Terkini

Ancaman ISPA di Tengah Kabut Asap, Anak dan Lansia Paling Rentan

person access_time 4 years ago
Ancaman ISPA di Tengah Kabut Asap, Anak dan Lansia Paling Rentan

Pemandangan Samarinda dari ketinggian, berselimut kabut asap. (Arditya Abdul Azis/kaltimkece.id)

Pekatnya kabut asap tak hanya menggangu jarak pandang. Efeknya sampai ke paru-paru. Mengancam siapa saja yang terpapar.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Selasa, 17 September 2019

kaltimkece.id Kabut asap tak kunjung mereda. Publik diingatkan untuk waspada. Bukan hanya aktivitas dan jarak pandang yang terganggu. Bagi kesehatan, situasi ini juga begitu meresahkan.

Disebutkan spesialis paru, dr Donni Alfian, kabut asap yang terhirup rentan mengganggu pernapasan. Penyakit ini umum disebut infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. Paru-paru menjadi organ yang paling rentan. Iritasi yang disebabkan kabut asap, memicu infeksi dan radang di saluran pernapasan.

Dilanjutkan ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia atau PDPI Kaltim-tara tersebut, istilah ISPA diadopsi dari Bahasa Inggris. Yakni acute respiratory infection atau ARI. Mempunyai tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan akut.

Ketiga unsur tersebut memiliki makna masing-masing. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke tubuh manusia dan berkembang baik hingga menimbulkan penyakit. Sedangkan pernapasan merupakan organ dari hidung hingga alveoli, beserta organ agnesanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.

Baca juga:
 

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah, termasuk jaringan paru-paru dan organ agnesa saluran pernapasan. Dengan batasan tersebut, jaringan paru termasuk saluran pernapasan.

Sementara infeksi akut berarti penyakit yang telah berlangsung sampai 14 hari. Selama rentang waktu itulah proses akut terjadi. Meskipun untuk beberapa penyakit dalam golongan ISPA, ada proses yang berlangsung lebih 14 hari.

Kabut asap dalam jangka panjang memiliki banyak pengaruh. Terutama terhadap anak-anak yang membutuhkan oksigen bersih. Gizi dan pertumbuhan menjadi sasaran serang. Sementara untuk orang dewasa, berpotensi tak maksimal dalam beraktivitas.

"Yang dihirup bukan oksigen murni. Tercampur bahan-bahan zat pembakaran. Asap adalah udara yang terbakar. Untuk efek jangka pendeknya, terjadi ISPA akut. Kemudian bisa menimbulkan gejala bronkitis," ungkapnya.

Efek lain ditimbulkan kabut  adalah sakit mata dan iritasi kulit. Namun yang paling dominan adalah ISPA. Polusi udara membawa bibit-bibit penyakit. Kuman dan virus beredar di udara. Kabut asap terhirup bersama virus. Berkembang lebih besar di saluran napas.

"Sebenarnya tanpa kebakaran hutan kita bisa terserang. Cuma udara yang kita hirup bersih, jadi virus tidak mudah berkembang. Udara yang dicemari kebakaran hutan dan lahan, otomatis membuat kuman punya kemampuan menyerang tubuh. Kekebalan tubuh lemah, virus sangat mudah berkembang," ucapnya.

ISPA memang dapat sembuh tanpa pengobatan khusus dan antibiotik. Walau demikian, waspada tak boleh hilang. Ketahui kapan saatnya berkonsultasi dengan dokter. Ketahui pula cara mencegah penyakit tersebut. Kelompok rentan ISPA adalah anak-anak dan lansia. Kalangan dengan sistem kekebalan tubuh rendah. Terhadap anak, sebarannya jadi lebih cepat karena pola interaksi aktif dengan sesama anak. Bagi orang dewasa, ISPA makin rentan menyerang penderita gangguan jantung dan paru-paru. Termasuk para perokok aktif.

"ISPA ditandai dengan gejala gangguan pernapasan. Antara lain adanya batuk, berdahak, tenggorokan gatal, dan sakit. Kemudian gejala berat  bisa timbul nyeri dada dan sesak napas. Kalau sudah gejala berat, harus waspada. Segera konsultasikan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat," jelasnya.

Langkah Pencegahan

Pencegahan ISPA bisa dilakukan dengan beberapa cara. Terutama dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dimulai dengan cuci tangan teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.

Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata, untuk menghindari penularan virus dan bakteri. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk. Cegah penyebaran penyakit ke orang lain.

Perbanyak juga konsumsi makanan kaya vitamin. Terutama vitamin C. Berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Jangan lupa olahraga teratur dan berhenti merokok. Lakukan pula vaksinasi. Baik vaksin MMR, influenza, atau pneumonia. Diskusikan dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari vaksinasi tersebut.

"Prinsipnya, harus menjaga lingkungan. Kalau tingkat polusi sudah masuk ke rumah, otomatis repot. Yang perlu dilakukan sekarang, untuk anak harus jaga kondisi gizi dan daya ketahanan tubuhnya. Asupan gizi harus cukup. Kalau balita, ASI-nya. Yang paling penting jangan sampai dehidrasi. Tujuannya untuk menetralisir efek asap ke pernapasan," pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar