Musik

Di Balik Suksesnya Festival Jazz di Bukit Steling

person access_time 5 years ago
Di Balik Suksesnya Festival Jazz di Bukit Steling

Foto: Panitia SJF 2019

Selili Jazz Festival sempat diusik badai. Namun kesan mendalam mengalahkan segala kendala.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Rabu, 03 April 2019

kaltimkece.id Perhelatan musik jazz pertama di Bukit Steling, Selili, Samarinda, sukses digelar. Sabtu malam, 30 Maret 2019, menjadi salah satu momen tak terlupa. Bahkan untuk kaltimkece.id selaku media partner.

Bukan hanya pengalaman baru menonton pagelaran music. Persiapan fisik dan peralatan juga penting sebelum kegiatan luar ruang.

Dari pantauan media ini, panitia Selili Jazz Festival (SJF) yang terdiri dari volunteer dan pemuda karang taruna Selili Muda (Semud), berusaha menyatukan dua unsur. Konser musik jazz yang terkenal classy, dipadukan dengan permukiman padat penduduk khas Selili.

Baca juga:
 

Belum sampai ke venue, alunan musik jazz diperdengarkan melalui pengeras suara. Lebih-lebih di permukiman penduduk paling akhir, sebelum tangga setapak menuju venue. Dan perjalanan pun dimulai.

Pertama kali tim kaltimkece.id menyambangi lokasi acara, memakan waktu sekitar sembilan menit. Namun, pepatah bisa karena terbiasa ternyata benar. Setelah beberapa kali naik-turun Bukit Steling, waktu yang kami tempuh belakangan jadi lima menit lebih sedikit. Napas pun tak terlalu habis seperti beberapa pekan sebelumnya. Padahal, kondisi medan sedikit licin karena hujan baru turun di Kota Tepian. Untungnya tangga masih cukup kokoh dipijak.

Sesampai di puncak, pemandangan yang dinanti pun terlihat. Sisi barat bukit menyuguhkan view Sungai Mahakam nan lebar. Riuh kota di sisi kiri dan kanan menghiasi. Saat saat sunset tiba, siluet Islamic Center Samarinda tampak dari kejauhan.

Seharusnya konser menampilkan 18 penampil. Dimulai pukul 15.00 Wita. Namun karena hujan, acara sempat molor. Meskipun, memulai acara pada ba'da magrib menjadi sebuah keuntungan. Pemandangan kota saat malam plus alunan musik, menjadi kombinasi pas.

SJF benar-benar menyuguhkan suasana berbeda. Bisa menikmati musik di depan panggung, di dalam tenda, bahkan sambil memandang sungai mahakam dari ketinggian. Pokoknya bebas.

Para musisi yang tampil di antaranya Irine Sugiarto, Wajah Abstrak, Jendela dan Pena, serta Aphrodite. Tampil juga pendatang baru seperti Juanda Band, Monokrom, The Groove Revolver, serta BSBI Group. Semua unjuk kebolehan.

Tetap Kece walau Badai

Alika, salah seorang pengunjung, sudah menyiapkan pakaian sejak jauh hari untuk SJF. Namun, hal tak terduga terjadi. Untungnya semua terbayar dengan pengalaman berbeda yang ditawarkan. “Sepertinya saya salah kostum. Jadi agak ribet waktu naik tadi,” ujarnya.

Peserta camping di festival musik ini sempat mengalami insiden. Minggu dini hari, 31 Maret 2019, badai menerjang Samarinda. Begitu juga venue SJF. Beruntung, saat itu semua penampil sudah selesai manggung.

Force majeure tersebut tak diprediksi. Panitia menyediakan tenda dengan kekuatan menangkal hujan. Bukan badai. Beberapa tenda pun tak kuat menahan angin. Beberapa penonton paket camping mau tak mau dievakuasi ke rumah warga.

Buana Fanastar salah satu pengunjung bermalam di atas bukit memaklumi kondisi itu. Sudah risiko umum saat memilih camping. “Tak perlu menyalahkan panitia akibat kekuatan yang tak bisa mereka kalahkan. Sejauh ini acara cukup asyik,” tutur pria berambut kriwil tersebut.

Situasi begini, kata dia, bisa jadi pelajaran untuk event dengan konsep outdoor lain. Namun, SJF dinilai punya potensi sangat besar menjadi event tahunan.

Gelaran Pertama Jadi Pelajaran

Sehari setelah acara, unggahan panitia di media sosial, memberikan sinyal SJF digelar lagi tahun depan. Wijaya Pambudi membenarkan hal tersebut. Saat ini pihaknya mulai menggodok Selili Jazz 2020. Pelajaran paling besar adalah jangan meremehkan cuaca. “Yang jelas hal-hal yang menjadi kendala tahun ini jadi pelajaran,” ujarnya.

Rencananya, tahun depan SJF digelar pada bulan dengan curah hujan yang tak terlalu tinggi. “Mungkin pertengahan tahun,” ujarnya.

“Saya selaku ketua panitia meminta maaf atas segala kekurangan SJF. Sampai jumpa di SJF 2020,” pungkas Pambudi. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar