Kesehatan

Gelombang Kedua Covid-19 di Bumi Etam yang Lebih Mengerikan, Dimulai sejak Masa Relaksasi

person access_time 3 years ago
Gelombang Kedua Covid-19 di Bumi Etam yang Lebih Mengerikan, Dimulai sejak Masa Relaksasi

Ilustrasi tes swab di Samarinda (foto: giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Kurva pandemi Covid-19 di Kaltim hanya sesaat melandai. Gelombang kedua yang muncul justru lebih besar dan mengerikan.

Ditulis Oleh: Fel GM
Kamis, 16 Juli 2020

kaltimkece.id Pandemi Covid-19 di Kaltim sudah memasuki gelombang kedua pada Juli 2020. Ditilik dari kurvanya, penyebaran virus SARS-Cov-2 bukannya melandai justru makin terjal. Titik krusial ini dimulai pada awal Juni, tepat ketika sejumlah daerah di Kaltim memulai masa relaksasi.

Sampai dengan Rabu, 15 Juli 2020, sudah 756 orang di Kaltim yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 220 orang di antaranya masih dirawat, dan 519 orang sembuh. Jika dibariskan berdasarkan wilayah, Balikpapan adalah yang tertinggi dengan 283 orang positif Covid-19. Samarinda di tempat kedua yakni 123 orang positif, sementara Kutai Kartanegara dengan 77 orang positif.

Meskipun demikian, tingkat kematian (case fatality rate) dari Covid-19 di Kaltim termasuk rendah. Dari 756 orang yang dinyatakan positif, sebanyak 17 orang meninggal dunia. Tingkat kematian Covid-19 di Bumi Etam adalah 2,24 persen. Tingkat kematian tersebut masih lebih rendah dari angka nasional sebesar 4,76 persen. Adapun tingkat kematian tertinggi di dunia, dipegang oleh Prancis yaitu 17,57 persen berdasarkan perhitungan organisasi nirlaba bernama Our World in Data yang berbasis di Oxford, Inggris.

Di luar itu, gelombang kedua pandemi di Kaltim amat kentara dalam kurva harian Covid-19. Gelombang kedua ini mulai nampak pada awal Juni 2020. Memasuki pertengahan Juli 2020, gelombang tersebut makin membesar. Lebih dari itu, belum diketahui seberapa tinggi dari puncak gelombang yang menghantam Bumi Mulawarman ini. 

Sejak infeksi pertama kali di Kaltim pada 18 Maret 2020, gelombang pertama sebenarnya baru muncul pada 15 April 2020. Puncak dari gunung kurva gelombang pertama ini adalah pada 9 Mei 2020 dengan 27 orang terkonfirmasi positif dalam sehari. Gelombang ini mulai mereda pada sepertiga akhir Mei. Dari 17 Mei hingga 2 Juni, jumlah yang terkonfirmasi positif tidak pernah melebihi 10 orang per hari.

Memasuki Juni 2020, bersamaan dengan masa relaksasi di sejumlah wilayah di Kaltim, gelombang kedua menunjukkan kedatangannya. Dimulai pada 3 Juni, sebanyak 13 orang terkonfirmasi positif. Sepanjang Juni, jumlah yang terkonfirmasi positif di atas 10 orang per hari ditemukan sebanyak 12 kali. Situasi ini semakin gawat pada Juli 2020. Sampai hari ke-15 saja, jumlah yang terkonfirmasi positif di atas 10 orang per hari ditemukan sebanyak 10 kali. Gelombang kedua ini, dari sisi kuantitas, lebih mengerikan dibanding gelombang pertama.

Perinciannya bisa dilihat sebagai berikut. Sepanjang Maret 2020, sejak kasus pertama pada tanggal 18 hingga akhir bulan, terdapat 20 kasus. Rata-rata kasus sepanjang Maret ini adalah 1,42 orang positif setiap hari. Pada bulan berikutnya, April 2020, rata-rata ada penambahan 3,8 kasus positif setiap hari. Gelombang pertama muncul pada Mei 2020 dengan rata-rata 5,19 orang di Kaltim terkonfirmasi positif setiap hari. Meskipun secara rerata naik dari bulan terdahulu, kurva pandemi sebenarnya mulai melandai pada akhir Mei. 

Setelah kurva melandai selama lebih kurang 17 hari, beberapa daerah terutama Samarinda, memberlakukan masa relaksasi pada pembuka Juni. Gelombang kedua pun datang pada awal Juni 2020. Sepanjang bulan ini, rata-rata orang yang terkonfirmasi positif corona naik menjadi 7,80 jiwa per hari. Gelombang kedua ini menuju puncaknya pada Juli 2020. Sampai hari ke-15 Juli saja, rata-rata yang terkonfirmasi positif mencapai 15,87 orang per hari atau naik dua kali lipat dari bulan terdahulu. 

Pada Juli pula, “rekor” tercatat di dalam kurva. Yang pertama terjadi pada 5 Juli ketika jumlah yang terkonfirmasi positif sebanyak 30 orang. Angka ini adalah yang terbanyak sejak virus pertama kali dideteksi di Kaltim pada Maret. Rekor tersebut dipecahkan pada 11 Juli dengan 31 orang terkonfirmasi positif. Dipecahkan lagi pada 15 Juli yakni sebanyak 34 orang positif dalam sehari. Tak ketinggalan, pada Juli pula, transmisi lokal virus corona terjadi di ibu kota provinsi.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, Nataniel Tandirogang, menilai bahwa situasi ini harus menjadi perhatian seluruh pihak. IDI Kaltim mengingatkan bahwa satu-satunya cara menghindari penularan adalah disiplin terhadap protokol kesehatan. Jika masih ada yang tidak disiplin, sambung Nataniel, upaya pemutusan rantai penularan akan sia-sia. Pandemi ini bakal tidak pernah berhenti sampai seluruh populasi terinfeksi. 

“Dengan situasi ini, sudah saatnya kita semua sepakat melaksanakan protokol dengan disiplin. Ibaratnya sudah harus disiplin militer sehingga, insya Allah, dalam waktu dekat Covid-19 berakhir,” kuncinya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar