Pendidikan

Hanya Punya 71 Perpustakaan, Literasi Masyarakat Kaltim Harus Diperkuat

person access_time 3 years ago
Hanya Punya 71 Perpustakaan, Literasi Masyarakat Kaltim Harus Diperkuat

Kegiatan di Gedung Pustaka Utama Perpustakaan Daerah Kaltim, Senin, 23 November 2020. (giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Memiliki daerah yang luas, Kaltim nyatanya hanya memiliki 71 perpustakaan.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 24 November 2020

kaltimkece.id Membaca merupakan jendela dunia. Dengan membaca kita bisa mengetahui berbagai ilmu pengetahuan. Pemerintah Republik Indonesia bersama dengan Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia terus mendorong penguatan indeks literasi masyarakat. Khusus di Kalimantan Timur saat ini baru mempunyai 71 perpustakaan.

Senin, 23 November 2020 acara dengan tema "Inovasi dan Kreativitas Pustakawan dalam Penguatan Indeks Literasi Masyarakat Untuk Mewujudkan SMD Unggul Menuju Indonesia Maju" digelar di Gedung Pustaka Utama Perpustakaan Daerah Kaltim, Jalan Ir H Juanda, Nomor 4, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu.

Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wahyu Widhi Heranata, dalam sambutannya mengapresiasi upaya-upaya sistematik untuk mendukung minat masyarakat dalam mendayagunakan perpustakaan.

"Kegiatan ini adalah upaya kita untuk menyatukan gerak dan langkah serta pemikiran dan perwujudan masyarakat Kaltim yang gemar membaca," ucap Wahyu Widhi Heranata.

Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Muhammad Syarif Bando, mengatakan untuk minat baca saat ini Indonesia berada di peringkat 16 dunia. Untuk membangun kegemaran membaca memerlukan sinergitas dengan semua stakeholder.

Mustikawati dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kaltim mengatakan maksud dan tujuan acara tersebut adalah menyatukan gerak dan langkah untuk mewujudkan masyarakat yang gemar membaca. Pengembangan perpustakaan dan peningkatan gemar membaca mendukung Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia Maju. Sasaran kegiatan adalah guru SD, SMP, SMA, dan sekolah sederajat.

Hingga saat ini di Kaltim baru ada 71 perpustakaan. Sebagian besar ada di Berau, disusul Bontang. Dan beberapa lainnya tersebar di kabupaten/kota lain di Kaltim.

"Kita perlu minta, tapi kita juga perlu fasilitasi, itu tugas pemerintah. Salah satunya adalah ketersediaan bahan-bahan bacaannya itu penting sekali apalagi untuk daerah-daerah pedalaman. Bahan bacaan dalam bentuk fisik itu penting walau sekarang sudah banyak sumber bacaan tidak hanya fisik," ucap Hetifah Sjaifudian, wakil ketua Komisi X DPR RI.

“Nah, jadi sekarang kita sedang merumuskan berbagai hal dan alhamdulillah, Perpusnas menjadi motor. Nanti juga ada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kita sudah mempunyai peraturan perundang-undangan juga untuk menjadi payung agar pemerintah juga hadir sebagai upaya meningkatkan minat baca dan kecerdasan kita dalam literasi berbagai hal,” lanjutnya.

Perpustakaan nasional dan perpustakaan di daerah juga telah mengubah cara pendekatan kepada generasi milenial. Tak harus ke perpustakaan, masyarakat saat ini bisa mengakses buku-buku perpustakaan secara daring. Contohnya di Perpusnas ada aplikasi ipusnas dan Perpusda Kaltim memiliki iKaltim. Hal ini merupakan bentuk transformasi yang dilakukan pemerintah untuk mendekatkan perpustakaan kepada generasi yang serba digital. 

"Dan transformasi yang lebih penting lagi, akibat Covid-19 banyak sekali masyarakat yang terpengaruh kesejahteraan dan ekonominya. Nah, perpustakaan sekarang menjadi pusat inklusi sosial. Jadi kalau orang perlu informasi, misalnya bagaimana alih profesi atau bagaimana memulai sesuatu, contohnya untuk berwirausaha ataupun bagaimana kita ingin mencoba sesuatu yang baru, perpustakaan adalah tempatnya," ucap Hetifah.

"Jadi, perpustakaan itu bukan sekadar tempat memajang buku tapi berilmu dalam arti luas. Kita akan support semaksimal mungkin. Karena kita juga sudah punya payung hukumnya ya. Semoga nanti Kementerian Keuangan juga bisa memahami ya, minat ini harus di respon dengan fasilitas yang cukup."

Generasi milenial Kaltim dicontohkan oleh Hetifah, terutama di Balikpapan, menjadi kota kreatif di Indonesia dalam bidang digital. Bukan hanya memanfaatkan digital tapi juga memproduksi. Seperti game developer dan juga membuat aplikasi.

Anak-anak Kaltim dianggap sangat mumpuni menjadi sumber perubahan dengan memanfaatkan teknologi. Pemerintah memberi dukungan agar potensi itu bisa terakomodir.

“Saat ini minat baca semakin tinggi di Kaltim. Tetapi bahan bacaannya tidak ada. Mengandalkan teknologi sepenuhnya saat ini juga tidak memungkinkan karena belum meratanya hingga ke pedalaman,” pungkasnya. (*)

 

 

Editor: Bobby Lolowang

 

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar