Mahakam Ulu

Mengenal Alexander Loho, Seniman Tato Mahulu yang Sukses Menembus Prancis hingga Belanda

person access_time 3 years ago
Mengenal Alexander Loho, Seniman Tato Mahulu yang Sukses Menembus Prancis hingga Belanda

Alexander Loho menunjukkan sejumlah piagam penghargaan miliknya. (muhibar sobary/kaltimkece.id)

Alexander Loho begitu akrab dengan dunia seni. Dari seniman tato, musisi, hingga penari tradisional.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Rabu, 07 April 2021

 

kaltimkece.id Alat musik tradisional sape khas Kalimantan sedang dimainkan. Alexander Loho, 28 tahun, merajah kaki Ferinandus, musisi Kalimantan Barat yang akrab disapa Feri Sape. Peralatan pembuat tato yang digunakan adalah hasil uap getah pohon damar.

Berbeda dengan mesin yang saat ini umum digunakan membuat tato, alat tradisional bernama took ini digunakan dengan cara diketuk-ketuk. Terbuat dari ulin dengan panjang sekitar 20 sentimeter. Digunakan bersama tukul tedak sebagai alas penahan took. Juga terbuat dari kayu ulin dengan panjang yang sama.

Momen Alexander merajah Feri Sape itu terjadi 17 Desember 2019 silam. Bertempat di Lapangan Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Mahakam Ulu (Mahulu). Merupakan rangkaian perayaan hari jadi kabupaten berjuluk Urip Kerimaan tersebut yang keenam.

“Motif sederhana saja. Kami kasih nama ‘Kalung Sap’ berupa pola garis terus sisinya saja ada lengkungan sedikit," kenang Alexander ketika ditemui kaltimkece.id di tempat tinggalnya di RT 1 Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Mahulu, Senin, 5 April 2021.

Aktivitasnya sebagai seniman tato pada 2019 itu memang masih teringat jelas. Pasalnya pada tahun itulah kali terakhir Alexander merajah secara tradisional.

Semua bermula dari kegemarannya mengukir dan menggambar. Potensi itu kemudian dilirik saudaranya sehingga ketika kelas satu SMA, Alex diminta mulai memuat tato. Itulah kali pertama ia merajah seseorang.

Dimulai dari memenuhi permintaan teman dan saudara, Alex secara serius menekuni tato belum pada 2011. Ketika itu ia merantau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Samarinda. Bakat membuat tato pun kian terasah.

Alex merupakan mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman. Sebagian waktunya selama di Samarinda dihabiskan di Sanggar Seni Apo Lagan. "Di situ saya belajar banyak, karena festival dan acara banyak. Akhirnya sering bikin tato tradisional ataupun modern," sebutnya.

Sejak awal ia condong menyukai pola merajah secara tradisional. Meskipun memerlukan proses yang lebih panjang, cara tersebut rupanya membuatnya ia lebih puas. Hitung-hitungannya, ada 20 orang telah ia tato dengan cara tradisional, sebelum beralih ke tato mesin yang tak terhitung lagi berapa banyak kliennya.

Unjuk Gigi ke Prancis dan Belanda

Pada 2016, Alexander memutuskan kembali ke kampung halamannya. Perkuliahannya terhenti pada semester lima. "Ya, karena jadwal latihan rutin. Ya main musik, main sape juga, nari juga," ungkapnya kepada kaltimkece.id.

Aktif di dunia seni mengantarnya meraih banyak prestasi. Setidaknya tertuang dalam 20 piagam penghargaan yang diterimanya. Paling banyak ketika bermain sape dan menari. Di antaranya yang paling berkesan adalah ketika menampilkan Tari Jepen Kutai dan Tari Dayak Modang pada acara Brest International Maritim Festival di Prancis, 2012 silam. Ia juga ikut menari di Festival Tong Tong di Den Haag, Belanda, 2013 lalu.

"Kalau yang di Prancis kan acara antara negara maritim. Tapi yang di Belanda itu banyak pengalaman. Waktu di Belanda, kami menari empat kali sehari. Itu selama seminggu penuh. Jadi tantangannya memang besar dan kami satu-satunya perwakilan Indonesia," kenang dia.

Sebelum pandemi Covid-19 merebak, banyak festival dan pameran diikutinya sebagai seniman tato, menari, hingga bermusik. Namun sejak virus corona mewabah, kegiatannya di dunia seni menjadi sangat jarang.

Kini sebagian waktunya ia habiskan untuk berladang dan membuat ukiran. Dari situlah penghasilan didapatkannya sehari-hari selain membuat tato. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar