Terkini

Delay Belasan Jam di Kegelapan APT Pranoto

person access_time 5 years ago
Delay Belasan Jam di Kegelapan APT Pranoto

Foto: Dokumentasi Stevanus

Keresahan calon penumpang yang bertolak di Bandara APT Pranoto tak reda-reda. Ancaman delay datang dari banyak lini.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Kamis, 17 Januari 2019

kaltimkece.id Terbang dari Samarinda ke luar Kaltim kini sudah biasa seiring beroperasinya Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto. Pada 21 November 2018, lapangan terbang tersebut memulai debutnya melayani pesawat berbadan lebar. Namun, persoalan penerbangan di Samarinda tak begitu saja mereda.

Selain teror banjir di akses utama bandara, yang bikin calon penumpang harap-harap cemas adalah delay berkepanjangan karena cuaca buruk. Hal itulah yang dirasakan penumpang Lion Air nomor penerbangan JT-665 tujuan Surabaya dari Samarinda.

Penumpang mestinya terbang Rabu 16 Januari 2019 pukul 17.55. Namun, penerbangan baru terlaksana keesokannya, pukul 11.30 Wita.

Dikatakan Kepala UPBU APT Pranoto Samarinda Dodi Dharma Cahyadi Prihantoro, cuaca buruk membuat penerbangan dari Samarinda ke Surabaya tertunda. Pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-666 mesti divert alias dialihkan ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan.

Keputusan divert tak lepas dari jarak pandang di APT Pranoto sore itu tak memenuhi standar keselamatan penerbangan minimal lima kilometer. Setelah berkoordinasi dengan air traffic control atau ATC bandara, pesawat dengan tujuh kru dan 212 penumpang itu dialihkan ke Balikpapan.

Corporate Communication Strategic of Lion Air Danang Mandala dalam rilisnya menuturkan, divert ke Bandara SAMS Sepinggan dilakukan karena cuaca buruk di Samarinda. Jarak pandang pendek dan tak memenuhi kualifikasi keselamatan penerbangan. “Pesawat penerbangan JT-666 pun mendarat di Balikpapan pukul 18.00 Wita,” terangnya.

Untuk alasan operasional, JT-666 ditunda ke Samarinda. Praktis, penundaan berbuntut kepada JT- 665 yang harusnya terbang dari Samarinda ke Surabaya.JT-666D diterbangkan Kamis 17 Januari 2019 pukul 10.00 Wita dengan pesawat berbeda, Boeing 737-900ER registrasi PK-LGK.

Atas tertundanya JT-665P, kompensasi kepada penumpang diberikan makanan ringan dan makanan berat, sesuai PM 89/2015 tentang Penanganan Delay Management pada Badan Usaha Angkut Udara Niaga Berjadwal di Indonesia. Lion Air juga menyediakan fasilitas pengembalian dana atau refund bagi penumpangnya. Demikian juga permintaan perubahan jadwal berangkat atau reschedule, sesuai PM 185/2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

Lion Air memberangkatkan JT-665 yang mengangkut tujuh kru serta 185 penumpang dari Samarinda pukul 11.20 Wita. Mendarat di Surabaya pukul 11.54 WIB.

Meski begitu, tertundanya kedua penerbangan tak melulu karena cuaca. Tak memungkinkannya APT Pranoto memfasilitasi penerbangan malam, membuat delay makin berlarut-larut.

Dikatakan Stevanus, salah seorang anggota keluarga penumpang yang terlambat ke Surabaya, penumpang JT-665 beberapa kali dijanjikan jadwal pengganti. Pertama pukul 07.15 Wita, diikuti 08.50 Wita. Namun, pesawat benar-benar terbang pukul 11.30 Wita. “Mungkin penumpang yang tinggal di Samarinda bisa pulang. Tapi yang dari luar Samarinda, mau enggak mau menginap di bandara,” tuturnya.

Untuk penumpang yang bermalam di bandara, pihak maskapai disebut baru memberi makan berat pukul 02.00 Wita. Itupun, kata Stevanus, dengan kondisi nasi yang hampir basi. Sarapan pun hanya biskuit dan air mineral kemasan. Baru diberi sesaat sebelum berangkat 11.30 Wita.

Menurut Stevanus, APT Pranoto mestinya tak menerima slot penerbangan 17.55 Wita. Ketiadaan lampu landasan, bikin penerbangan pada jam-jam tersebut begitu rentan.

Operasional bandara memang dibatasi hingga 18.00 Wita. Dalam keadaan gelap dan cuaca buruk, APT Pranoto tak memungkinkan melayani pesawat landing maupun takeoff. Situasi ini juga terjadi pada Senin 14 Januari 2019. Dua pesawat terpaksa divert ke Balikpapan. Satu penerbangan dari Melak, Kutai Barat, juga ditunda.

Baca juga:

 

Lampu Landasan Belum Disetujui

Bandara APT Pranoto tak punya pilihan selain bersabar untuk mendapat lampu landasan. Pemprov Kaltim tak bisa berbuat banyak karena terbatas kewenangan. Aset APT Pranoto bukan lagi milik daerah, setelah diserahkan kepada Kementerian Perhubungan. Penambahan fasilitas pun bergantung APBN.

“Saya sudah berkomunikasi dengan Pak Menteri Perhubungan. Katanya nanti kementerian yang mengurus segala macamnya,” kata Gubernur Kaltim Isran Noor.

“Saya tidak mau mendesak dan tidak bisa mendesak. Kemenhub lebih tahu soal ini. Ini keselamatan manusia, tidak perlu didesak dan saya yakin mereka akan berbuat.”

Kepala Dinas Perhubungan Kaltim Salman Lumoindong mengungkapkan, estimasi biaya pengadaan lampu runway mencapai Rp 11 milar. Pemprov, kata dia, punya kemampuan menganggarkan. Siasat yang bisa dilakukan adalah satu suara dengan DPRD Kaltim dan bersurat ke Kementerian Perhubungan sebagai kesanggupan melakukan pengadaan lampu di landasan pacu sepanjang 2.250 meter itu.

“Kalau disetujui, ya, tidak masalah. Tapi saat ini kami minta ke pihak APT Pranoto untuk megajukan ke pusat, minta tambahan anggaran dari APBN,” jelas Salman. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar