Pariwara Mahakam Ulu

Makna Penting Perladangan Padi Menetap di Jantung Kalimantan

person access_time 2 years ago
Makna Penting Perladangan Padi Menetap di Jantung Kalimantan

Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh beserta jajaran mengikuti panen perdana padi di ladang menetap 10 hektare di Kampung Long Isun 22 Maret 2022. Nalendro Priambodo (kaltimkece.id)

Program pertanian padi di ladang menetap memberi dampak besar bagi keseimbangan alam di Mahulu. 

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Senin, 28 Maret 2022

kaltimkece.id Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Bonifasius Belawan Geh tak henti-hentinya memotivasi para petani di Bumi Urip Kerimaan untuk mulai konsisten berladang padi menetap dengan teknik modern. Setelah sehari sebelumnya memberi arahan kepada puluhan kelompok tani di Kecamatan Long Bagun, keesokan harinya, Selasa, 22 Maret 2022, bupati beserta rombongan langsung bertolak ke Kampung Long Isun Kecamatan Long Pahangai.

Di kampung yang berada di Kecamatan yang berbatasan dengan Negeri Jiran Malaysia itu, Bonifasius ikut panen raya padi program ladang menetap 10 hektare per kampung. Bupati mengaku sangat senang perjalanan panjang menyusuri dua riam ganas ke Kecamatan Long Pahangai ditambah sejam menumpang perahu kelotok dan berjalan 20 menit menyusuri hutan ke ladang terbayar lunas. 

Sebabnya, warga di Kampung Long Isun berhasil melampaui target pembukaan dan penanaman padi ladang program padi ladang kering 10 hektare per kampung. Lahan yang terbuka di kampung itu mencapai 15 hektare dan 11 hektare berhasil ditanam dan sukses dipanen. 

Dalam dialog bersama kelompok tani, petinggi dan warga setempat, Bupati Bonifasius mengurai makna penting program usaha tani di lahan menetap 10 hektare per kampung yang digagas sejak 2021 lalu ini. 

Pertama, perihal mengapa harus ladang padi menetap. Bupati Bonifasius yang sejak belia menjadi petani padi ladang mengamati pertanian ladang berpindah – gilir balik karena petani ingin mencari lokasi baru yang lebih subur. 

“Sekarang tidak perlu lagi. Karena ada teknologinya yang bisa menyuburkan tanah. Oleh karenanya cukup di satu lokasi saja, kita bercocok tanam. Dengan adanya teknologi yang teruji, tanah akan subur, produksi pertanian meningkat dengan harapan tercapainya kesejahteraan petani kita," ungkap bupati ketika memberi arahan kepada para kelompok tani di Kampung Long Isun.

Masalah lain ketika ladang berpindah sambung pria yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Mahulu adalah derajat keasaman tanah. Dalam banyak kasus yang ia pelajari, banyak petani tradisional tidak mengukur karakter tanah di ladang baru. Apakah asam atau basa. Tanah yang terlalu asam atau basa membuat pertumbuhan tanaman padi terganggu dan buahnya sedikit. Bahkan, tak sedikit yang gagal panen. Idealnya, tanah yang cocok ditanami memiliki tingkat keasaman 5,5 sampai 7,5. 

Untuk mengetahui tingkat keasaman tanah biasanya diukur dengan Ph meter yang sering digunakan penyuluh pertanian. Sementara, ada beberapa langkah yang digunakan agar Ph tanah cocok untuk ditanami. Salah satunya dengan mencampur tanah dengan kapur pertanian. Oleh karena itu, ia meminta para penyuluh pertanian di Mahulu membantu memberi pemahaman kepada petani agar persoalan teratasi. 

Masih di persoalan lahan. Bupati Bonifasius juga mengajak masyarakat petani tidak hanya fokus menanam padi. Ia menyarankan lahan di sekitar ladang maupun ketika usai panen padi bisa ditanami komoditas lainnya yang cocok dan sesuai selera pasar. Bisa ditanam sayur mayur, buah sampai Kakao. Tujuannya, selain mendorong keanekaragaman pangan, juga meningkatkan pendapatan dan mengurangi pembukaan hutan di Mahulu yang berada di Jantung Kalimantan. 

“Pesan kami, jangan merambah hutan. Tetap jaga hutan kita. Karena keberadaan hutan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai produksi oksigen,” ujar bupati. 

Begitu pula ketika proses pemeliharaan. Bupati menyarankan para petani menggunakan pupuk organik. Untuk itu ia meminta para penyuluh pertanian yang dikomandani Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian rutin memberikan pendampingan intensif kepada petani. 

Termasuk juga pendampingan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung guna menyukseskan program ladang menetap 10 hektare per kampung. Dalam program ini, DPMK Mahulu memiliki kewenangan ; penyiapan regulasi, dukungan dana pembukaan, penanaman, penyediaan bibit, insentif pekerja, penyediaan pondok, lumbung padi dan lantai jemur.  

DPMK juga berwenang mengurusi urusan pasca panen. Meliputi ; penguatan kapasitas Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) yang nantinya mengurusi bidang mulai penggilingan, pengemasan sampai penjualan beras hasil panen di ladang menetap 10 hektare di kampung masing-masing. Adapun Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bisa membantu sarana dan prasarana penunjang pertanian seperti contoh jalan usaha tani. 

Sekretaris Kecamatan Long Pahangai Yohanes Belawan setuju dengan pendapat bupati. Sejauh ini mayoritas kampung di Kecamatan Long Pahangai sudah menjalankan program ini sejak 2021 lalu. Meski, diakuinya, masih ada sejumlah kendala. Seperti cuaca hujan yang menyebabkan penanaman lahan tertunda.

“Pada intinya, masyarakat sangat mendukung program ini. Hasilnya bisa kita saksikan. Kita bisa bersama-sama melakukan panen raya bersama Pak Bupati,” tutur Sekretaris Kecamatan Long Pahangai, Yohanes Belawan dalam dialog antara Pemkab Mahulu dan Kelompok Tani se Kecamatan Long Pahangai di ladang Kampung Long Isun yang terletak di hulu Sungai Melaseh kala itu. 

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahulu, Bill Deng sepakat sejumlah paket intervensi program ketahanan pangan ini akan menjadi jawaban persoalan swasembada pangan yang selama ini mendera Bumi Urip Kerimaan. Dia berharap hasil panen padi kali ini bukan hanya memenuhi kebutuhan warga di seluruh kampung. Tapi bisa juga sebagai komoditas yang bisa dijual ke luar daerah. 

“Bisa menjadi penambah penghasilan keluarga, bahkan pendapatan asli daerah dan menjadi salah satu komoditi unggulan Kabupaten Mahulu,” ujarnya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar