Ragam

Pesta Kostum Anime dan Cara Jepang Memperbaiki Citra

person access_time 1 year ago
Pesta Kostum Anime dan Cara Jepang Memperbaiki Citra

Dua perempuan memamerkan konstum kebangaannya dalam acara Comecora di Gedung Serbaguna Sempaja, Samarinda. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Acara cosplay di Samarinda tak hanya jadi ajang memamerkan karakter kebanggaan tapi juga peluang mendulang cuan. Apa misi khusus di balik anime dan manga Jepang?

Ditulis Oleh: Muhammad Al Fatih
Kamis, 15 Juni 2023

kaltimkece.id Mengenakan pakaian cokelat mirip kimono dan topi pantai berwarna kuning, Maskur Slumber berjalan santai di antara kerumunan orang di Gedung Serbaguna Sempaja, Samarinda. Sekilas, ia tampak seperti Luffy, seorang protagonis utama dalam serial anime dan manga One Piece karya Eiichiro Oda.

Sore itu, Ahad, 11 Mei 2023, Maskur mengikuti Comic Games Cosplay Raya (Comecora). Ia tak sendiri, sejumlah orang dari berbagai komunitas dan pegiat costume play di Samarinda juga terlibat dalam acara permainan kostum ini. Kepada kaltimkece.id, Maskur mengakui, kostum yang dipakainya mengikuti penampilan Luffy. Ia mendapatkan kostum tersebut dengan menyewa Rp 120 ribu di jasa penyewaan.

“Saya terobsesi dari semangat dan solidaritas Luffy terhadap sahabat-sahabatnya,” terangnya. Ia menambahkan, ajang cosplay ini adalah yang pertama diikutinya.

Peserta Comecora lainnya, Muhammad Ardiansyah, punya cerita berbeda dari Maskur. Ia mendesain penampilannya mirip Denji, karakter dalam komik Chainsaw Man. Kostum tersebut ia buat sendiri. “Biaya pembuatannya mencapai 250 ribu,” sebutnya.

Kegiatan yang berlangsung hingga malam itu tak hanya diramaikan para peraga kostum. Sejumlah stan yang menjual berbagai barang khas anime dan manga Jepang berdiri di tengah acara. Barang-barang tersebut, antara lain, stiker, totebag, hingga action figure.

Salah seorang pedagang di acara tersebut adalah Zhan Azmi. Ia menjual gambar karakter hasil ciptaannya sendiri. Karakter yang diberi nama Kamen Drawer Azmi itu terinspirasi dari Kamen Rider, serial legendaris Jepang. Kepada kaltimkece.id, Azmi mengatakan, selama dua hari mengikuti acara, dagangannya laris manis. “Yang paling laku stiker,” bebernya.

Penampilan Maskur Slumber dalam Comecora di Samarinda. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Pedagang lainnya, Annisa Nisfihani, juga mengomersialkan karakter hasil imajinasinya yang diberi nama Adimas dan Adelia. Kedua karakter dengan nama pendek Mas dan Adek itu diwujudkan dalam pernak-pernik seperti stiker, gantungan kunci, hingga poster. Annisa menerangkan, karakter Mas dan Adek merupakan karakter dalam komik Pasutri Gaje yang juga buatannya. Komik tersebut hadir di Webtoon. Pembacanya cukup banyak dengan rata-rata 100 ribu pembaca di setiap episodenya. Pada 2019, serial ini menjadi Webtoon lokal terpopuler.

“Mas dan Adek merupakan sepasang suami-istri pegawai negeri sipil yang baru saja menikah,” terang Annisa.

Serial Pasutri Gaje terhenti pada 2021. Penyakit ginjal yang diidap Annisa menjadi kendalanya. Padahal, serial tersebut sudah mendekati akhir cerita. Annisa mengaku kerap mendapat pertanyaan dari orang-orang mengenai kelanjutan nasib Adimas dan Adelia. “Semoga bisa segera melanjutkan cerita Pasutri Gaje,” ucap perempuan asal Tenggarong itu.

Walau demikian, kemunculan Pasutri Gaje di Webtoon sudah mendapat tempat di hati banyak orang. Dagangan Annisa di Comecora pun laku keras. Ia memasang target meraup Rp 5 juta dari acara ini. Ia mengucap syukur banyak orang mengenali karakter-karakternya.

Annisa Nisfihani, pedagang pernak-pernik karakter kartun. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Ditemui jelang berakhirnya acara, Anjas Kusuma dari Infinity, event organizer yang mengadakan Comecora, mengatakan, acara ini dibuat untuk menghidupkan ekosistem komunitas kreatif. “Supaya komunitas-komunitas yang ada bisa kumpul semua,” singkatnya.

Di Balik Komik dan Animasi Jepang

Kehadiran komik dan animasi Jepang diyakini bukan sekedar hiburan semata. Ada maksud terselubung di baliknya. Dosen Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Mulawarman, Frisca Alexandra, mengatakan, budaya pop Jepang termasuk manga dan anime merupakan bagian dari diplomasi untuk memperbaiki citra Jepang di mata dunia yang sempat rusak akibat perang.

“Setelah perang dunia kedua, Jepang dianggap sebagai penjahat perang,” kata Frisca. Dalam perang tersebut, Jepang bersama Jerman dan Italia menjajah sejumlah negara. Indonesia termasuk negara yang sempat dijajah Jepang.

Belakangan, beber Frisca, Jepang membentuk lembaga khusus untuk praktik diplomasi kebudayaan. Lembaga tersebut bernama Japan Foundation. Dibentuk pada 1972, lembaga ini bermisikan memperbaiki citra Jepang.

Suasana acara Comecora di Gedung Serbaguna Sempaja, Ahad, 11 Mei 2023. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Frisca menjelaskan, diplomasi terbagi menjadi dua yaitu hard power diplomacy dan soft power diplomacy. Hard power diplomacy biasanya berkaitan dengan isu-isu keamanan negara. Sedangkan soft power diplomacy menggunakan kebudayaan sebagai instrumen diplomasinya. Selain Jepang, Korea Selatan juga disebut menggunakan soft power diplomacy. Akan tetapi, cara dan tujuan kedua negara tersebut berbeda. Jika Jepang menggunakan manga dan anime untuk memperbaiki citra, Korsel mencetuskan K-Pop untuk meningkatkan perekonomianya.

Seiring berjalannya waktu, Korea Selatan dan Jepang menyadari ada potensi besar di balik diplomasinya itu, bukan sekedar ajang peningkatan ekonomi dan pencitraan. “Kini, Korea Selatan dan Jepang memanfaatkan produk kebudayaan untuk mengenalkan identitas mereka di dunia,” terang Frisca.

Cara yang digunakan kedua negara tersebut untuk mengenalkan identitas, sambung dia, yaitu menggunakan gastro-diplomacy atau mengenalkan makanan khas. Jepang, misalnya, kerap menampilkan karakter Naruto menyantap ramen. Begitu pula adegan-adegan makan dalam drama Korea. Hasil dari ‘diplomasi kuliner’ ini dapat dilihat dari menjamurnya restoran-restoran Korea Selatan dan Jepang.

“Indonesia pun, saya melihat, sudah ada upaya-upaya mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui pop culture,” sebut Frisca.

Salah satu upaya mengenalkan kebudayaan Indonesia disebut terdapat dalam film Ngeri-Ngeri Sedap. Disutradarai komika Bene Dion Rajagukguk, film tersebut telah tayang di Netflix global dengan judul Missing Home. Frisca mengatakan, film tersebut berkontribusi dalam memperkenalkan kebudayaan Batak. Walau demikian, ia merasa, usaha pemerintah memperkenalkan kebudayaan Indonesia belum maksimal.

“Pemerintah harus berperan aktif dalam mendukung insan-insan kreatif di Indonesi dalam menyebarkan kebudayaan Nusantara ke dunia,” tutupnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar