Terkini

Bukan Ahok yang 'Dipilih' Awang Faroek sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara

person access_time 4 years ago
Bukan Ahok yang 'Dipilih' Awang Faroek sebagai Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara

Awang Faroek Ishak di Gedung DPR RI (foto: sekretariat DPR RI)

Politikus gaek Bumi Etam, Awang Faroek Ishak, menyebutkan nama yang cocok sebagai kepala badan otorita IKN. Siapa dia?

Ditulis Oleh: Fel GM
Rabu, 11 Maret 2020

kaltimkece.id Empat nama telah diumumkan Presiden Joko Widodo untuk mengisi posisi kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara. Walaupun tidak satu calon pun dari Kaltim, keempat nama tersebut memiliki kelebihan masing-masing.

Pertama adalah Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Tumiyana. Ia adalah seorang insinyur sipil tulen. Lulusan teknik sipil dari Universitas Borobudur, Jakarta. Kariernya cemerlang di BUMN yang mengurus infrastruktur. 

Sebelumnya, Tumiyana adalah usahawan yang menjadi direktur keuangan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Di perusahaan yang sama, laki-laki kelahiran Klaten, Jawa Tengah, ini, menjabat direktur utama selama dua periode. Dengan sederet pengalaman, pembangunan infrastruktur ibu kota adalah jaminan di tangannya.

Calon kepala Badan Otorita IKN yang kedua adalah Bupati Banyuwangi Azwar Anas. Seorang sarjana pendidikan dan sarjana sastra yang sukses memoles wajah Banyuwangi yang baru. Ia mengubah julukan negatif Banyuwangi dari 'kota santet' menjadi kota festival dan kota internet. Jika ibu kota negara memerlukan seseorang bertangan dingin untuk membentuk karakter kota, Azwar Anas adalah orangnya.

Nama yang ketiga adalah Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Namanya mulai diperhitungkan sebagai ekonom nasional ketika menjadi dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 

Bambang telah menjadi pejabat tinggi negara sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia pernah menjadi gubernur Bank Indonesia, menteri keuangan, kepala Bappenas, dan sekarang menteri riset dan teknologi. Pada masa Bambang menjadi kepala Bappenas-lah, perencanaan ibu kota negara disiapkan. Ia adalah sosok yang tak asing dengan skenario pemindahan IKN. Bambang paham hingga detail-detailnya.

Nama yang terakhir tentu tidak asing bagi publik, Basuki Thahaja Purnama atau Ahok. Ia seorang politikus sukses. Dari bupati Belitung Timur, Kepualauan Riau, Ahok menjadi anggota DPR RI, wakil gubernur lalu gubernur DKI Jakarta, pesakitan sejenak, dan sekarang komisaris utama Pertamina.

Kinerja Ahok memimpin kota tidak diragukan. Ia memang blak-blakan dan beberapa kali berkata kotor. Namun begitu, kerjanya cepat, taktis, dan tidak suka birokrasi berbelit. Untuk pembangunan ibu kota yang melibatkan banyak sektor dengan birokrasi yang panjang, Ahok adalah sosok yang tepat.

Namun demikian, nama Ahok sebagai kepala badan otorita bukan di tempat teratas dalam pandangan Awang Faroek Ishak. Mantan gubernur Kaltim dua periode yang sekarang duduk di DPR RI ini punya nama yang lebih cocok menjadi “bos” pembangunan IKN.

“Menurut saya, Pak Bambang (Brodjonegoro) lebih pas. Ini pendapat pribadi saya, bagaimanapun, penentuannya 'kan tetap di tangan presiden,” jelas Faroek ketika ditemui kaltimkece.id di kediamannya di Samarinda, baru-baru ini.

Pandangan Faroek layak didengarkan. Faroek adalah sosok yang berjasa bagi Kaltim menerima kehormatan sebagai ibu kota Indonesia. Kebijakannya menyelesaikan pembangunan Bandara APT Pranoto, Jembatan Mahkota IV, jalan tol Balikpapan-Samarinda, dan mendukung perluasan terminal penumpang Bandara Sultan AM Sulaiman Sepinggan, menjadi faktor penentu. Modal infrastruktur tersebut memberi nilai tambah di samping kelebihan geografis Kaltim sebagai ibu kota negara. 

Menurut Faroek, secara pribadi ia mengenal keempat calon kepala Badan Otorita IKN. Semuanya punya kelebihan. Namun demikian, ada pertimbangan nama Bambang Brodjonegoro lebih tepat. Bambang bukan politikus maupun pengusaha. Latar belakang akademik membuatnya dikenal sebagai orang yang netral.

“Pak Bambang juga mengikuti dari awal penentuan lokasi IKN ketika menjadi kepala Bappenas. Ia mengerti yang harus dikerjakan karena terlibat dalam perencanaannya,” jelas Faroek yang kini menjadi anggota komisi di bidang energi. 

Baca juga:
 

Satu di antara perencanaan yang dimaksud adalah kota berkonsep alam. Taman Hutan Raya Bukit Soeharto direncanakan sebagai penjaga ekosistem ibu kota. Kehadiran ibu kota justru memperbaiki kondisi Tahura alih-alih merusaknya. 

“Saya telah melihat banyak hutan kota, mulai Amerika hingga Eropa. Tidak ada hutan yang dibiarkan begitu saja. Tetap ada jalan yang membelah tetapi hutan dijaga dengan ketat. Sudah banyak contoh peradaban modern yang membuktikan manusia bisa hidup berdampingan dengan alam,” sambung Faroek yang tahun ini berusia 72 tahun.

Mengenai tiadanya calon kepala badan otorita dari Kaltim, Faroek tidak mempermasalahkan. Menurutnya, hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Presiden tentu ingin posisi itu diisi putra-putri terbaik bangsa. Bahwa tidak ada nama dari Kaltim, itu kebetulan belaka.

“Justru inilah yang menjadi cambuk bagi kita, warga Kaltim, agar meningkatkan kompetensi diri dan kiprah di kancah nasional,” pesannya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar