Terkini

Dapat Vaksin Covid-19 Terbatas, Lansia dengan Komorbid di Kaltim Jadi Prioritas Pada Tahap Kedua

person access_time 3 years ago
Dapat Vaksin Covid-19 Terbatas, Lansia dengan Komorbid di Kaltim Jadi Prioritas Pada Tahap Kedua

Andi M Ishak mengungkapkan rencana vaksinasi Covid-19 tahap dua di Kaltim. (pemprov kaltim)

Vaksinasi Covid-19 tahap dua segera berlangsung di Kaltim yang sebagian penerimanya para kalangan lansia.

Ditulis Oleh: Muhammad Rizki Al Hadid
Rabu, 24 Februari 2021

kaltimkece.id Kalangan lanjut usia atau lansia di Kaltim segera kebagian dosis vaksin Covid-19. Sebanyak 7680 dosis telah tiba di provinsi ini. Namun demikian, Pemprov Kaltim rupanya belum mendapat jumlah pasti lansia di Bumi Etam.

“Dibutuhkan peran semua pihak, termasuk pengurus RT dan kelurahan supaya bisa mengidentifikasi lansia di wilayahnya untuk didaftarkan,” ucapnya Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kaltim, Andi M Ishak.

Sampai saat ini Pemprov Kaltim masih fokus menyelesaikan vaksinasi tahap pertama yang masih berlangsung. Realisasinya terus dikejar mengejar masa kedaluwarsa vaksin yang tahan hanya enam bulan.

Meski demikian, pendaftaran lansia penerima vaksin dimulai sejak Senin, 22 Februari 2021. “Ini yang kami harapkan dari pemerintah pusat untuk mengatur strategi distribusinya. Jadi diprioritaskan kepada daerah yang sudah menyelesaikan vaksin tahap pertama,” ucapnya.

Beberapa kriteria sudah ditetapkan bagi para penerima vaksin. Para lansia maupun yang kasus dengan komorbid yang sudah terkendali, telah dimungkinkan menerima dosis. “Silakan daftar dulu supaya bisa diidentifikasi. Kalau kondisinya tak memungkinkan, akan ditunda,” ujarnya.

Sedangkan bagi lansia yang bisa terlalu banyak bergerak, Pemprov Kaltim membuka kemungkinan layanan petugas datang rumah selama penerima memungkinkan untuk divaksin. “Makanya perlu kerja sama semua pihak untuk mengidentifikasi,” sebutnya.

Andi mengakui keberadaan vaksin yang terbatas, membuat pemerintah harus memilah berdasarkan risiko. Lansia yang umumnya memiliki komorbid dan dinilai berisiko tinggi terkena virus ini, bakal mendapat prioritas. “Kami ingin menekan angka kematian. Penyakit ini bisa disembuhkan sebenarnya. Adanya komorbid yang mengakibatkan kematian,” jelasnya.

Situasi saat ini, tak sedikit gejolak para penolak vaksinasi. Menurut Andi, hal ini umumnya karena masih ada keraguan di masyarakat. Di sini peran seluruh elemen sangat diperlukan. Terutama untuk mengedukasi masyarakat bahwa vaksinasi merupakan kepentingan kolektif.

“Jangan khawatir vaksin ini aman dan halal dan tak ada alasan tak mau divaksin,” ucapnya.

Andi pun mencontohkan DKI Jakarta yang sebelumnya ramai penolakan, setelah divaksin ternyata aman. Ditambah lagi ragam testimony positif dari peserta vaksin yang akhirnya banyak publik antusias mau divaksin.

Meski demikian, Andi menegaskan bahwa setelah divaksin, tidak serta-merta seseorang kebal dari Covid-19. Apalagi vaksin memerlukan efek 28 hari setelah dosis kedua untuk bisa dikatakan kebal. Itu un harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. “Setelah divaksin tetap pakai masker. Ini ikhtiar kita,” urainya.

Pemerintah pusat juga ditegaskan telah menyiapkan antisipasi dengan memberikan perlindungan lewat kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Jadi ada gejala ikutan, maka ditangani pemerintah secara gratis. “Kami tak ingin melakukan yang merugikan masyarakat,” paparnya.

Di Samarinda, pendaftaran vaksinasi lansia bisa diakses via samarinda.kemkes.go.id. Andi berharap masyarakat cepat mendaftar sehingga Pemprov Kaltim punya data melakukan zonasi.

Sementara itu, Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim Salehuddin mengatakan bahwa kecermatan data mengenai jumlah lansia di beberapa daerah menjadi sangat penting dalam vaksi ini. Diperlukana agar target pemerintah bisa dieksekusi dengan baik. “Kalau data lengkap, pemprov bisa menyelesaikan vaksinasi dengan cepat sehingga tahapan vaksin berikutnya bisa dijalankan lebih awal lagi,” urainya.

Menyikapi masyarakat yang meragukan vaksin, menurutnya adalah lumrah. Sebab anti virus tersebut masih termasuk barang baru. Apalagi tak sedikit hoaks bertebaran di media sosial perihal imunisasi tersebut. Di sini peran penting pemerintah diperlukan. Untuk semaksimal mungkin mengedukasi masyarakat. Apalagi latar pendidikan masyarakat berbeda-beda. Mestinya ada sosialisasi masif yang menyentuh masyarakat hingga ke akar rumput.

Kalaupun ada efek setelah vaksin, menurutnya itu kasuistik. “Tapi sejauh ini vaksinasi berjalan dengan baik,” tuturnya.

Dengan dosis vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang sudah sampai di Kaltim, kabar pelaksanaannya rupanya belum tersosialisasi baik ke masyarakat. Anisa yang merupakan salah seorang warga yang memiliki nenek di Samarinda, mengaku belum tahu kabar vaksinasi bagi lansia. Belum sekalipun ia menerima sosialisasi dari pemerintah secara mendetail.

Menurutnya, sosialisasi adalah penting. Apalagi dengan kabar miring soal vaksin masih beredar liar di media sosial. Dia mengaku sebagian pihak keluarga besarnya terpengaruh oleh kabar miring di medsos itu. Sehingga pembahasan soal vaksin ini masih jadi pro kontra di keluarganya. “Saya harap pemerintah bisa memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat soal vaksinasi ini,” ucapnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar