Pariwara Mahakam Ulu

Produksi Padi Ladang yang Kian Meningkat di Mahulu, Lima Kecamatan Hasilkan 2.940 Ton Beras

person access_time 3 years ago
Produksi Padi Ladang yang Kian Meningkat di Mahulu, Lima Kecamatan Hasilkan 2.940 Ton Beras

Aktivitas pertanian di Mahakam Ulu. (muhibar sobary a/kaltimkece.id)

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahakam Ulu memperkirakan produksi padi ladang meningkat pada 2021.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Rabu, 10 Maret 2021

kaltimkece.id Teriknya matahari siang itu membuat Abed Nego memilih beristirahat di gubuk kebun miliknya. Terletak di Daerah Sungai Kelekup, Ujoh Bilang, Mahakam Ulu. Jam makan siang telah tiba. Ia mulai menyiapkan hidangan kala istrinya, Rosa Asung Nyai, masih asyik memanen padi ladang di kebun milik keduanya.

Oktober 2020 silam, Abed menanam padi ladang atau dalam bahasa Dayak disebut nugal. Luas lahan ditanaminya kurang lebih 1 hektare dengan jenis padi mayas, padi pulud, dan padi samarinda.

Penamaan padi samarinda itu sendiri menurutnya cukup tenar di kalangan masyarakat. Mengingat bibit yang didapatkan memang berasal dari Samarinda, ibu kota Kaltim.

"Kalau padi mayas sama pulud ini lokal setahu saya," sebut pria 38 tahun yang juga berprofesi sebagai tenaga honorer di salah satu instansi Pemkab Mahulu tersebut.

Setelah enam bulan, tepatnya pada Selasa, 9 Maret 2021, Abed memanen kembali padi ladangnya. Tidak disebutkan secara pasti berapa banyak jumlah antah yang dihasilkannya. Namun, hasil tersebut dipastikan cukup untuk kebutuhan beras keluarganya secara mandiri selama satu tahun, termasuk tiga anaknya.

Hal itu dilakukan Abed untuk menghemat biaya kehidupan sehari-hari. Terlebih, upah yang didapatkan dari tenaga honorer, menurutnya tidak begitu besar. Dengan bertani padi ladang, setidaknya tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli beras.

"Tidak dijual hasil padi ladang ini, ya, untuk kebutuhan sendiri," cetusnya.

Pria asal Suku Dayak Kenyah ini memang sudah diajarkan orangtuanya untuk tidak menjual hasil padi ladangnya tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan adat dan istiadat yang ia yakini.

Sebelum menjadi tenaga honorer di salah satu instansi pemerintahan pada 2016 lalu, Abed memang sudah bertani. Selain padi ladang, sayur mayur juga dihasilkan. Cara menanam padi ladang tersebut ia peroleh dari orangtuanya semasa kecil.

Ia pun bersyukur pada panen kali ini diperkirakan meningkat. Mengingat faktor cuaca yang mendukung. Sehingga, hasil yang didapatkan menurutnya sangat baik. Meski sesekali terdapat angin kencang yang mengembus di area ladang miliknya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mahakam Ulu, Saripudin memperkirakan produksi padi ladang meningkat pada 2021 di kabupaten dengan julukan Urip Kerimaan ini. Asumsi tersebut disebutkannya berdasarkan luas lahan pertanian padi ladang yang bertambah.

"Luas itu hampir mencapai 3000 hektare pada 2020. Tahun 2020 itu panennya tahun 2021," kata dia. Secara terperinci melalui catatan pihaknya, luas tanah ketika masa panen 2020 lalu sebesar 2.450 hektare lahan tanam dan 1.960 hektare lahan panen. Dari total lahan tersebut menghasilkan 2.940 ton beras yang bersumber dari padi gunung.

Total tersebut tersebar di lima kecamatan yang ada di Mahakam Ulu. Detailnya, Long Bagun dengan 780 ton, Laham 300 ton, Long Hubung 750 ton, Long Pahangai 690 ton, dan Long Apari 420 ton. "Paling besar Long Hubung, nomor duanya Long Bagun, setelah itu Long Pahangai. Long Apari itu tidak terlalu luas karena lahannya terlalu berbukit bukit," ucap dia.

Selain itu, faktor cuaca menurutnya menunjang pertumbuhan padi ladang itu sendiri. Saripudin menjelaskan, per hektarenya rata-rata padi ladang dapat menghasilkan 1,2 ton beras. Namun jumlah tersebut menurutnya belum dapat memenuhi kebutuhan beras untuk masyarakat Mahakam Ulu. Sebanyak 30 persen kebutuhan beras masih dikirimkan dari luar daerah.

Pihaknya telah memberikan bantuan benih bibit padi kepada masyarakat sebanyak 28 ton. Dan 22 di antaranya ialah benih padi gunung atau padi ladang. Sisanya diperuntukkan benih padi sawah. Perkara pertanian, bukanlah hal yang mudah menurutnya. Meskipun bantuan telah digelontorkan kepada masyarakat, beberapa hambatan dalam meningkatkan produksi pertanian masih ditemukan.

"Walau pun kami sudah menyusupi alat berbagai teknologi pengolahan pangan semprot mesin rumput tapi kan tetap yang menggunakan tenaga manusia. Di samping itu ini ‘kan kabupaten baru, banyak orang beralih profesi," tandasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar