Ragam

Klandasan dan Eksistensi Coto Makassar

person access_time 1 year ago
Klandasan dan Eksistensi Coto Makassar

Deretan penjual Coto Makassar di Klandasan Balikpapan. Warung di pinggi pantai itu sudah ada sejak 1981. FOTO: SEPTIANUS HENDRA/KK

Kulineran di Balikpapan, tak lengkap sebelum mampir ke Klandasan. Coto Makassar bisa jadi pilihan tepat sembari menikmati suasana pantai.

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Sabtu, 04 Februari 2023

kaltimkece.id Gempuran resto dan cafe kekinian, ternyata tak selalu mampu menggerus eksistensi jajanan tradisional. Di Balikpapan, tepatnya kawasan Klandasan, para penyaji Coto Makassar jadi buktinya. Tak hanya sekadar bertahan. Meski pelan, mereka ternyata terus bertumbuh.

Lausi dengan raut wajah serius, terus melayani pembeli. Kuah dari panci besar di atas pemanas, diciduk lalu dituang ke mangkok berisi potongan daging bercampur bumbu. Sebelumnya, pria 40 tahun itu memotong daging dan jeroan sapi yang telah di rebus dengan rempah-rempah. Sambil menyajikan coto, kepada kaltimkece.id, Lausi bertutur tentang pengalamannya berjualan Coto Makassar.

Selepas tengah hari, pada Jumat, 3 Februari 2023, kaltimkece.id mampir ke kedai Lausi. Di kedainya, setiap hari Lausi bisa menyajikan minimal 30 mangkok coto. Kemampuannya meracik coto didapat dari pengalaman bertahun tahun sebagai karyawan. Lausi kini mampu mandiri. Pengalamannya bekerja pada kedai coto milik Haji Judding, jadi bekal untuknya berdikari.

"Saya dulunya hanya karyawan yang bekerja di warung Coto Makassar Haji Judding, kemudian buka warung sendiri di tahun 2014" ucap Lausi.

Dengan memilih nama kedai Coto Makassar Andi, Lausi membuka kedai tak jauh dari lapak mantan juragannya. Haji Judding memang lebih dulu membuka kedai sejak 1985. Juga, di kawasan Klandasan.

Lokasi di pinggir pantai sisi selatan Balikpapan itu memang layak jadi tempat bersantai. Langsung menghadap ke timur, ke arah Selat Makassar.

Bagi Lausi, berkesempatan membuka warung sendiri, adalah anugerah. Hasil kerja keras dan menabung, uang Rp 20 juta di tabungannya, jadi modal awal. Kini, dirinya sudah bisa mempekerjakan 3 karyawan.

"Kalau hari Sabtu dan Minggu bisa laku sampai 100 porsi, kalau hari-hari biasa bisa 20 sampai 30 porsi saja" ucap pemilik warung Coto Makassar Andi itu.

Kawasan Klandasan sendiri dikelola Pemkot Balikpapan. Para pedagang yang membuka lapak, harus membayar Rp 5 ribu per hari yang dihimpun oleh Dinas Pasar Klandasan. Itu sebagai kompensasi penggunaan petak seluas 25 meter persegi. Lausi sendiri kini mengelola dua petak.

"Tempat ini punya pemerintah jadi kita bayar biaya retribusi lima ribu rupiah per hari untuk per petaknya" jelas Lausi.

Keberadaan sajian Coto Makassar di Klandasan ini ternyata memiliki peminat sendiri. Alex, seorang pengunjung yang sedang menikmati Coto Makassar mengatakan, ada hal yang berbeda dan menarik dari coto di lokasi tersebut, sehingga membawanya ke Klandasan.

"Lokasinya yang bagus dengan angin-angin pantai, serta puas memakan ketupat dan menambah es teh yang membuat saya kesini, kalo soal rasa jangan ditanya lagi," ucap Alex.

Selain Lausi dan Haji Judding, di kawasan Klandasan, memang cukup familiar dengan para penjual coto.  Beragam nama yang dipakai. Mulai dari Coto Makassar Haji Judding, Haji Kasim, Andi dan beberapa warung Coto Makassar lain. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai berjualan sejak 1981.

Coto Makassar ini pun dikelola secara turun temurun. Coto Makassar Haji Kasim misalnya. Anak dari pemilik Coto Makassar Haji Kasim, yang tidak bersedia namanya disebut, menceritakan bagaimana keluarganya sampai menjual Coto Makassar di tersebut. Kini, delapan karyawan sudah dipekerjakan di warung Haji Kasim.

"Coto Makassar di sini sudah ada dari tahun 1981, dibuka oleh bapak saya yaitu Bapak Haji Kasim (almarhum), dan kini dilanjutkan oleh ibu saya," ucap pria berusia 38 tahun itu, pada Sabtu, 4 Februari 2023 .

Warung-warung coto ini bakal lebih ramai pada akhir pekan. Pengunjung bukan hanya dari Balikpapan. Tapi juga dari daerah lain seperti Tenggarong, Samarinda dan Bontang. "Pembeli yang datang ke sini itu bukan cuma warga Balikpapan saja, tapi jika Sabtu dan Minggu yang datang banyak dari Samarinda, Tenggarong dan Bontang ," lanjutnya.

Deretan penjual Coto Makassar di Klandasan Balikpapan. Warung di pinggi pantai itu sudah ada sejak 1981. FOTO: SEPTIANUS HENDRA/KK

Nama Haji Kasim cukup melekat pada beberapa warung coto. Di Balikpapan, ada bebepa cabang.  Warung yang memiliki 8 orang karyawan tersebut telah memiliki cabang-cabang yang ia buka dibeberapa tempat di kota Balikpapan.

"Haji Kasim sendiri sudah ada cabang dibeberapa tempat seperti di Manggar, Teritip, Sepinggan dan di Kilo Meter 13" jelas anak kelima dari Haji Kasim itu.

Coto Makassar di Klandasan seakan tidak saling bersaing. Itu terlihat dari kesepakatan para penjual untuk menetapkan harga yang sama. Semua harga sama. Dipatok Rp 30 ribu per porsi. "Kami berharap agar warga masyarakat mengajak teman dan keluarganya untuk datang kesini mencoba Coto Makassar di sini yang memiliki keunikannya sendiri," tutupnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar