Kesehatan

IDI Kaltim Minta Presiden Batasi Mobilisasi Penduduk dan Siapkan Laboratorium di Daerah

person access_time 4 years ago
IDI Kaltim Minta Presiden Batasi Mobilisasi Penduduk dan Siapkan Laboratorium di Daerah

Ketua IDI Kaltim Dr dr Nataniel Tandirogang MSi (foto: istimewa)

Korban jiwa akibat Covid-19 berjatuhan dari unsur tenaga medis. IDI Kaltim meminta pemerintah bertindak segera.

Ditulis Oleh: Fel GM
Senin, 23 Maret 2020

kaltimkece.id Keresahan pasukan medis di Bumi Etam kembali disuarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim. Melalui surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo, organisasi profesi ini meminta pemerintah mengambil langkah cepat dalam mencegah penyebaran Covid-19.  

Ketua IDI Kaltim, Nataniel Tandirogang, mengatakan bahwa surat terbuka dalam bentuk informal itu disiarkan lewat media sosial. Ia berharap, pesan dalam surat secepatnya sampai di meja Presiden. Ini sekaligus mengimbangi kecepatan penyebaran Covid-19. 

"Kalau saya kirim secara tertutup dengan menggunakan jasa kurir, saya khawatir baru sampai bulan depan. Saat itu, semua dokter sudah tertular atau tewas oleh Covid-19," jelas Nataniel dalam suratnya, Senin, 23 Maret 2020.

Keresahan yang disampaikan IDI Kaltim adalah dokter dan tenaga paramedis saat ini berjuang di garis terdepan menghadapi virus SARS Cov-2. Para petugas medis ini bekerja dengan peralatan yang sangat minim. Tidak pula dilengkapi informasi intelijen yang memadai. 

"Sudah pasti menewaskan kami setiap waktu. Entah kapan tinggal menunggu rida Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa," lanjutnya.

Berdasarkan hal tersebut, IDI Kaltim meminta pemerintah membatasi mobilisasi penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kebijakan ini mungkin berdampak besar bagi perekonomian. Namun demikian, IDI Kaltim menganggap, lebih baik berpuasa menahan lapar karena karantina ketimbang seluruh bangsa tertular Covid-19.

Permintaan berikutnya adalah tindakan tegas kepada setiap pelanggaran kebijakan atau edaran yang sudah dibuat. Khususnya social distancing dan pengumpulan massa lebih dari 10 orang. Termasuk pula, kegiatan perkantoran untuk ditunda.

Baca juga:
 

"Pemerintah juga harus melengkapi seluruh rumah sakit dan puskesmas dengan alat pelindung diri standar bagi petugas medis," tambah Nataniel.

Dosen mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda, ini, menilai laboratorium pemeriksaan standar RT-PCR sangat penting di daerah. Laboratorium RT-PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction) amat diperlukan agar diagnosis Covid-19 tidak memakan waktu panjang. Keberadaannya di daerah bisa mempercepat hasil diagnosis kurang dari 24 jam.  

"Di semua provinsi, ada universitas atau fakultas kedokteran yang sudah terbiasa dan sehari-hari bekerja dengan RT-PCR," terang Nataniel. Yang terakhir, ia meminta pemerintah membuka data pasien untuk memudahkan penelusuran orang dalam pemantauan (ODP).  

"Kami menyampaikan hal ini karena petugas medis mulai panik dengan bertambahnya kasus. Penyebaran juga mulai tidak terkendali sampai akhirnya jatuh korban di kalangan dokter dan perawat," tutupnya. (*)

Ikuti terus berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id, ketuk suka di halaman Facebook berikut ini.

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar