Ragam

Tato dan Maknanya Bagi Suku Dayak

person access_time 1 year ago
Tato dan Maknanya Bagi Suku Dayak

Sam (kiri), seniman tato di Samarinda. FOTO: Kristantus Lung Ngo.

Tradisi menato tubuh menjangkit anak muda. Bagi sejumlah Suku Dayak, tato memiliki arti yang amat penting.

Ditulis Oleh: Kristantus Lung Ngo
Selasa, 11 April 2023

kaltimkece.id Setelah membatalkan puasa, Sam segera menyalakan mesin pembuat tato. Pria berusia 27 tahun itu kemudian menempelkan jarum mesin tersebut di lengan kiri seorang bule yang tengah duduk di studio tatonya. Dengan penuh keawasan, Sam melukiskan sesuatu yang menarik di tubuh tersebut. Gambar itu sesuai permintaan si pemilik tubuh.

Malam itu, Kamis, 7 April 2023, reporter kaltimkece.id berkunjung ke studio tato milik Sam di Jalan Remaja luar, RT 28 Nomor 15, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Samarinda Utara. Ia mempersilakan awak media ini melihat aktivitasnya dari dekat. Seusai merajah, Sam bercerita panjang tentang usahanya.

Sebermula dari beberapa peralatan tato yang ia beli pada 2014. Peralatan tersebut ia gunakan untuk belajar menato secara mandiri. Lambat laun, Sam mulai mahir membuat lukisan di tubuh. Pada 2017, ia memberanikan diri membuka studio tato. Sejak saat itulah, ia menjadi artis tato–sebutan bagi pembuat tato profesional.

Tak hanya untuk bisnis, Sam juga kerap menyalurkan bakatnya di sejumlah festival tato. Ia mengaku, dua kali mendapatkan juara dua dalam kompetisi tato tingkat nasional. Selain itu, ia pernah mengikuti festival tato berskala internasional di Bali pada 2022. Walau tidak mendapatkan juara, Sam mengucap syukur bisa terlibat dalam ajang tersebut.

“Event tersebut tak hanya diikuti artis tato Indonesia tapi juga banyak artis tato dari negara lain. Jadi, kami bisa saling bersilaturahmi,” ucapnya seraya tersenyum.

Lebih lanjut, Sam mengatakan, ada beberapa bagian tubuh yang susah digambar. Bagian-bagian itu yakni leher, lutut atau siku, dan perut. Baginya, butuh usaha lebih ekstra untuk melukis di bagian-bagian tersebut.

Salah satu penghargaan yang pernah didapat Sam, penato dari Samarinda. FOTO: Kristantus Lung Ngo

Tato Bagi Suku Dayak

Selain sebagai bentuk ekspresi manusia, tato juga menjadi identitas Suku Dayak. Bagi sebagian besar Suku Dayak yang mayoritas bermukim di Kalimantan, manato tubuh adalah sebuah tradisi. Tradisi tersebut telah dijalankan sejak lama dan menjadi bagian dari upacara adat. Salah satu sub-Suku Dayak di Kalimantan Timur yang melaksanakan tradisi tersebut adalah Suku Dayak Bahau.

Seniman sekaligus pemerhati tato, Rikardo Junius Wang, 21 tahun, memberikan penjelasan. Dalam tradisi Dayak Bahau Busaang, tato merupakan tanda kasta atau tingkatan sosial masyarakat suku tersebut. Tingkatan tersebut terdiri dari kaum raja atau hipui dalam bahasa Dayak, masyarakat kelas menengah (penggawa), dan masyarakat bawah (panyin). Setiap tingkatan memiliki tato dengan ciri khas tertentu.

“Tato bagi seorang Dayak Bahau Busaang biasanya juga menandakan keperkasaan (lakin) dalam hal berperang. Orang lakin yang memiliki tato disebut belataat,” kata Wang kepada kaltimkece.id.

Tato bagi Suku Dayak memiliki makna yang sangat penting. Tato-tato buatan suku ini biasanya memiliki motif yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Wang membeberkan beberapa arti tato dalam kebudayaan Dayak. Pertama, tato adalah identitas dan penanda tingkatan sosial masyarakat Dayak. Kedua, dalam tradisi Dayak Bahau Busaang, tato merupakan lentera yang akan menerangi perjalanan mereka di alam baka.

“Masyarakat Dayak Bahau mempercayai, di alam kematian, tubuh yang bertato akan memancarkan cahaya. Lentera itulah yang akan menuntun mereka menuju surga (telaang julaan),” jelas Wang.

Kegiatan menato tubuh. Tradisi ini kini digemari banyak anak muda. FOTO: Kristantus Lung Ngo

Tato Banyak Diminati Anak Muda

Dewasa ini, kegiatan menato tubuh semakin populer di Kaltim. Tidak sedikit anak muda yang menato tubuhnya. Motifnya pun beragam macam, mulai dari motif tribal, hewan, hingga bunga. Biasanya, mereka menanto tubuh sebagai bentuk ekspresi dan kecintaan terhadap seni.

Seperti yang dilakukan Joni Pranata, pengusaha kedai wedang suguhan di Samarinda. Pemuda berumur 23 tahun itu telah menato tubuhnya. Menurutnya, tato melambangkan kemerdekaan bagi si pemilik tubuh. Itulah motivasinya membuat tato di tubuhnya.

“Tidak ada yang salah memiliki tato. Sebagian masyarakat menganggap tato adalah cerminan kriminalitas. Pemikiran itu sekarang sudah kuno. Bukan tato yang jahat melainkan watak dari individu itulah yang jahat,” ucap Joni kepada kaltimkece.id.

Dia berharap, semakin banyak masyarakat Kaltim yang tertarik dan menghargai budaya tato. Dengan semakin terbukanya pandangan masyarakat terhadap tato, kebudayaan tato di provinsi ini diyakini semakin terjaga dan berkembang dengan baik. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar