Risalah

Menanti Malu di Jembatan Mahulu

person access_time 5 years ago
Menanti Malu di Jembatan Mahulu

Ilustrasi: @wadahpian (kaltimkece.id)

Masyarakat terus menyuarakan kegelisahan tentang gelap gulitanya Jembatan Mahulu di Samarinda. Pertanda kuatnya tingkat kekecewaan terhadap pengelolaan dan perawatan jembatan. 

Ditulis Oleh: .
Kamis, 31 Januari 2019

Freijae Rakasiwi
(Penulis adalah Ketua Komunitas Kolaborasi Pemuda Loa Janan)
 

kaltimkece.id Ada perbedaan besar antara Jembatan Mahulu dan Jembatan Mahkota II. Meskipun berdiri di alur sungai dan kota yang sama, perhatian terhadap keduanya bagai bumi dan langit. 

Jembatan Mahkota II sangat cantik. Jembatan itu telah dilengkapi lampu tematik aneka warna. Pemerintah Kota Samarinda menyiapkan anggaran Rp 9,9 miliar untuk Jembatan Mahkota II. Dana sebesar itu membuat Jembatan Mahkota II menjadi ikon baru Samarinda dan pusat destinasi wisata. Patut diakui, pemkot sangat serius memerhatikan jembatan ini. Jangan lupa, masih ada Rp 2 miliar per tahun lagi yang dianggarkan pemkot untuk biaya perawatan jembatan.

Hanya beberapa kilometer dari Jembatan Mahkota II yang menawan, Jembatan Mahulu terlihat muram. Jembatan ini tidak terurus. Kusam dan gelap gulita pada malam hari. Masyarakat Samarinda di Loa Janan dan Loa Buah adalah yang paling merasakannya. Kegelapan di sekitar jembatan akhirnya menimbulkan peluang tindak kriminal. Korban demi korban berjatuhan.

Pada 2016 dan 2018, korban jiwa jatuh akibat kecelakaan yang melibatkan truk-truk besar. Selain gelap, tidak ada rambu-rambu lalu lintas yang memadai. Kegelapan di sekitar jembatan juga membuka kesempatan untuk perbuatan maksiat. Kawasan ini sering menjadi lokasi mabuk-mabukan dan balapan liar. Bahkan, jambret dan begal sudah berulang kali beraksi di jembatan. 

Baca juga:
 

Jembatan Mahulu adalah jembatan kedua yang menghubungkan Samarinda kota ke wilayah seberang. Infrastruktur vital ini dibangun untuk mengurangi beban Jembatan Mahakam. Ia diresmikan 15 Juli 2009 silam dengan biaya pembangunan Rp 265,5 miliar. Dana tersebut berasal dari APBN sebesar Rp 50 miliar, sisanya APBD Kaltim. 

Hari ini, Jembatan Mahulu bersama-sama Jembatan Mahakam dan Jembatan Mahkota II menjadi bagian penting penopang arus barang dan orang. Ketiga jembatan ini, kelak bersama-sama Jembatan Kembar, membuat konektivitas semakin cepat. 

Bagi Jembatan Mahulu, ada posisi penting yang harus diemban jika ditilik dari sisi arus barang. Bukan hanya bagi Samarinda, Jembatan Mahulu adalah akses vital roda perekonomian Kalimantan Timur. Jembatan ini lebih banyak dilewati truk pengangkut barang. Hal itu tidak lepas dengan posisi jembatan yang tersambung jalan lingkar Samarinda. Truk pengangkut tidak hanya membawa barang untuk Samarinda. Termasuk Bontang, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat. 

Sebegitu pentingnya Jembatan Mahulu, terselip ketakutan masyarakat. Sejak lima tahun terakhir, warga gelisah saat melintasi jembatan. Tidak ada perawatan dan pemeliharaan secara berkala. Hasilnya adalah pesona Jembatan Mahulu yang memiliki bentang tengah 200 meter dengan panjang keseluruhan jembatan 789 meter harus tertutup. Jembatan ini tenggelam di kegelapan malam. Gulita bukan hanya menyerang struktur jembatan, namun di sekujur jalan pendekat, sedari arah Loa Buah maupun Loa Janan. Hanya beberapa lampu yang bertahan menyala. Selebihnya mati dan rusak. 

Wewenang Siapa?

Bukan wewenang Pemkot Samarinda merawat dan mengurus Jembatan Mahulu. Kewenangan Jembatan Mahulu belum diserahkan oleh Pemprov Kaltim, dalam hal ini Dinas Perhubungan Kaltim, kepada Pemkot Samarinda. Celakanya, Pemprov Kaltim justru abai mengurusi Jembatan Mahulu. Contoh paling jelas, lampu penerangan jalan umum di sekitar jembatan tak tersentuh perbaikan dalam lima tahun terakhir. 

Inilah "penyakit" pemprov sejak dulu. Gemar membangun infrastruktur tapi nihil dalam pemeliharaan berkelanjutan. Anggaran Rp 265,5 miliar untuk membangun jembatan seperti tak berbekas. Sama nasibnya dengan Stadion Utama Kaltim di Palaran itu.

Miris. Di dalam APBD Kaltim sebesar Rp 10,875 triliun, tidak ada mata anggaran untuk perawatan Jembatan Mahulu. Padahal, fakta di lapangan sudah jelas. Masyarakat resah. Suatu bukti bahwa pemprov tidak peka dalam memetakan permasalahan dan kebutuhan masyarakat. 

Di tengah ketidakpedulian pemerintah, masyarakat akhirnya bergerak. Sampai hari ini, warga sekitar tak henti menyampaikan keresahan mereka. Terus digaungkan sampai aspirasi itu didengar Pemprov Kaltim. Di samping itu, para pemuda sekitar memulai Gerakan 1.000 Lampu untuk Jembatan Mahulu. Gerakan ini bertujuan sebagai pemantik agar hati pemerintah tergerak. Kecuali, pemerintah sudah tidak memiliki rasa malu dengan kondisi Jembatan Mahulu. (*)

Isi artikel ini sepenuhnya tanggung jawab penulis. 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar