Kesehatan

Yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Tubuh Manusia ketika Virus Corona Menyerang

person access_time 4 years ago
Yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Tubuh Manusia ketika Virus Corona Menyerang

Ilustrasi virus corona menyerang tubuh manusia (foto: https://www.shutterstock.com/image-illustration/virus-bacteria-infected-human-lungs-lung-1111063130)

kaltimkece.id menyadur sumber-sumber terpercaya, termasuk jurnal terbaru, mengenai gempuran virus corona di tubuh manusia. Artikel ini ditulis bukan untuk menakut-nakuti atau menimbulkan kepanikan, melainkan agar pembaca lebih mawas diri dan bisa mengambil langkah awal jika merasakan gejala infeksi Covid-19.  

Ditulis Oleh: Fel GM
Sabtu, 14 Maret 2020

kaltimkece.id Virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19 adalah virus zoonotik. Dinamakan demikian karena virus ini berasal dari binatang sebelum menginfeksi manusia. Binatang bertulang belakang atau vertebrata yang biasanya menjadi asal virus ini. Penyakit zoonotik bukannya langka. Sekitar 60 persen virus dan bakteri yang menginfeksi manusia, di antaranya flu, rabies, dan tuberkulosis, memang berasal dari fauna (Risk Factors for Human Disease Emergence, 2011, hlm 356).

SARS-Cov-2 adalah satu dari enam jenis virus corona yang telah menginfeksi manusia. Virus ini pernah menyerang manusia pada 2002-2003 dengan nama SARS. MERS adalah virus corona yang lain. Bisa dikatakan, SARS, MERS, dan SARS-Cov-2 masih bersaudara dan berbahaya. Berbeda dengan virus corona di luar ketiganya itu yang hanya menimbulkan gejala mirip flu dan tidak mewabah. 

Keluarga virus ini dinamakan corona karena bentuknya. Di bawah lensa pembesar berkekuatan super, citra virus ini berupa bola yang dikelilingi paku yang menancap di sana-sini. Bentuk paku ini persis mahkota. Dalam bahasa Latin, corona (crown) memang berarti mahkota.

Masuknya Virus ke Tubuh

Covid-19 disebabkan generasi kedua virus corona (turunan dari SARS sebagai generasi pertama). Virus SARS-Cov-2 ini sangat lincah dan cerdas. Lincah karena ia dengan mudah menular dari manusia ke manusia. Cerdas, lebih mendekati licik, karena ia mampu menipu tubuh setelah menginfeksi manusia.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui hidung, mulut, atau mata. Penularannya sangat mudah. Virus dapat hidup sejenak di udara bebas ketika dikeluarkan dari batuk atau bersin. Virus "bola berpaku" ini diselimuti gelembung molekul yang berminyak. Gelembung yang mudah hancur jika terkena air sabun. Itu sebabnya, mencuci tangan sangat efektif mencegah virus masuk ke tubuh.

Jika virus berhasil lolos, yang pertama kali ia lakukan adalah menggunakan paku-pakunya untuk menempel di saluran pernapasan. Senyampang melekat itu, virus menghasilkan protein yang disebut ACE2. Protein ini serupa dengan yang ditemukan di tubuh kelelewar (How Coronavirus Hijacks Your Cells, artikel The New York Times, 2020).

Sembari memproduksi protein, virus penyebab Covid-19 menginfeksi sel dengan cara memadukan membran berminyaknya dengan membran sel. Begitu kedua membran tersebut bercampur, virus corona telah sah menguasai tubuh.

Setelah berhasil menginfeksi sel, biasanya di paru-paru, virus corona melepaskan potongan materi genetik yang disebut RNA atau asam ribonukleat. Secara alamiah, asam ini bertugas sebagai "buku panduan" bagi sel untuk bekerja di dalam tubuh. Tubuh manusia telah dilengkapi "buku" yang memiliki tiga miliar "huruf" ini. Aksara genetik itu disebut genom. 

Di sinilah kecerdasan virus corona ditunjukkan. Pada saat menguasai sel, virus ini menyuntikkan "buku panduan" atau RNA yang baru. RNA dari virus ini punya 30 ribu "huruf" genetik. Huruf-huruf itulah yang kemudian menipu sel-sel tubuh. Berdasarkan "panduan palsu" tersebut, sel justru menggandakan virus corona alih-alih melawannya. 

Sel yang keliru membaca panduan ini akan menghasilkan protein baru yang berisi salinan virus. Setelah jutaan protein terkumpul, virus membawanya ke luar sel untuk segera dikirim ke sel-sel yang lain. Sel pertama yang menjadi inang virus sekaligus mesin fotokopi tadi kemudian mati. Nasib yang sama juga mengancam sel-sel lain di paru-paru yang terinfeksi salinan virus tadi.

Pada fase pertama ini, virus yang berlipat ganda hanya membuat tubuh menunjukkan gejala ringan. Fase awal ini sebagian besar dilewati dengan rasa nyeri di belakang tenggorokan dan batuk kering (What Does the Coronavirus Do to the Body?, artikel The New York Times, 2020). Namun demikian, pada fase inilah, peluang penyebaran virus antarmanusia berpeluang besar terjadi.

Tubuh Mulai Melawan

Matthew Frieman adalah profesor rekanan di Fakultas Kedokteran, Universitas Maryland, yang mempelajari virus corona. Memasuki fase kedua atau setelah virus merusak banyak sel di paru-paru, tubuh bereaksi. Tubuh mengirimkan sistem kekebalan sebagai serdadu yang bertugas memerangi virus corona. Fase ini dapat dilihat dengan jelas karena diiringi kenaikan suhu tubuh. Manusia yang terjangkit Covid-19 pun mengalami demam tinggi (Here’s What Coronavirus Does to the Body, artikel National Geographic, 2020). 

Di dalam tubuh yang sehat, serdadu-serdadu imunitas ini berperang hanya di area yang terinfeksi. Namun demikian, dalam sedikit kasus terutama orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan, fase ini justru berbahaya. Sistem imun mereka dilanda kepanikan karena melihat virus sudah menggandakan diri dan menguasai banyak sel.

Kepanikan ini mengacaukan tubuh karena mengirim sistem kekebalan dalam jumlah berlebih. Peperangan antara sistem kekebalan melawan virus justru merusak semuanya. Sistem kekebalan tubuh akan membunuh apa pun yang mereka lewati ketika menuju paru-paru, termasuk sel-sel yang sehat.

"Dalam beberapa kasus yang parah, sistem kekebalan tubuh pada dasarnya membanjiri paru-paru sehingga orang tidak bisa bernapas," kata Prof Frieman. "Begitulah orang-orang sekarat."

Paru-paru yang dibanjiri sistem imun ini menyebabkan pneumonia atau paru-paru basah. Prof Frieman mengatakan, proses ini mirip seperti SARS. Dalam kasus Covid-19, nyawa yang melayang di fase ini kebanyakan disebabkan kegagalan bernapas karena pneumonia.  

Jika fase ini tidak sampai merenggut nyawa, lanjut Frieman, bukan berarti pasien sehat-sehat saja. Dalam beberapa kasus SARS, contohnya, pasien yang mampu bertahan akan menderita kerusakan paru-paru permanen. Paru-paru mereka seperti sarang lebah karena banyak lubang. Bentuk paru-paru seperti ini juga ditemukan di pasien Covid-19.

Kunci Penyembuhan

Setelah menginfeksi paru-paru, virus corona bisa menjalar ke berbagai organ tubuh. Sumsum tulang, hati, ginjal, dan saluran pencernaan juga terjajah oleh virus ini.

Dr George Diaz adalah pemimpin bagian penyakit menular di Providence Regional Medical Center di Everett, Washington, yang merawat pasien pertama virus corona di Amerika Serikat. Menurutnya, ketika bagian-bagian vital ini terinfeksi, sistem kekebalan tubuh segera bertindak. Dalam beberapa kasus, kerusakan tulang, hati, ginjal, dan jantung, tidak hanya disebabkan virus corona. Kerusakan justru timbul karena sistem kekebalan tubuh yang hendak memerangi virus. 

Yang menjadi catatan penting adalah "kepanikan" sistem kekebalan tubuh itu hanya sebagian kecil terjadi. Lebih dari 80 persen orang yang terinfeksi virus corona hanya melewati fase ringan yakni demam.

Baca juga:
 
Para ahli mengatakan, kerusakan organ yang ditimbulkan nampaknya sangat bergantung dari kekuatan sistem kekebalan. Orang berusia lanjut atau mereka yang memiliki masalah kesehatan mendasar seperti diabetes atau penyakit kronis yang lain, lebih mungkin mengalami gejala yang parah. Di samping itu, waktu penanganan juga menentukan. Mereka yang lebih cepat ditangani petugas medis memiliki peluang sembuh yang lebih besar. (*)

 

Pesan redaksi: artikel ini berdasarkan sumber-sumber terpercaya termasuk jurnal terbaru. Ditulis bukan untuk menakut-nakuti atau menimbulkan kepanikan melainkan agar pembaca lebih mawas diri dan bisa mengambil langkah awal ketika merasakan gejala-gejala virus corona.  

Senarai Kepustakaan
  • Belluc, Pam. 2020. What Does the Coronavirus Do to the Body?, artikel The New York Times.
  • Corum, Jonathan; Zimmer, Carl. 2020. How Coronavirus Hijacks Your Cells, artikel The New York Times.
  • Mckeever, Amy. 2020. Here’s What Coronavirus Does to the Body, artikel National Geographic.
  • Taylor, LH; Latham, SN; Woolhouse, ME. 2001. Risk Factors For human Disease Emergence, Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 356 (1411): 983–989.
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar