Musik

Kolaborasi Musik Penuh Kreativitas Penutup 2018

person access_time 5 years ago
Kolaborasi Musik Penuh Kreativitas Penutup 2018

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Hidup tanpa musik mungkin tak pernah terbayang. Pertunjukkan musik terkeren dalam satu panggung lebih tak terbayang lagi.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Jum'at, 07 Desember 2018

kaltimkece.id Pagar barikade  menutup Jalan Bukit Alaya, Samarinda, sejak pagi 1 Desember 2018. Perhelatan musik digelar di jalan penghubung A Yani dan DI Panjaitan itu. Acara bertajuk Soundsation: Karya Gak Tau Batas digadang-gadang sebagai event kolaborasi musik dan kreativitas penutup 2018.

Tak hanya musisi lokal, acara tersebut menghadirkan seniman musik ibu kota. Di antaranya Davy Jones, Irine Sugiarto, Void, Jendela dan Pena, serta Higgs. Sedangkan bintang tamu diisi Pusakata, The S.I.G.I.T, Danilla, dan Pemuda Sinarmas. 

Mulai tengah hari musik sudah diputar. Dua panggung, Jenggala Stage dan A Stage, disiapkan untuk para penampil. Jenggala Stage dipanaskan musisi lokal pada sore hari.

Sesi sore diisi musisi lokal berbagai aliran. Higgs dengan alternative rock, Void dengan noise rock-nya, hingga folk music dari solois Irine Sugiarto serta Jendela dan Pena. Sesi pertama empat musisi Samarinda dan Kalsel (Higgs) berlangsung meriah. Pengunjung sudah padat sejak sore.

Sesi kedua pada malam hari diramaikan ribuan pasang kaki. Tak hanya menonton musisi favorit, pengunjung begitu antusias dengan gerai-gerai permainan dari panitia. Sementara di area workshop hadir penggiat seni Balikpapan, Samarinda, dan sekitarnya.

 Rock and Roll hingga Ajojing Lagu 80-an

Sesi kedua dimulai. Entakan musik kwartet rock and roll asal Kota Tepian, Davy Jones, menjadi pemanas A Stage. Acara ini dipandu duo MC kocak, Setiawan Yogy dan Iqsan.

Selepas jingkrak ria plus tawa bareng Davy Jones, penyanyi Danilla menghibur pengunjung lewat musik pop mood balad. Penyanyi yang enggan disebut musisi itu membawakan lagu-lagu dari album pertamanya, Telisuk.  ‘Di Ambang Pilu' dan 'Terpaut oleh Waktu' menjadi andalan.

Malam itu, Danilla tampil dengan manis dan kasual. Padanan kaos oblong dan celana jins dikenakan. Hingga tiba di lagu ‘AAA’, penyanyi berwajah oriental itu mengungkapkan bahwa video klip lagu tersebut tak boleh tayang di televisi. “Jadi cuma boleh di YouTube, deh,” ujarnya sisambut sorakan para penggemar.

Lagu bertema 18 ke atas itu pun membuai pengunjung Jenggala Stage. Seorang pengemar lalu diajak naik panggung. Tika menjadi penggemar beruntung tersebut. “Dia mirip saya enggak? Hanya dia lebih muda,” tutur Danilla sembari memanggil Tika ke panggung. Lagu berjudul ‘Ada di Sana’ menjadi penutup penyanyi kelahiran 12 Februari 1990 itu. 

Dari panggung A Stage, Pusakata & The Panganans sudah bersiap tampil. Petikan khas Pusakata alias Mohammad Istiqamah Djamad yang lebih dikenal Is, mantan personel Payung Teduh, cepat menghipnotis penonton. Bersama The Panganans, ia membuai dengan lagu-lagu hits kala bergabung di Payung Teduh. Tentu dengan aransemen yang lebih segar ala Pusakata.

Di tengah penampilan, Puskata memberi kejutan. Ia berkolaborasi dengan Irine Sugiarto. Lagu ‘Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan’ jadi lebih impresif. Suara emas Irine memberi warna baru. “Hebat, ya, padahal enggak ada latihan sebelumnya,” ujar Pusakata.

Dalam penampilan malam itu, Pusakata juga memberikan bocoran lagu di album pertamanya. “Judul albumnya Dua Buku, nah lagunya sendiri berjudul Kehabisan Kata,” ujarnya. Ajaibnya, samar-samar pengunjung ikut menyanyikan reff lagu tersebut.

Penampilan Pusakata malam itu adalah yang ke tiga di Samarinda dalam sebulan terakhir. Diwawancarai di belakang panggung, Pusakata menepati janji atas perkataannya pada perhelatan musik jazz pekan sebelumnya. “Saya janjiin, minggu depan kita ketemu lagi,” selorohnya.

Setelah dua musisi nasional tampil, giliran The S.I.G.I.T mengentak. Suara melengking khas Rekti Yuwono sang vokalis membahana lewat lagu ‘Detourne’.  “Malam ini kita puas-puasin tampil, karena penampilan The S.I.G.I.T di Samarinda sebelumnya sebentar banget,” ucap vokalis plus gitaris berambut panjang itu.

Rekti cs berhasil mengobati kerinduan The Insurgent Army, sebutan penggemar The S.I.G.I.T. Pengaruh musik Led Zeppelin terasa kental dalam band yang lebih dulu terkenal di Australia itu. Suasana makin panas kala lagu ‘Soul Sister’ digaungkan. Insurgent Army pun menyanyi bersama. Penampilan The S.I.G.I.T ditutup lagu Black Amplifer.

Disambangi di belakang panggung, Rekti senang dengan penampilan kedua di Kota Tepian. “Kelihatan banyak yang masih nge-fans dengan album pertama,” ujarnya.

Dia berharap bisa sering ke Samarinda. Selain penontonnya asyik, mereka hendak mendekatkan musik The S.I.G.I.T ke telinga penikmat musik Samarinda.

Setelah musik folk dan jingkrak-jingkrak lagu rock, giliran Pemuda Sinarmas menutup pesta. Pemuda Sinarmas adalah nama panggung Muhammad Fajrintio. Sebagai Cassette Jockey yang berbeda dengan Disc Jockey (DJ), ia memainkan musik yang bersumber dari kaset pita. Biasanya berisi tembang-tembang lawas. Musik dimainkan dengan menggabungkan beberapa playlist. Penampilannya menjadi ragam kearifan lokal di era modern.

Pemudan Sinarmas menyajikan tembang lawas Indonesia dari kaset pita, menjadi musik alternatif yang mudah diterima. Generasi muda zaman sekarang begitu menikmati.

Sederet lagu karya musisi Indonesia ternama era 1980 hingga 1990-an seperti Benyamin Sueb, Chrisye, Fariz RM, Gombloh, dan banyak lainnya, disajikan secara apik. Sang Cassette Jockey berhasil membuat pengunjung berjoget ria lewat lagu era ayah dan ibu mereka. Perpaduan jenis musik disco Indonesia, pop rock, jaipong, dangdut, dan funkot menjadi racikan yang apik. (*)  

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar