Humaniora

Menengok Ramainya Perpustakaan Mandiri yang Dibangun Seorang Ibu Rumah Tangga di Samarinda

person access_time 2 years ago
Menengok Ramainya Perpustakaan Mandiri yang Dibangun Seorang Ibu Rumah Tangga di Samarinda

Maulidya bersama putranya di perpustakaan Ramah Baca (foto: giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Maulidya menyulap garasi rumahnya menjadi perpustakaan. Ratusan judul buku boleh dipinjam dengan percuma. 

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 10 Mei 2022

kaltimkece.id Maulidya Risdza Rindawan dengan sigap menangkap kebosanan dari raut wajah putra sulungnya. Walaupun baru berusia lima tahun, anaknya yang bernama Raziq Habibie Alamsyah itu sudah pandai membaca. Semua komik di kamarnya habis dilahap. Ibu rumah tangga berusia 33 tahun itu sadar, putranya persis seperti dirinya yang gemar membaca. 

Pada Oktober 2018, Maulidya yang baru beberapa bulan menetap di Jalan Kelengkeng, Voorvo, Kelurahan Gunung Kelua, Samarinda Ulu, lantas memutar akal. Sebuah ide terlintas. Bagaimana bila anak-anak di sekitar rumahnya diajak membaca bersama. Jika ramai, membaca tentu lebih seru buat mereka. Putranya pun bisa punya banyak teman.

Mendirikan sebuah perpustakaan untuk anak-anak adalah cara yang terpikir di kepala Maulidya. Sebenarnya, ide ini sudah muncul sejak ia kuliah. Alumnus Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yang lulus pada 2010 tersebut rajin ke perpustakaan. Maulidya ingin punya perpustakaan sendiri suatu saat nanti. 

_____________________________________________________PARIWARA

Ikhtiar itu dimulai ketika Maulidya mendesain rumahnya. Sebagai seorang arsitek, ia menyiapkan ruang yang lega untuk halaman depan sekaligus garasi. Setelah mendapat izin suami, pekarangan itu disulap menjadi perpustakaan. Lebarnya sekira 7 meter, panjangnya 5 meter. Tidak ada dinding maupun sekat. Sirkulasi udaranya alami tanpa pendingin ruangan. Ketika perpustakaan sedang dipakai, kendaraan mesti dikeluarkan dahulu dari garasi. 

Maulidya kemudian menggelar karpet di lantai. Koleksi buku anaknya ditaruh di dua rak yang tingginya bisa memuat lima susun pustaka. Perpustakaan itu ia namakan Ramah Baca, kependekan dari nama dua anaknya yaitu Raziq Habibie Alamsyah dan Ammar Hafizh Alamsyah. 

Menjelang hari pembukaan pada 2018, Maulidya mengundang anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Ia mendesain selebaran yang dibagikan kepada tetangga. Iseng-iseng, Maulidya menghubungi kenalannya yang seorang pendongeng bernama Fitri Susilowati. Ketua Kampung Dongeng Kaltim itu diminta doa buat pembukaan perpustakaan. Tak disangka, Fitri hadir pada hari pembukaan sekaligus mendongeng untuk anak-anak. 

"Jadinya ramai banget. Sejak saat itu, anak-anak selalu datang ke sini pada akhir pekan. Mereka membaca bersama Sabtu dan Minggu sore ketika tidak ada pelajaran mengaji,” tutur Maulidya kepada kaltimkece.id

Melihat minat membaca anak-anak yang tinggi, Maulidya dan suami ikut bersemangat. Pasangan ini berdiskusi untuk menyusun tema membaca yang diangkat pada pertemuan selanjutnya. Berbagai tema pun disiapkan. Ada tema membaca buku bertema sains yang diselingi percobaan. Tema kuliner adalah yang selanjutnya. Youtuber Dapur Azizam Samarinda diundang. Waktu itu, kenang Maulidya, anak-anak begitu gembira ketika diajak memasak sambil mengenal bahan-bahan masakan. 

“Jadi mereka tidak hanya membaca, ada praktiknya juga,” terangnya. Ia melanjutkan, “Perpustakaan Ramah Baca ini memang didirikan untuk memberi kemudahan bagi banyak orang mencari literasi dan sebagainya. " 

Maulidya tak setengah-setengah. Punya banyak kenalan, ia mengajak kolega-koleganya untuk menemui anak-anak di perpustakaan. Rekan-rekannya itu menjelaskan berbagai profesi kepada anak-anak. Ada dokter gigi, dokter hewan, presenter, pramugari, jaksa, wartawan, guru, hingga penulis. Semua diundang bergantian setiap pekan. 

Seluruh kegiatan tersebut Maulidya bagikan di Instagram. Ia mengaku, banyak menerima pertanyaan mengenai boleh tidaknya anak-anak yang bukan dari lingkungan tersebut dapat bergabung. "Saya justru berharap, perpustakaan mandiri seperti ini ada di setiap kelurahan di Samarinda. Saya yakin pasti bisa," terangnya.  

Ramah Baca kini telah berdiri selama tiga tahun. Di luar Sabtu dan Minggu, koleksi buku di perpustakaan mandiri ini bisa dipinjam secara daring maupun luring dan gratis. Dengan demikian, anak-anak yang tempat tinggalnya jauh dari Ramah Baca bisa ikut meminjam. 

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Maulidya juga selalu memvideokan setiap anak yang meminjam buku. Ia berpesan, buku yang dipinjam dalam keadaan baik harus dikembalikan dalam kondisi yang baik pula. Dari situlah, anak-anak bisa belajar tanggung jawab. 

Sementara itu, koleksi pustaka Ramah Baca terus bertambah. Maulidya mengaku, donasi buku terus berdatangan. Donasi ini datang dari upaya anggota grup WhatsApp yang berisi orangtua dari anak-anak tadi. Sekarang, Ramah Baca telah memiliki koleksi buku remaja, pelajar SMP, SMA, hingga mahasiswa. Semuanya dapat dipinjam secara gratis dengan batasan waktu peminjaman. 

“Di tengah gempuran konten video dan game online di era digital, membaca buku masih sangat relevan. Dari dulu sampai sekarang, membaca itu adalah jendela dunia,” tutupnya. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar