Pariwara Mahakam Ulu

Geliat Pembangunan di Mahakam Ulu, Akhir 2021 Tak Perlu Lagi Keluar Ongkos Menyeberang

person access_time 3 years ago
Geliat Pembangunan di Mahakam Ulu, Akhir 2021 Tak Perlu Lagi Keluar Ongkos Menyeberang

Aktivitas sekitar pembangunan Jembatan Long Melaham. (nalendro priambodo/kaltimkece.id)

Ragam infrastruktur jalan dan jembatan terus dikemukakan di wilayah Mahakam Ulu.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Senin, 07 Desember 2020

kaltimkece.id Belasan kendaraan roda empat antre di kedua sisi Sungai Long Melaham, Kecamatan Long Bagun, Mahakam Ulu. Sebuah kapal kayu bermesin ganda sibuk menyeberangkan kendaraan berpenggerak roda ganda itu. Ketika bagian depan kapal sandar di salah satu tepi sungai, 1 sampai 2 kendaraan segera naik di atas lambungnya.

Sang motoris segera memutar haluan dari tepi Kampung Mamahak Besar ke sisi sungai arah Kampung Ujoh Bilang. Proses menyeberangi sungai selebar kurang lebih 15 meter itu tuntas dalam kurun waktu lima menit saja.

Setelahnya, beberapa pemilik kendaraan mengeluarkan minimal Rp 50 ribu per sekali melintas. Tarif itu hanya berlaku untuk penyeberangan roda empat tak bermuatan pada siang hingga sore hari. Tarif bisa mencapai Rp 100 ribu per sekali menyeberang bagi kendaraan roda empat bermuatan. Sementara, untuk kendaraan roda dua dikenakan tarif Rp 20 ribu per sekali penyeberangan. Sebagai informasi, jasa penyeberangan itu dikelola warga sekitar.

Julianus, warga Kecamatan Long Hubung mengaku kadang merasa berat mengeluarkan kocek hingga Rp 100 ribu per sekali penyeberangan. Apalagi, dalam sebulan, setidaknya, ia minimal harus dua kali pulang balik Long Bagun ke kampung halaman menggunakan kendaraan roda empat. Artinya, ia minimal harus mengeluarkan Rp 400 ribu sebulan hanya untuk menyeberang. “Uang segitu, lumayan buat dibelikan ongkos bensin,” ujar Julianus.

Lanjut pengusaha muda yang memiliki bisnis kuliner di permukiman Sebenaq, Kampung Ujoh Bilang ini, kehadiran Jembatan Sungai Long Melaham dinilai sangat bermanfaat bagi warga setempat. Ambil contoh, banyak peladang asal beberapa kampung mulai dari Mamahak Besar, Ujoh Bilang atau Long Bagun yang selama ini terpaksa mengeluarkan biaya penyeberangan untuk pergi ke ladang yang dipisahkan Sungai Long Melaham itu. “Harapan besar kami, Jembatan Long Melaham segera terbangun,” ujar Julianus.

Bupati Mahakam Ulu, Bonifasius Belawan Geh, menyadari hal ini sejak pertama kali menjabat pada 2016 silam. Ia juga mengetahui, tidak mungkin APBD Mahulu saja yang menjadi sumber pembiayaan infrastruktur. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, bupati berkali-kali menemui pemerintah pusat maupun provinsi. Sejumlah dana bantuan meluncur dan dipakai untuk membuka akses transportasi. Gotong royong pembangunan ini diharapkan mempercepat akses Mahakam Ulu terbuka.

Sebagai contoh, jalur darat penghubung Mahulu ke Kutai Barat panjangnya 134 kilometer. Jalur itu dihubungkan dua jembatan, Jembatan Long Melaham dan Jembatan Sungai Ratah di Kecamatan Long Hubung yang rencananya dibangun Pemprov Kaltim dan APBN. Hadirnya infrastruktur penghubung jalur darat itu diyakini bakal memangkas waktu dan biaya logistik pengiriman sembako maupun material pembangunan ke Mahulu yang dikenal berbiaya mahal karena harus melewati jalur sungai.

“Ketika akses terbuka, pengiriman material pembangunan, pergerakan orang, hingga arus barang pokok semakin ekonomis,” jelas Bonifasius kepada kaltimkece.id, awal September 2020.

Hal itu diamini Erik Kristianto. Pengusaha muda yang tinggal di Kecamatan Long Bagun ini mengaku harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengiriman ikan maupun ayam potong asal Kutai Barat. Rata-rata untuk pengiriman per satu boks seberat 100 kilogram harus mengeluarkan Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu untuk biaya pengiriman dengan speed boat atau kapal kayu. Tambahan biaya ini pada akhirnya membuat harga ikan maupun ayam potong yang ia jual jauh lebih tinggi ketimbang di Kutai Barat. Berkisar antara Rp 50 sampai 70 ribu per kilogram, bergantung pasang surut air sungai. Sementara, untuk biaya transportasi orang menggunakan speed boat dari Tering ke Mahulu Rp 300 ribu per orang.

 “Kalau air sungai lagi besar, bisa diangkut kapal kayu, kalau air sungai kecil terpaksa diangkut pakai speed boat. Biayanya pasti bertambah,” katanya.   

Dia berharap, pembangunan akses transportasi darat dari Mahulu ke kota lain di Kaltim segera terbangun. “Jika sudah terbangun, saya yakin harga sembako dan bahan bangunan di Mahulu bisa ditekan. Daya beli masyarakat meningkat dan pembangunan di Mahulu melesat lagi,” ucap Erik.

Pada tahun-tahun mendatang, menurut Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mahakam Ulu, Deckty Toge Manduli sudah ada komitmen pemerintah provinsi dan pusat membangun infrastruktur darat dari dan ke Mahakam Ulu.

Sebagai contoh akan dibangun Jembatan Sungai Ratah di Kecamatan Long Hubung yang akan dibiayai Pemprov Kaltim. Kedua jembatan yang masuk rute trans Kalimantan ini rencananya tersambung lewat jalan darat dari Kutai Barat ke Mahakam Ulu sepanjang 134 kilometer. “Akhir 2021 kita harap tidak perlu lagi warga membayar untuk menyeberang,” ucap Deckty, diwawancarai kaltimkece.id di kantornya pada akhir November 2020. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar