami Tiba

person access_time 6 years ago
Yang Harus Dilakukan saat Gempa dan Tsunami Tiba

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Bencana alam bisa menimpa siapa saja. Kemampuan mengantisipasi dan menghadapi sangat diperlukan. Nyawa-nyawa pun bisa terselamatkan. 

Ditulis Oleh: Fel GM
Selasa, 02 Oktober 2018

kaltimkece.id Kalimantan Timur adalah daerah yang minim gempa, tsunami, maupun erupsi gunung berapi. Risiko bencana alam yang sedemikian kecil dapat membuat penduduk Benua Etam rentan mengenyampingkan hal-hal penting dalam menghadapi bencana. Padahal, pengetahuan tersebut amatlah penting. Bukan tidak mungkin, satu di antara penduduk Kaltim sedang di lokasi gempa ketika bencana itu datang. Tak hanya berguna bagi diri sendiri, kemampuan menghadapi bencana dapat menyelamatkan nyawa orang lain. 

Gempa bumi sebenarnya merupakan fenomena alam. Ia berupa getaran tanah karena pergerakan atau pergeseran lapisan batuan di kulit bumi secara tiba‐tiba. Getaran itu disebabkan gerakan lempeng‐lempeng tektonik terutama di pertemuan lempeng dunia. Indonesia merupakan lokasi persinggungan tiga lempeng yakni Eurasia, Pasifik, dan Hindia-Australia. Gempa juga bisa disebabkan unsur vulkanik seperti aktivitas gunung berapi. Kecuali Kalimantan, nyaris seluruh wilayah Indonesia diancam gempa tektonik dan vulkanik (Gempa Bumi Indonesia Edisi Populer, 2010, hlm 26).

Tanpa adanya pertemuan lempeng dan gunung berapi, bukan berarti Pulau Kalimantan 100 persen bebas dari gempa. Bencana di Donggala, Sulawesi Tengah yang berkekuatan 7,4 skala Richter pada Jumat, 28 September 2018, adalah contohnya. Sejumlah kota di pesisir timur Kalimantan seperti Balikpapan dan Samarinda ikut merasakannya. Sebagian warga Kaltim bereaksi ketika gempa. Mereka spontan keluar rumah dan mencari tanah lapang. Langkah tersebut sudah benar, meskipun kurang begitu tepat. 

Menghadapi Gempa

Merujuk petunjuk teknis yang dimuat dalam buku saku berjudul Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana (2017), langkah paling awal ketika guncangan sebenarnya adalah berlindung di bawah meja. Cara itu sangat berguna untuk menyelamatkan nyawa, yakni, agar terhindar dari kemungkinan benda-benda yang jatuh (hlm 22)

Pada saat sedang berlindung, tetaplah tenang. Kepanikan hanya mengacaukan segalanya. Mencari bantal, helm, atau barang lunak terdekat yang lain sangat dianjurkan untuk melindungi kepala. Jika tidak memungkinkan berlindung di bawah meja, disarankan berdiri di bawah pintu. Pada saat guncangan berhenti dan terasa aman, barulah lari keluar rumah. Ketika berlari keluar bangunan setelah gempa, kepala harus tetap dilindungi. Senyampang itu, perhatikan pecahan kaca, genteng, atau material lain yang kemungkinan bisa runtuh. Di luar rumah, segera cari lapangan terbuka. Hindari berdiri dekat tiang, pohon, sumber listrik, atau gedung yang mungkin roboh.

Mengenali rumah sendiri, atau bangunan yang baru saja dimasuki, sangat penting dalam upaya antisipasi jika terjadi gempa bumi. Caranya cukup mencari bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, biasanya di sudut-sudut bangunan. Sangat penting pula membiasakan diri membaca instruksi evakuasi yang biasanya ditempel di dinding bangunan besar. Mengetahui jalur menuju titik berkumpul yang aman atau muster point amat memudahkan penyelamatan diri manakala bencana datang. 

Gempa juga bisa datang ketika kita sedang di dalam mobil. Ketika jalan raya bergoyang, pengemudi kemungkinan besar kehilangan kendali terhadap kendaraan. Maka hal yang semestinya dilakukan adalah menjauhi persimpangan yang ramai. Mobil secepat mungkin ditepikan di bahu jalan dan segera berhenti. Lalu, segera cari tanah lapang yang aman. 

Menghadapi Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “Tsu” berarti gelombang dan “nami” berarti pelabuhan. Negara di Samudra Pasifik ini memang sering sekali dilanda gempa dan tsunami. Seperti Indonesia, Jepang berdiri di tepi-tepi lempeng bumi yang rawan bertubrukan. 

Gelombang tsunami sesungguhnya bangkit karena gempa. Pada saat gempa bumi yang berpusat di lantai samudra, terjadi perubahan struktur batuan. Dasar laut yang cenderung rata tiba-tiba berbentuk seperti tebing karena gesekan lempeng bumi. Hal itu menimbulkan kolom air di atasnya hingga ke permukaan laut. Perubahan muka air laut selanjutnya menimbulkan gelombang tsunami. Ketika gempa dahsyat, rambat gelombang tsunami dapat berkecepatan tinggi. Sunarjo dan kawan-kawan dalam buku berjudul Gempa Bumi Indonesia Edisi Populer (2010) mengandaikan kecepatan tsunami bak “pesawat jet yang mencapai 400‐1.000 kilometer per jam” (hlm 190).

Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, kecepatan gelombang tsunami akan menurun. Namun, ketinggian gelombang meningkat puluhan meter dan bersifat merusak. Sebelum mencapai daratan dan meluluhlantakkan semua yang dia lewati, tsunami hanya memberi rentang waktu yang pendek. Pada rentang itulah, sedari peringatan dini hingga tsunami tiba di daratan, detik-detik yang teramat menentukan bagi manusia untuk menyelamatkan diri. 

Langkah paling pertama ketika mendengar peringatan dini adalah pergi ke tempat tinggi seperti bukit dan bangunan tinggi. Untuk memperkuat keputusan evakuasi, alam sudah memberi tanda-tanda. Gempa bumi yang diiringi tsunami biasanya diikuti surutnya air laut. Ikan-ikan akan menggelepar di tepi pantai yang surut. Sejalan dengan itu, terdengar gemuruh dari tengah lautan. 

Hanya berdiam diri atau malah menangkap ikan di tepi pantai ketika tanda-tanda itu muncul adalah pilihan yang sangat buruk. Warga harus secepat mungkin berlari ke tempat tinggi, menjauhi pantai, dan berdiam diri untuk sementara waktu. Begitu tiba di tepat tinggi, bertahanlah karena gelombang tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang pertama. Tsunami tidak akan datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali (Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, 2017, hlm 27-28). 

Tsunami juga bisa datang ketika kita sedang dalam pelayaran. Jika situasinya demikian, upayakan tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan. Sementara bagi yang sedang berkendara, dianjurkan pergi ke tempat tinggi sekaligus menghindari jembatan. Jika lalu lintas macet, kunci mobil dan pergi dengan berjalan kaki. 

Gempa bumi dan tsunami adalah bencana alam yang sulit dielakkan. Namun, jika dihadapi dengan tepat, akan banyak nyawa yang bisa selamat. (*)

Senarai Kepustakaan
  • Pusat Data, Informasi dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017. Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
  • Sunarjo, Gunawan, M Taufik, dan Pribadi, Sugeng, 2010. Gempa Bumi Indonesia Edisi Populer, Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar