Pariwara Kutai Timur

Kemeriahan Pesta Adat Pelas Tanah Jilid III

person access_time 5 years ago
Kemeriahan Pesta Adat Pelas Tanah Jilid III

Foto: Wak Hedir (Humas Pemkab Kutim)

Pesta Adat Pelas Tanah jilid III: Pertahankan budaya, dongkrak potensi wisata.

Ditulis Oleh: PARIWARA
Selasa, 23 Oktober 2018

kaltimkece.id Ritual beluluh atau ajang penyucian agar kegiatan berjalan lancar dan sukses, menjadi pembuka Pesta Adat Pelat Tanah (PAPT) 2018 jilid III. PAPT merupakan rangkaian HUT ke-19 Kutim, digelar di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Kutim, Bukit Pelangi, Senin, 10 Oktober 2018. Gelaran budaya tersebut diselenggarakan Adat Besar Kutai dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kutim bekerja sama dengan Pemkab Kutim melalui Dinas Kebudayaan selama sepekan.

Mengenakan pakaian khas kutai, Bupati Kutim Ismunandar bersama sang istri, Encek UR Firgasih menjalani ritual. Ismunandar bergelar Pangeran Sura Praja dan Firga bergelar Raden Encek Ratna Putri. Duduk di kursi khusus di atas panggung, keduanya mengikuti ritual beluluh, disaksikan ratusan undangan dan warga.

Beluluh dipimpin seorang belian yang berperan mengucapkan doa memohon kepada yang maha kuasa guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, diluluhkan di atas buluh atau bambu.

Melalui PAPT, Ismunandar berharap dan menghimbau seluruh warga Kutim untuk membangun budaya Kutim yang menjadi bagian dari adat Kutai setiap tahun.

“Kutim tidak bisa dipisahkan oleh budaya Kutai. Nah, saya harapkan pelas tanah ini bisa menjadi tradisi budaya dan edukasi sejarah Kutai. Untuk itu, warga Sangatta bisa menonton langsung, ketika pulang mereka sudah tahu apa itu beluluh, mendirikan tiang ayu, menyalakan brong, hingga acara penutup,” ungkap Ismu.

PAPT menjadi barometer daya tarik wisata Kutim. Dengan harapan mempromosikan tradisi budaya nenek moyang hingga terdengar ke dunia internasional. Ismunandar mengatakan, PAPT merupakan wujud upaya mempertahankan budaya Kutai di Kabupaten Kutim.

"Karena dulu Kutim merupakan bagian dari kerajaan Kutai Kartanegara. Untuk itu, kita ingin melestarikan budaya Kutai di tanah ini," kata Ismunandar.

Dihadiri Kesultanan Kutai

Kesultanan Kutai Kartanegara Kukar Ing Martadipura Adji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat hadir sebagai tamu kehormatan. Menurutnya, PAPT adalah satu upaya melestarikan khazanah budaya di Kalimantan  Timur, khususnya adat istiadat dan budaya Kutai di Kabupaten Kutai Timur," kata Pangeran Adipati Prabu Anoem Surya Adiningrat.

Menurutnya, PAPT sudah menjadi tradisi asli budaya lokal dan tidak boleh mati di tengah jalan. Kutim dalam hal ini masih menjadi bagian dari Kukar untuk menjadikan PAPT tanah sebagai simbol kekuatan peninggalan nenek moyang terdahulu.

“Pelas tanah sudah memasuki tahun ketiga. Ini menjadi bukti daya tarik sekaligus daya jual pariwisata,” kata Anoem dalam sambutannya, usai mendirikan tiang ayu di Taman Bersemi, Kutim.

Anoem menilai, PAPT akan mengangkat ekonomi kerakyatan sebagai pesta budaya rakyat kutai. Ke depan, Anoem akan mengajak seluruh keluarga dan tim Kesenian dari Kesultanan Ing Martadipura pada PAPT 2019 di Sangatta.

Pertahankan Budaya 

Pesta Adat Pelas Tanah selama sepekan ini akan menonjolkan kearifan lokal serta adat budaya nusantara. Pesta ini tidak semata mempromosikan tradisi budaya leluhur nenek masyarakat adat di Kutim, namun bisa menjadi menjadikan aset pariwisata. Untuk menunjang ekonomi kerakyatan masyarakat yang tidak bertumpu pada sektor tambang (batubara) sebagai pendapatan asli daerah.

Menurut Kepala Adat Besar Kutai ABK Kutim Sayyid Abdal Nanang Al Hasani, PAPT tak hanya fokus pada ajang promosi tahunan akan tetapi terobosan mendukung pariwisata sekaligus melestarikan adat Kutai dan menyelaraskannya dengan adat budaya nusantara lainnya.

“Hasil dari pesta adat ini memantapkan strategi pariwisata sebagai penopang ekonomi daerah dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Selama 20 hingga 30 tahun ke depan sumber daya alam tambang batubara akan habis dan kita upayakan dari sekarang mencari penggantinya,” kata Sayyid usai menyalakan brong (obor) di Taman Bersemi. 

Gelaran PAPT didukung 28 Paguyuban Etnis di Kutim. Dikemas dengan konsep perencanaan matang untuk menarik minat masyarakat dari berbagai daerah.

“Agar peserta mengetahui budaya lokal Kutai serta budaya etnis lain di wilayah tersebut,” kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kutim, Rustam Effendi Lubis.

Dia menambahkan, pesta adat diharapkan meningkatkan daya tarik wisata di Kutim. Banyak yang akan ditampilkan selain memperkenalkan budaya asli turun-temurun. Sebab, panitia juga menggelar lomba olahraga tradisional, pentas seni, hingga karnaval budaya.

“Butuh promosi dan dukungan untuk mengembangkan potensi wisata berbasis sajian adat dan budaya tradisional sebagai daya tarik tersendiri. Selain potensi wisata alam Kutim yang juga sangat banyak untuk diperkenalkan kepada dunia,” kata Rustam.

Olahraga Tradisional

Mulai dari Asing Jaga atau gobak sodor, sumpit, hempas bantal, gasing, dan belogo warnai kemeriahan hari kedua gelaran PAPT jilid III. Mulai dari pelajar, dan masyarakat umum menjadi peserta berjumlah sekitar 200 orang. 

Menurut Ketua Panitia Adil Uddin, lomba dilaksanakan selama tiga hari ke depan dengan sistem gugur. Tujuannya, sebagai sarana edukasi masyarakat agar permainan tradisional lestari.

“Permainan tradisional ini ada nilai-nilai yang tidak boleh ditinggalkan,” tegas Kabid Pemberdayaan Olahraga Dispora tersebut.

Dia menilai, olahraga tradisional bisa mempererat hubungan silaturahmi dan mampu menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan di antara peserta. Baginya, momen tersebut dapat menimbulkan rasa kecintaan kepada tanah air dan sejarah leluhur, sehingga di era globalisasi dunia saat ini identitas sebagai anak bangsa semakin menampakkan jati dirinya. 

"Dunia boleh semakin modern, tetapi nilai budaya dan tradisi tetap menjadi sumber semangat dalam membangun negeri dan daerah," tutupnya. (pariwara/hms13/hms15)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar