Olahraga

Iqbal, Pesilat Kaltim yang Berlaga di Asian Games 2018

person access_time 5 years ago
Iqbal, Pesilat Kaltim yang Berlaga di Asian Games 2018

Pesilat dari Kaltim, Iqbal Chandra Pratama (foto: istimewa)

Berusia belia
Memanjat asa
Demi juara Asia

Ditulis Oleh: Sapri Maulana
Sabtu, 18 Agustus 2018

kaltimkece.id Langit belum bercahaya ketika Iqbal Chandra Pratama, 22 tahun, sudah bangkit dari tempat tidur. Atlet pencak silat dari Kaltim itu segera mengambil air wudu lalu menunaikan salat subuh. Sejam kemudian, pada pukul enam pagi, pemuda itu menuju tempat latihan. Iqbal harus memastikan persiapannya sempurna menjelang hajatan olahraga terbesar se-Asia, Asian Games 2018. 

Kamis, 16 Agustus 2018, Iqbal berlatih selama satu setengah jam di Pusat Pelatihan Nasional, Pelatnas, Jakarta. Porsi latihannya telah dikurangi dari biasanya dua setengah jam sehari. “Tinggal mengasah kemampuan karena hari pertandingan semakin dekat,” terang Iqbal kepada kaltimkece.id yang menemuinya di arena latihan. 

Iqbal adalah warga Jalan Revolusi, Karang Paci, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda. Darah pencak silat telah mengalir dalam diri lelaki kelahiran 12 Mei 1996 tersebut. Ayah dan ibunya, Marjuki dan Mairina Nawi, juga atlet pencak silat. Di bawah bimbingan kedua orang tua, Iqbal mulai mengenal cabang olahraga bela diri tersebut sejak duduk di bangku kelas 4 SD. 

“Mungkin bakat orangtua menurun kepada saya,” tutur Iqbal menjelaskan “silsilah” keluarganya. 

Tidak mengherankan bila Iqbal dipercaya membela tim nasional pencak silat Indonesia sedari beranjak dewasa. Ketika berusia 20 tahun, Iqbal sudah berlatih di Pelatnas. Dia baru saja meraih medali emas dalam Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional 2015 di Nanggroe Aceh Darussalam pada saat itu. 

Setelah masuk Pelatnas, pemuda dengan potongan rambut cepak itu menorehkan sederet prestasi. Dia meraih medali emas di ASEAN University Games 2016. Pada tahun yang sama, Iqbal mendapat medali perak dalam pekan olahraga nasional di Jawa Barat. Tahun ini, dua medali emas juga diraih dalam kejuaraan kelas dunia. Medali datang dari Belgia Open 2018 dan Invitation Tournament Asian Games 2018. 

Kini Iqbal menghadapi pertandingan terbesar dalam hidupnya, Asian Games 2018. Peluang Iqbal meraih medali emas di ajang ini terbuka lebar. Pencak silat adalah bela diri yang berasal, salah satunya, dari Indonesia. Lagi pun, Indonesia berposisi sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Dukungan mayoritas penonton mutlak jatuh kepada Tim Merah Putih. 

Meskipun dipayungi banyak faktor pendukung, Iqbal tak ingin jemawa. Dia mengatakan, hanya berusaha memberikan yang terbaik yakni menyumbangkan medali emas. “Segala kemungkinan bisa terjadi. Lawan-lawan juga kuat,” ucapnya. 

Dalam peta pencak silat dunia, pesaing utama Indonesia di cabang olahraga bela diri ini adalah Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Iqbal bertekad mengalahkan lawan-lawannya dan menjadikan pencak silat sebagai budaya yang membanggakan negara. Dari Asian Games 2018 pula, Iqbal berharap, Indonesia bisa membuktikan sebagai penguasa cabang olahraga tersebut. 

“Pencak silat adalah budaya kita. Kita harus buktikan bahwa pencak silat adalah milik kita dan kita yang menguasainya,” kata Iqbal membulatkan tekadnya.

Baca juga: Fachri Husaini, Legenda Bontang di Balik Sukses Timnas U-16

Pelatih Pelatnas Pencak Silat Indonesia, Rony Saifullah, memberikan pujian tinggi kepada Iqbal. Menurutnya, Iqbal adalah atlet yang sangat potensial. Masih berusia muda, Iqbal sudah menguasai teknik dengan baik, begitu pula mental bertanding.

“Iqbal Chandra sangat berpotensi,” terang Rony kepada kaltimkece.id, Kamis, 15 Agustus 2018.

Sang pelatih berharap, para atlet termasuk Iqbal tetap fokus karena jadwal pertandingan semakin dekat. Setelah pembukaan Asian Games 2018 pada Sabtu, 18 Agustus, pertandingan cabang olahraga pencak silat dimulai 23 Agustus. Tim pencak silat Indonesia menurunkan 22 atlet di Asian Games 2018 yang bertanding di 16 nomor. Target cabang olahraga ini adalah juara umum. 

Pencak Silat, Sejarah dan Perkembangannya

Selaku praktisi pencak silat, Rony mengatakan, lawan berat pencak silat adalah negara-negara Asia Tenggara. Ada pula negara dari Timur Tengah maupun Asia tengah seperti Iran, Kazakhstan, dan Kirgistan. Namun demikian, Asia Tenggara tetap menjadi poros kekuatan utama pencak silat. 

Hal itu tidaklah mengherankan. Ditilik dari sejarahnya, pencak silat telah dikenal sejak abad-abad terdahulu oleh masyarakat Melayu. Di Semenanjung Malaysia dan Singapura, pencak silat dikenal dengan nama gayong dan cekak. Thailand menyebut bela diri ini sebagai bersilat, sementara Filipina Selatan memanggilnya pasilat (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, 2006, hlm 44). 

Di Indonesia, Ikatan Pencak Silat Indonesia atau IPSI dibentuk pada 18 Mei 1948 di Surakarta. Wongso-negoro adalah permrakarsanya. Namun, baru pada 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa atau Persilat didirikan. Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, bersama Indonesia ditetapkan sebagai pendiri Persilat. Pencak silat akhirnya dipertandingkan sebagai cabang olahraga uji coba pada Asian Games 1999 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. (*)

Editor: Fel GM

Senarai Kepustakaan
Nenggala, Asep Kurnia, 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, Jakarta: Grafindo Media Pratama.

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar